28. Belum Terlambat

5.6K 754 299
                                    

Seulgi beberapa kali mengedipkan mata tidak percaya. Ia masih terlalu terkejut dengan pernyataan yang baru saja dilontarkan lawan bicaranya.

Irene bilang dia menyayanginya lebih dari Haneul?

Mulut Seulgi bahkan sedikit menganga dengan sorot mata yang tidak bisa lepas dari wajah sempurna gadis di hadapannya. Bohong jika dia bilang ia tidak merasa bahagia mendengar pengakuan Irene barusan.

Karena sadar atau tidak, egois adalah sifat alami dari manusia.

Secercah harapan itu justru muncul dan dengan naifnya Seulgi berharap akan ada titik terang di tengah peliknya hubungan mereka.

Tunggu dulu.

Itu terlalu indah untuk menjadi sebuah kenyataan, meski ya, hatinya sudah mencelos sesaat setelah ia menyadari fakta yang terselip di akhir kalimat Irene tadi.

Kata pacar aku langsung melunturkan harapannya saat itu juga.

Perasaan Seulgi seperti baru saja dihempaskan ke tanah setelah sebelumnya diangkat tinggi-tinggi oleh Irene.

Iya, Seulgi tahu analogi itu sedikit berlebihan meski tidak sepenuhnya salah.

Irene memang menyayanginya tapi di saat yang sama, gadis itu masih berstatus sebagai kekasih kakaknya.  

Sungguh tidak adil.

Ketika ia mulai siap menerima kenyataan dan menata ulang perasaannya, Irene justru datang dengan membawa pengakuan yang mengejutkan.

Apa rasa sayang itu benar-benar mengartikan sesuatu yang lebih?

Apa dengan begitu, Irene bisa membalas perasaannya secara utuh dan mungkin bersedia meninggalkan kakaknya itu?

Kening Seulgi berkerut sedikit, ada satu kemungkinan lain yang dia ingin sanggah karena terlalu menyakitkan untuk didengar meski paling masuk akal. Setidaknya bagi dirinya.

Kalimat tadi bisa saja baru terlintas di benak Irene setelah melihatnya ingin menjauh.

Dengan kata lain, ungkapan rasa sayang itu hanyalah reaksi impuls Irene semata agar ia tidak jadi pergi meninggalkannya.

Oke, opsi terakhir ini membuat Irene terkesan keterlaluan dan dirinya yang terdengar sangat menyedihkan.

Tanpa sadar Seulgi sudah menghela napas panjang.

Irene masih saja menatapnya dengan linangan air mata yang ingin Seulgi hapus segera dari wajah indahnya.

Irene tidak seharusnya menangis dan Seulgi benci melihatnya seperti ini.

“Tolong lepasin tangan gua.”

Pinta Seulgi yang tidak lagi menaikkan nada suaranya. Dia sudah terlalu lelah dan tidak ingin memperpanjang masalah. Namun ekspresi datar tetap Seulgi pasang meskipun beberapa kali ia hampir saja goyah setelah mata mereka beradu pandang. “Sekarang.”

Kali ini tanpa melakukan penolakan, Irene kembali merenggangkan cengkeraman di lengannya sebelum benar-benar melepaskan tautan yang dari tadi menahannya.

Seulgi perlahan menarik tangannya tanpa melempar tatapan ke arah Irene yang sudah diam seribu bahasa seraya menatapnya.

Pandangan Seulgi teralih pada pergelangan tangannya sendiri yang sekarang sudah memerah dengan bekas cetakan jemari samar-samar terlihat di sana. Cengkeraman Irene benar-benar kuat.

“Maaf.”

Lirih Irene dari seberang yang pada akhirnya membawa fokus Seulgi kembali padanya. Gadis itu rupanya tengah memperhatikan kondisi lengannya sejak tadi. Ekspresi bersalah tercetak jelas dengan wajahnya yang berubah sendu. Mengetahui bahwa Irene peduli dan masih memberikan perhatian seperti itu membuat hati Seulgi sedikit melunak dan juga hangat.

DESIRE [SeulRene] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang