Private Job

4.5K 180 9
                                    

July 2003

Ziandra
Aku menghempaskan pantatku ke kursiku di dalam kelas dan menumpukan badanku ke mejaku. Lelah setelah berdiri 30 menit melaksanakan apel pagi. Ah, untunglah guru masih belum datang, jadi aku masih punya waktu untuk beristirahat dan relax sebelum mulai belajar. Dari sebelah tempat dudukku aku mendengar Rina dan Desi sudah mengobrol, lebih tepatnya menggossip. Sebenarnya aku tidak mempunyai hobby mendengarkan gossip, tapi aku tidak harus menutup telinga juga. Jadi bukan salahku kalau apa yang mereka gossipkan terdengar olehku.

"Cowok tadi itu mungkin yang katanya pindah sekolah kesini ya Rin?", tanya Desi.

"Iya, denger-denger sih dia pindah karena dikeluarkan, padahal dia kan dari sekolah swasta", jawab Rina.

"Hah?! Dikeluarkan dari sekolah swasta dan diterima di sini??", tiba-tiba Hanna ikut nimbrung.

"Iyyaaa... Eh, aku denger dari kakak-kakak kelas anggota OSIS sih dia melawan dan memukul gurunya di sekolah lamanya makanya dikeluarkan. Terus dia di sini diterima tapi di kelas 1(6)", penjelasan dari Rina. Dari beberapa teman sekelasku yang perempuan memang Rina yang sering dijadikan narasumber gossip apapun.

"Ya Allah!! Kelas 1(6)?? Kelasnya anak-anak yang kemaren nilainya cadangan dan harus membeli bangku itu?? Berarti dia juga membeli bangku donk yah?? Ooo.. Pantesan diterima juga di sini", imbuh Desi.

"Nah, berarti dia memang bodoh juga tuh Des. Kalau pinter & nilainya standar kan bisa diterima di kelas-kelas paralel. Apalagi kalau nilainya di atas standar seperti kita ini. Tapi kayaknya dia keturunan Chinese, masa sih nggak pinter?? Temen-temenku satu gereja di Santa Monica yang keturunan Chinese pinter-pinter kok", Hanna kembali berasumsi.

Mereka bertiga masih duduk bersama bergossip ria sampai guru datang dan kami belajar. Jam pelajaran pertama adalah Bahasa Inggris. Bagiku belajar bahasa Inggris tidak terlalu menguras energi berpikir karena memang bahkan sejak kelas 3 SMP aku sudah fasih berbahasa Inggris dengan susunan grammar yang benar. Miss Hartati selaku guru bahasa Inggris kelas 1 di sekolah ini juga sudah terkesan padaku sehingga aku selalu dijadikan objek untuk interaksi KBM nya. Sebelnya kalau ada latihan tertulis, semuanya mendatangi mejaku untuk minta diajari bahkan ada juga yang menyalin latihanku. Aku sudah ingin bisa berbicara dengan bahasa Inggris sejak kecil, maka dari itu sejak kelas 4 SD aku belajar secara otodidak. Tanpa pengajar tentunya aku hanya bisa menghafal kosakata dan artinya. Tapi hal itu sudah cukup membantuku. Saat aku masuk SMP baru aku merasa senang karena ada guru Bahasa Inggris yang kebetulan orangnya baik dan penyabar. Aku jadi banyak bertanya tentang grammar dan pronounciation. Aku juga sangat menyukai film-film barat berbahasa Inggris. Aku menghabiskan waktuku di depan televisi hanya setia dengan 1 channel yaitu MTV. Di umurku yang masih 10 tahun, waktu itu pada tahun 1998 saat aku masih kelas 5 SD, aku sudah menyukai video clip "...baby one more time" dari Britney Spears yang memang booming saat itu. Hingga saat kelas 6 SD tahun 1999 aku sudah tidak asing lagi dengan Britney Spears yang muncul kembali dalam video clip "Sometimes" dan "You drive me crazy". Tapi bukan Britney Spears penyanyi yang menjadi idolaku. Pada tahun 1998 di saat yang sama dengan kemunculan Britney, aku melihat video clip "Reflection" dari Christina Aguilera yang langsung membuatku terpesona oleh suaranya yang sangat powerful. Hingga pada tahun 1999 aku melihat kembali video clipnya "Genie in a bottle" juga "Come on over baby", sejak saat itu aku memutuskan menjadi fan Christina Aguilera.

----------------------|||||-----------------------

"Mati deh gweh, terlambat pagi ini gweh sampai di sekolah!! Gara-gara nonton program MTV nonstop hits dulu tadi sebelum berangkat", umpatku dalam hati.
Akhirnya tiba di sekolah pun aku terlambat dan dihukum oleh guru piket. Aku sampai di sekolah bahkan saat pelajaran sudah dimulai. Aku tidak ikut apel pagi. Guru piket menyuruhku ke kantor guru. Saat aku sedang berdiri dengan tenang di kantor, menanti pertanyaan-pertanyaan yang pasti akan aku terima dari guru, tiba-tiba saja di pintu kantor sudah ada siswa lain yang diseret paksa untuk masuk ke kantor oleh guru yang lain pula. Dengan setengah berteriak guru itu mencengkeram lengan siswa itu, "Ayo masuk!! Bikin malu aja kamu!!". Sejenak kemudian dia sudah berdiri berjajar denganku. Aku menoleh, ternyata siswa baru ini. Siswa bermata sipit yang kemarin berbaris di barisan kelasku. "Saya serahkan kamu ke guru piket!!", ujarnya sebelum meninggalkan kantor dengan raut wajah yang kesal.

The Perfect 30 (Match)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang