Bab 23 Mayat Dongos tidak bisa di angkat

3.1K 122 1
                                    

          Pipit dan Popon saling berpelukan, mendengar Dongos meninggal, tidak ada rasa senang, mereka justru syok, seharusnya kematian Dongos menjadi kebebasan untuk mereka. Pipit terlihat sangat terpukul dan hanya diam. Pipit mengajak Ibunya menengok Dongos.

         "Bu, apa sebaiknya kita kerumah Ayah saja? aku ingin tahu Bu," pinta Pipit.

         "Iya Nak, boleh, kita kesana ya," jawab Popon.

          Pipit merasa heran, diluar rumah Dongos ramai, tapi justru didalam rumah sepi. Pipit masuk dan melihat Ayahnya terbujur kaku ditutup kain, seorang pria yang sudah tua sedang menggunting kain kafan dan menggerutu.

         "Ini kenapa kainnya tidak pernah cukup? padahal sudah bermeter-meter dan sudah tiga kali beli! mana keluarga mayat ini!" gerutu pria tua yang dipanggil Mbah Kuwu.

         "Ada apa Pak? apa kainnya kurang?" tanya Popon.

         "Iya, tapi saya heran, masa delapan meter masih kurang? tidak mau menutup kakinya!" jawab Kuwu.

         "Masa iya sih Mbah! seharusnya itu lebih dari cukup!" ucap Pipit ikut bicara.

         "Kamu kalau tidak percaya pasang saja sendiri!" ucap Mbah Kuwu marah.

         "Apa saya suruh orang untuk membeli lagi ya, Pak?" ucap Popon.

         "Tidak perlu! percuma, mungkin kebanyakan dosa mayat ini!" ucap Mbah Kuwu sangat pelan bicaranya.

         "Mbah! tidak baik membicarakan orang yang sudah meninggal!" ucap Pipit marah.

         "Kamu ini kenapa? dari tadi bicaramu ketus!" ucap Mbah Kuwu marah.

        "Saya keluarganya Mbah!" jawab Pipit.

        "Yasudah, uruslah jenazah ini, Mbah sudah menyerah, Mbah masih banyak urusan!" ucap Mbah pamit.

          Popon mengelus pundak Pipit agar bersabar. Bau bangkai sangat menyengat, Pipit membuka penutup kain jenazah Ayahnya, betapa terkejutnya Pipit melihat wajah Ayahnya gosong, matanya melotot dan disela matanya keluar belatung. Air dari dubur mulai banyak merembes dan membasahi dipan. Pipit menahan nafas, jantungnya berdebar sangat kencang. Popon menutup hidungnya dengan kain hijabnya.

          "Bu, bagaimana ini? masa hanya kita berdua yang disini? tega sekali mereka Bu!" ucap Pipit.

          "Mereka sepertinya takut Pit, tadi juga Mbah Kuwu itu hanya sendirian," ucap Popon.

          Pipit langsung keluar dari rumah dan memberi pengumuman.

         "Bapak-bapak, Akang-akang yang baik hati, tolonglah saya, jenazah harus segera dikubur, siapa saja yang mau membantu, akan saya beri uang banyak!" ucap Pipit.

         Para pemuda yang melihat wajah Pipit sangat cantik, langsung tergiur dengan penawaran uang, ada sembilan orang langsung masuk, tapi begitu masuk, mereka tidak kuat dengan bau jenazah.

         "Aduh, bau sekali!" ucap beberapa pemuda.

         "Hai, kalian itu kan laki-laki, masa dengan bau saja takut, aku saja biasa tuh, mau uang tidak? sudah cepat bantu aku bungkus mayat ini ya!" ucap Pipit.

          Kain kafan sudah dibalut ditubuh Dongos, tapi masih tetap kurang. Kain kafan basah dan sangat bau. Jenazah siap di angkat ke keranda, tapi sembilan orang tidak mampu mengangkat jenazah, seolah mayat Dongos beratnya puluhan ton.

 ***

Pemburu Cinta (Panjul Part 5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang