1 Hai, Mantan!

356 19 2
                                    


Bayu mengumpat dalam hati. Kenapa cewek tiba-tiba berubah menjadi gadis yang jauh lebih cantik saat sudah berstatus mantan? Malah saat menjadi pacar menjadi gadis yang sangat enek untuk dipandang.

"Bayu?" Iris melambaikan tangan di depan Bayu yang masih melongo. Bahkan tangan Bayu masih berpegangan kuat pada pagar setinggi dada.

"Eh, sorry Ris. Gue lagi nggak konsen."

"Ini bener kan rumahnya Awan anak bu Mela?" tanya Iris sekali lagi. Matanya beralih pada layar smartphone. Mengecek kembali alamat yang tertera dengan rumah di depannya. Sama persis seperti yang digambarkan bu Mela. Rumah berlantai dua dengan cat cokelat muda. Di halaman ada puluhan pot tanaman yang didominasi oleh mawar putih. Iris yakin tidak salah alamat. Tapi kenapa Bayu ada di sini? Cowok kurang ajar yang pernah menghancurkan hati Iris lima tahun yang lalu.

Bayu hanya mengangguk sebagai jawaban. "Ngapain cari Awan?"

Iris bernapas lega karena Bayu berhenti bengong dan membuka pagar.

"Les Matematika," jawab Iris disertai dengan senyuman.

Hanya O panjang yang keluar dari mulut Bayu.

"Eh siapa, Bang? Pacar baru?"

Seorang cowok berkaos putih dengan celana kolor berwarna ungu muncul dari balik pintu. Tingginya hampir menyamai Bayu. Sekitar seratus delapan puluh sentimeter. Bedanya, muka cowok itu jauh lebih muda. Mirip wajah Bayu lima tahun yang lalu. Juga tatanan rambut yang lebih rapi. Pendek dan cepak layaknya anak SMA.

Tak ada sahutan dari Bayu. Dalam hati, cowok berambut gondrong itu ingin berteriak, "pacar pertama gue, Wan!"

"Halo, Awan. Ini Mbak Iris. Tutor kamu yang baru.†Senyum Iris mengembang cukup lebar. Membuat Bayu merasa berkali-kali lipat menyesal telah memutuskan Iris lima tahun yang lalu. Masih mengumpat kenapa gadis seperti Iris dilewatkannya begitu saja.

"Oh, Mbak Iris. Yuk, masuk mbak?" Awan membukakan pintu lebar-lebar.

Bayu memicingkan mata saat Awan dan Iris berjalan beriringan menaiki tangga. Ada sesuatu yang meremas jantungnya saat melihat adiknya tersenyum sangat lebar di depan Iris. Belum pernah adik lelaki yang berjarak empat tahun darinya itu bersikap ramah pada tutornya. Malah pernah beberapa kali tutor Awan menangis karena dikerjai. Seperti Awan pura-pura tidur dan susah dibangunkan. Sofa yang dikasih lem banyak hingga membuat celana atau rok tutornya robek. Dan masih banyak tingkah awan yang menyebalkan pada tutornya.

"Ada yang tidak beres," ujar Bayu saat mendengar suara tawa cekikikan dari balkon lantai dua. Apa coba yang dibicarakan dua orang itu? Apa Matematika semudah itu bagi Awan hingga bisa membuat tertawa?

Bayu bergerak saat melihat wanita lima puluh tahun menuju tangga sambil membawa nampan.

"Mama mau ngapain?"

"Nganter minuman." Mama menaiki anak tangga pertama.

"Biar Bayu saja." Bayu segera mengambil nampan dari tangan Mama.

Mama memicingkan mata. Menatap Bayu penuh curiga. "Hayo? Ada apa?"

Secepat kilat Bayu menggeleng. "Nggak ada apa-apa. Cuma pengen bantu Mama aja."

Mama tersenyum dan mengelus pelan pundak Bayu. "Makasih ya, anak Mama yang paling ganteng."

Bayu tersenyum lebar. Tak apalah kalau hanya mengantar minuman. Yang penting ia punya alasan untuk menemui Iris. Bayu tak mau kalau cewek sepolos Iris dimakan sama rayuan Awan. Tidak boleh!

"Minumnya, Ris." Bayu meletakkan dua gelas jus jeruk dan camilan di meja.

"Makasih, Bay," ujar Iris singkat tanpa memandang Bayu sedikitpun.

See You, Mantan!Where stories live. Discover now