30

10.3K 374 40
                                    

Flashback on...

Riska dan Kevin segera menancapkan gas mobil mereka menuju rumah sakit. Perasaan mereka sangat kacau saat ini.

Setelah mobil terparkir di basement rumah sakit, kedua paruh baya tersebut berlarian ke arah lift dan menekan tombol lantai tujuan mereka.

Setelah sampai di lantai yang dituju, bukannya keheningan yang mereka dapat kan namun kericuhan dan suasana panik yang mereka jumpai.

Para suster berlarian kesana kemari, ntah mengapa hal itu membuat Riska semakin panik. Dia kembali berlari menuju ruangan yang menurutnya ruangan anak nya.

1309, ruangan itu dipenuhi oleh beberapa dokter yang tampaknya sedang memperdebatkan sesuatu. Sedangkan di belakang para dokter terdapat Caroline, Christy, dan Ily yang sedang menangis terisak serta Liam yang berdiri mematung di tempatnya memandang ke arah kasur dengan tatapan kosong nya.

Riska mematung di tempatnya, Kevin yang mengerti keadaan istrinya mencoba berpikiran dewasa dengan mendatangi para dokter lalu menanyakan apa yang sedang terjadi.

"Maaf dok, ini kamar Ana anak saya. Mengapa para dokter berdebat di sini?" tanya Kevin dengan suara lembut namun tegas.

"Ah maaf Pak Kevin. Anak anda sekitar jam 3 pagi tadi mengalami kejang-kejang. Dan para dokter sudah mengambil tindakan jika dia kembali kejang maka kami harus mengoperasi nya atau anak anda akan kehilangan nyawa nya" ucap salah satu dari dokter tersebut.

"Tapi dok, apa tidak bisa di tunggu beberapa saat lagi? Saya yakin anak saya orang yang kuat. Tolong beri dia waktu, siapa tau dia bisa kembali sadar dalam beberapa saat" tanya nya memohon kepada dokter itu.

"Baik lah kalau begitu mau Bapak. Kami akan memberi waktu sampai sore nanti. Namun jika tidak ada tanda-tanda dari mbak Ana sama sekali. Kami dengan terpaksa harus mengoperasinya tanpa persetujuan dari pihak keluarga lagi" lalu dengan itu para dokter meninggalkan ruangan itu menyisakan para keluarga yang sedang dirudung kesedihan.

Seolah tersadar dari mimpi, Riska melangkah kan kakinya dengan perlahan ke arah Ana yang berbaring dengan berbagai alat di tubuh nya.

Satu demi satu kaki nya melangkah bersamaan dengan air matanya yang terjatuh, sedangkan Kevin memandang ke arah jendela. Membayangkan anak gadis nya yang kini malah terbaring di tempat yang tidak seharusnya.

Gadis kecil yang dulu sangat di nantikan oleh Riska, dia dan juga Grey. Gadis kecil yang dulu nya menjadi alasan dia pulang cepat dari kantor.

Di mana senyuman gadis itu menjadi penghilang rasa lelahnya. Di mana suara tawa gadis itu menjadi alunan merdu di telinga nya.

Di mana saat Ana mengeluarkan tangis nya untuk pertama kalinya. Di mana gadis kecil itu telah terlahir ke dunia.

Kevin mengingat di mana masa Ana yang terjatuh dari sepeda dengan tangisan bercampur tawa nya. Di mana dengan lugu nya gadis itu mengatakan "Papah, nana udah bica naik cepedaa yey!" teriaknya dengan girang. Seolah rasa sakit dan darah yang mengucur adalah angin lalu saja.

Dia mengingat saat Ana yang dengan girang nya pulang ke rumah membawa medali dan piala dari hasil jerih payah bela dirinya.

Gadis itu sangat kuat.

Gadis yang ceria.

Gadis yang sangat ramah.

Tapi kini gadis itu malah terbaring dengan tak berdaya.

Di mana seharus nya ia dan Riska lah yang terbaring di sana.

Tapi malah mereka di dahulukan oleh anaknya.

Stay? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang