20..

97.4K 3K 32
                                    

Aku tidak pernah menyesal
Memberikan tubuhku
Jika
Hasilnya secantik dia

Alenta Ayuningtias







🌾🌾🌾





Acara pembukaan selesai, hanya sedikit yg hadir karna Alenta dan Ririn hanya menggelar acara kecil kecilan.

Toko bunga itu terhubung dengan sebuah rumah, sama seperti toko bunga miliknya disamarinda.

"Aahhhh capek" Alenta duduk diatas sofa dengan memangku Shirina.

"Rencana kamu apa Len?" Ririn menghampiri Alenta.

"Nanti aja kita bahas, kamu tau kan putriku ini sangat ingin tau apa yg iya dengar" Alenta mencubit gemas pipi Shirina.

"Iihh bunda sakit" gadis kecil itu mulai merengut.

"Iya iya maaf habis bunda gemas liat pipi Shirina yg tembem ini"

Kebahagiaan terbesar Alenta adalah bisa melihat Shirina bahagia dalam pelukan ayahnya.

"Semoga kamu bisa terima dia Van"

Sudah satu minggu Alenta harus rela bolak balik kerumah dan ketoko bunganya.

Dari pagi hingga putrinya tidur dia berada ditoko bunga yg baru yg iya resmikan. Dengan alasan pekerjaan jadi keluarganya tidak ada yg curiga.

Karna dia tidak betah berada dirumah mamanya mengijinkannya bekerja. Dengan alasan itulah Alenta bebas bertemu dan masih bisa mengurus putrinya sepenuhnya.

Lelah tentu saja. Alenta harus pulang kerumahnya saat subuh sebelum putrinya bangun dan pulang kerumah keluarganya setelah Shirina tidur.

Alenta yg tiba dirumah jam sembilan malam karna jarak rumah keluarganya dari rumahnya cukup jauh. Alenta melangkah menuju kamarnya yg berada dilantai atas.

"Dari mana kamu?" Alenta menghentikan langkahnya karna pertanyaan Alvano.

"Dari toko bunga Van, kenapa emangnya?" Alenta berusaha seramah mungkin. Kalau dulu Alvano bertanya seperti itu pasti jawabannya "bukan urusan kamu" pasti itulah jawaban Alenta.

"Kamu habis pacaran kan mana ada toko bunga buka jam segini?" Sekarang berbalik dulu Alenta juga pernah menanyakan hal yg sama cuma keadaannya saja yg berbeda.

"Kalau aku gak pura pura hilang ingatan udah aku tengelamin ni anak kedalam sumur" Batin Alenta.

"Aku lembur buat pesanan paket untuk pernikahan" dustanya.

"Alasan, jangan mudah tergoda sama mulut laki laki. Apa lagi samapai membuahkan hasil" sindir Alvano yg tentu saja sangat dimengerti oleh Alenta.

"Gak nyadar apa dia yg bikin aku isi terus gak mau tanggung jawab" lagi lagi Alenta hanya bisa menggerutu dalam hati.

"Tenang aja, kalau ngisi dia gak bakalan suruh aku buat gugurin kok" Alenta masih bersikap ramah meskipun sengaja menyindir Alvano.

"Baguslah" Alvano pergi meninggalkan Alenta yg hanya menahan amarahnya.

"Dasar laki laki kurang ajar, dia yg udah hancurin hidup aku tapi gak ada penyesalan sama sekali. Dasar bajingan" ingin rasanya Alenta berterik tapi dia masih waras untuk saat ini.

Alvano pov

Aku masuk kedalam kamar dan mengunci pintu. Aku sangat kesal melihat Alenta pulang malam. Aku hanya takut jika terjadi apa apa padanya.

ALENTA(End)Where stories live. Discover now