Prolog

164K 7.6K 156
                                    

Kenapa orang gede itu urusannya ribet banget? Apa lagi Ayah yang kerjanya pindah-pindah sana sini. Dan yang sebenarnya jadi masalah itu, bukan karena pekerjaan Ayah yang harus pindah sana sini, tapi sekolah aku kali ini yang memang harus ikutan pindah. Dan gimana aku yang memang susah banget untuk adaptasi.

Aku bukan tipikal anak yang dengan mudahnya dapat teman dengan hanya sekali tunjuk. Aku anak rumah yang jarang punya teman. Bahkan, teman di kota kelahiranku ini aja hanya 3 orang--maksudnya, 3 orang teman baik, selebihnya mungkin ada tapi nggak sedekat aku dengan 3 orang ini—dari situ aja sudah bisa dibayangkan gimana kurangnya pergaulan aku.

Dan, ya gitu, yang namanya pindah kan harus adaptasi lagi..

Aku segera menutup resleting koper dan menaruhnya di atas tempat tidur. Tempat tidur yang bakal aku tinggal beberapa jam lagi. Yang pastinya bakal aku kangenin banget. Kamar pink-ku tercinta. Dimana semua barang-barang yang aku punya berwarna pink.

Yang walaupun sebenarnya aku bukan pencinta warna pink, tapi nggak tau kenapa aku selalu kerasa cocok sama setiap barang yang warnanya pink itu. Nggak tau kenapa..

Puas ngedarin padangan ke sekeliling kamar—sebenarnya nggak akan puas kalo inget sebentar lagi nggak akan di sini lagi—seketika itu juga aku liat Bunda udah di depan pintu kamarku.

Bunda senyum, tipikal senyum yang aku ngerti banget gimana dari dia natap aku-nya sendiri. Kayak senyum sedih, ngerasa bersalah, kasihan atau apa lah.

"Udah siap semua?"

Aku menganggukan kepala sebagai jawaban. Setelah sekian lama aku prepare untuk semua dan sekarang baru selesai. Yang belum selesai tinggal aku-nya aja yang memang susah untuk ngelepas rumah ini.

Aku cuma diem setelah Bunda melangkahkan kaki untuk mendekat. "Semua udah diurus kok, sampe sana kamu tinggal enak aja. Sekolah kamu juga udah siap. Jadi kamu tinggal masuk aja," kata Bunda setelah merangkul bahuku dan aku-nya cuma bales dengan angguk-angguk aja. "Omong-omong rumah kita di sana lebih bagus dari rumah ini loh."

Aku mengangguk lagi, tapi kali ini dengan senyum, meskipun masih nggak bersuara.

"Bunda ngerti kok apa yang kamu rasain. Tapi kamu bakal cepet nyaman kok di sana. Yakin deh sama Bunda." kata Bunda sambil mengeratkan rangkulannya.

Yang jadi masalah bukan gimana aku nyaman atau enggaknya sama rumah baru nanti. Kalo untuk masalah itu, aku nggak masalah, bahkan untuk rumah siapa pun pasti akan cepat buat aku betah. Tapi yang masalah itu gimana aku yang memang susah untuk adaptasi, harus adaptasi lagi sama kota yang bahkan beda jauh banget sama kota ini. Kota yang nggak sebebas kota yang akan aku tempatin nanti.

Bunda melepas rangkulannya. "Ya udah, kamu mandi sana, tiga jam lagi kita ke bandara."

Aku mengangguk. Entah udah berapa kali aku mengangguk tapi masih nggak bersuara begini.

"Bun,"

Aku manggil Bunda sebelum dia benar-benar keluar dari kamar.

"Kenapa?"

Aku menggeleng. "Kamar aku nanti warna pink kan?"

Bunda mengerutkan kening.

Iya, aku tau banget pertanyaan tadi kedengeran apa banget. Tapi, itu cuma sebagai alasan biar nggak kerasa diem-diem banget, seenggaknya ada ngomong lah sama Bunda--seenggaknya punya kamar warna pink lagi juga—nggak enak aja gitu, gimana dia udah ngomong panjang lebar dan aku cuma bales dengan ngangguk-ngganguk aja.

"Kamar kamu kayaknya dominan putih, tapi nanti kamu rombak lagi aja."

Aku mengehela napas pelan. "Iya udah deh."

Bunda senyum kecil, tau gimana aku yang agak kecewa sama kamar yang tau-nya bukan warna pink—duh, kenapa aku jadi kepink-pink-an gini, sih?

"Ya udah, kamu mandi sana, siap-siap!" perintah Bunda, dan sedetik kemudian dia udah nggak ada di depan pintu.

Aku mengangguk dan buru-buru ngambil haduk dari lemari. Menghela napas kasar agak pelan yang nggak aku tau itu jenis menghela napas apa. Intinya aku agak kecewa tentang gimana aku harus ngedapetin temen lagi di sana.

"Selamat tinggal Jogja..."

-o-

ngomong ngomong sebelum kalian bilang cerita ini mainstream, gue bakal bilang duluan kalo ini mainstream, tapi nggak papa yaaa.-. wakakak eh sori kalo ada typo antara mama dan bunda karena sebenernya awal ngetik pakenya mama.............

makasi lohh yang kemarin komennn<3<3<3

LusaWhere stories live. Discover now