Partner Goals #1 | Rian & Fajar's Story

18. A Little Thing To Remember

If I tell the world

I'll never say enough
Cause it was not said to you

And that's exactly what I need to do

If I'm in love with you...

Should I give up?

Or should I just keep chasing pavements?

Even if it leads nowhere

Or would it be a waste?
Even If I knew my place should I leave it there?

- Chasing Pavements ADELE

(Flashback)

Sekitar akhir juli di tahun 2014.

Hujan lebat dengan anehnya turun membasahi gelanggang pelatnas PBSI.

Pelatnas sendiri tampak tidak begitu ramai.

Selain sedang di helatnya China Open Super 1000 yang membuat sebagian besar penghuni pelatnas tidak ada.

Mungkin juga faktor jumat sore.

Semua orang memilih pulang.

Namun tidak dengan pemuda 18 th itu.
-
Fajar remaja lunglai kembali ke kamarnya...

Ia terakhir meninggalkan hall karena Rian sudah lebih dahulu pergi.

Ya Rian memang sedang tidak pulang ke Jogja. Karena toh disana tidak ada siapa2.
Orangtua nya sedang beribadah haji.

Sedangkan Fajar.
Alih alih ingin menemani Rian dan tetap latihan.
Ia pun tak kembali dulu ke Bandung.

Sayangnya.

Rian tak suka itu.

-

Suara gemuruh petir masih asik terdengar di luar.

Namun Fajar malah mematung di depan kamarnya.

Badannya sedikit basah terkena hujan.

Langkahnya berat beranjak ke dalam akibat kemarahan Rian yang masih terekam jelas di memori otaknya.

-

Yup, Kedua rekanan yang baru berumur sebulan itu baru saja bertengkar hebat sejadi jadinya.

-

Hall sudah sepi.

Tinggal 2 bocah itu.
Rian dan Fajar.

Rian yang kalem dan tenang seketika tampak sangat mengerikan, layaknya gunung yang akhirnya menumpahkan lavanya.

Rian habis habisan memarahi Fajar.

Merasa Fajar tak berguna.

Latihan tak becus.

Tak akan bisa menggantikan posisi Clinton.

-

Mengingat itu perasaan Fajar sakit.

Rian Ardianto dan Clinton Hendrik.

Dua Ganda putra yang di gadang gadang akan menjadi penerus Hendra Setiawan dah Ahsan