lembaran 1

2 0 0
                                    


Namaku, Alicia Garneta Sani. Panggil aja Cia, hehe. Aku berumur 12 tahun yang artinya aku baru lulus sekolah dasar. Artinya, aku udah mau menginjak remaja dan ingin lebih mengenal kehidupan dunia.

Aku hidup serba pas-pasan. Sebenernya nggak missquen-missquen amat sih, tapi aku bener-bener harus mikir dua kali pas beli sesuatu. Ya aku selalu berprinsip hidup hemat.

Manusia nggak bisa hidup tanpa uang, iyakan? Coba deh lihat orang di sekeliling kamu, dia punya duit dia bisa ngrubah seluruh kehidupannya. Mau operasi platik kek, mau perawatan facial-facial kek, tinggal gesekin aja kartu.

Suatu saat aku pernah berpikir kenapa aku nggak terlahir di keluarga kaya raya, kenapa aku nggak cantik kayak Raisa, kenapa aku hidup di serba kesederhanaan. Bahkan saat ini aku sering mengeluh tentang takdirku.

Tapi apa karena kekurangan kita, kita nggak bisa berkarya? Kita nggak bisa menciptakan sesuatu yang membanggakan? Kenapa? Semua orang bisa, hambatan apapun nggak boleh jadi penghalang.

Nyatanya dulu pas aku SD, temen-temenku pada les, sedangkan aku cuman bermodal rajin dan ibadah, nyatanya bisa kok peringkat satu nilai kelulusan tertinggi.

Mentalku bener-bener terasah tajam. Setiap pagi hari, rumahku seperti pasar pagi ramai. Ya karena siapa lagi kalau bukan aku? Si anak pembangkang—itu kata Ibu. Ternyata nilai tertinggi itu nggak jadi jaminan buat Ibu.

Belum lagi aku ikut ekskul paskibra. Dimana disana kamu bener-bener merasakan apa itu hell. Disaat kamu merasa terkucilkan karena kekuranganmu. Disaat kamu harus dipaksa untuk melakukan sesuatu. Disaat otak kamu benar-benar harus mengerti apa yang dia pikirkan.

Bukan Alicia kalau bukan mengenal apa itu bully. Sejak kelas 7 sampai sekarang ini, aku tahu berbagai macam bully. Ada bully online, bully fisik, bully perasaan, bully omongan.

Aku nggak bisa berkutik. Kenapa? Bukan karena aku lemah atau bahkan pasrah gitu aja harga diriku terinjak-injak. Bukan. Karena aku nggak mau orang lain tau masalah pribadiku. Aku nggak mau menyangkutkan orang lain di kehidupanku. Aku nggak mau dibantu, aku mau berjuang sendiri biar aku puas hasilnya nanti.

Tapi itu nggak mudah. Setiap mandi, jari-jariku berkerut, bibirku biru bergetar, diitambah mata bengkak yang kadang tertutupi karena sehabis mandi. Mungkin yang mengerti jelasnya penderitaanku hanya aku dan Tuhan.

Ibu selalu bilang, cerita aja sama Ibu. Tapi maaf ibu, aku nggak bisa. Terkadang orang lain memiliki privasi untuk mengetes sebarapa mampukah orang itu bertahan dengan masalah pribadinya itu.

Dan aku pernah bertahan di tengah-tengah perjalanan. Aku benar-benar ingin mengangkat tangan mempasrahkan diriku begitu saja dilubang buaya. Tapi tidak berakhir semnyedihkan itu,

Aku mmepunyais ebuah mimpi yang sedari dulu aku impikan. Kalian semua harus tahu,

Aku bisa bertahan karena aku ingin membanggakan orang yang aku cintai.

------

Bidikanku benar-benar tepat sasaran!

Siapa sih yang nggak nyesek pas lihat doi kalian jalan sama cewek lain. Apalagi cewek yang lebih cantik, lebih sempurnaa daripada kalian. Merendah aja udah

Namanya Elmo. Dia kakak kelasku, selisih setahun. Ya itungannya sekarang dia kelas 9.

Aku suka dia sejak awal kelas 7. Awal pertemuan kita juga nggak jauh beda sama FTV-FTV. Kita hampir tabrakan pas upacara. Taulah seberapa ramenya pas upacara dibubarin. Dan kebetulan sekali dia jadi petugas upacara.

Iya dia anak paskibra.

Dan itu bukan menjadi alasan kenapa aku ikut paskibra.

" Gila banget sih. Kemarin sama Una, sekarang udah ganti lagi. Warbyazah sekaly." Gumamku melihat Elmo masih ketawa-ketawa sambil berpandangan sama temen sebayanya, kayaknya sih si Lolita.

" Cemburu bilang aja sih, Lis. Sans aja mah, cogan sih mau tiap hari ganti-ganti ya bebas. Degem segudang minta digrepe-grepe." Ucap Milie

Emang dasarnya si Milie pikirannya sih udah kayak nggak anak sekolah. Liar banget. Taudeh heran, kenapa gitu ya anak jaman sekarang udah nggak suci lagi.

" Hush! Astaghfirullah ukhti." Ucap Rina sambil mengelus dada.

Kalo si Rina emang alim, eh.. maksudnya rada alim. Dia sih jarang ngomong kotor, tapi ya pernah juga tapi ya nggak sering. Yang paling alim sih menurutku Rina. Jangan salah, dibalik sifat kealimannya, dia itus uka mutung loh. Mana suka badmood-an gitu kan yang lihat juga ikutan kesel.

Ashila tiba-tiba bersuara " Jangan berharap sama kakak kelas. Nggak akan dapet percaya deh. sekalinya percaya ntar bosen ditinggalin."

" Trus?" tanyaku

Serin menyahut " Sama adek kelas aja deh. polos-polos gitu kan ena kalo diboongin wkwk."

Serin, mmm... dia versi keduanya Milie. Agak mesum. Tapi tetap yang menjadi peringkat pertama yaitu, Milie. Ya jangan dibayangkan kalau Milie sama Serin duduk sebangku, mereka bakal bahas hal-hal tidak senonoh pas Bu Asturi ngajar. Gila bat dah, wagelaseh.

" Yakan belum ada adek kelas. Sementara kamu berhalusinasi dulu aja deh sama kakak kelas, tapi jangan kelewatan." Ucap Ashila

Ashila, wajahnya kalem tapi percayalah, dia sebenarnya gak seperti itu. Bahkan dia bisa edun melebihi aku dan kawan-kawan. Dia tuh jadi moodbooster gitu ya diantara yang lain. Lawakannya itu ga garing, sekalipun garing tetap kita paksakan untuk tertawa.

Banyak yang bilang Ashila mirip sama aku. Ya jelas beda. Kulitku lebih gelap dibanding Ashila. Soalnya dia kan anak pramuka inti, kerjaannya cuman duduk, nulis, sama buat pionering. Sedangkan aku PBB diatas teriknya matahari, itu dilakukan setiap hari kalo mau lomba. Ya coba aja bayangkan dari jam 7 pagi-6 sore latihan nonstop, paling dikasih beberapa waktu buat ishoma. Selama hampir setengah haripun hanya waktu-waktu tertentu aja pas kami boleh minum air putih.

Tiba-tiba aja ponselnya Rina bunyi kenceng banget, mungkin sih notifikasi gitu ya. Trus si Rinanya melongo.

" Gila doyoung NCT ngecover lagu. Nikmat mana yang engkau dustakan!" teriak dia sambil ngeyutub dan duduk di salah satu kursi taman

" Ya emanglah anjay. Tadi malem udah aku ulang-ulang mana pas nyanyi setengah desah gitu kan pikiran dd kemana-mana sih maz." Ucap Sherin

Trus si Rina ngedeketin ponselnya ke telinga " ANJIRLAH BOSQ." Teriak Rina heboh pas ngedengerin Doyoung nyanyi Bazzi-Mine

" Desahlah ini yaampun. Belum w apa-apain udah maen desah aja nih bocah." Ucap Rina sambil ngegeleng-geleng. Sumpah, kalo pas ini Rina nggak lagi alim, beneran!

" Doyoung sape sih anjer! Kalian ngomongin kepop mana aq tau." Ucap Ashila yang dia ga ngerti apa-apa. Emang dasarnya dia bukan anak kepop. Ya mungkin ini menjadi salah satu perbedaan antara aku dan dia.

" Doyoung itu temennya Amanda Manopo." Ucap Diva

Kita berlima sama-sama mendengus kesal denger omongannya Diva. " Duyung itu cuk,"

Diva itu sengklek, dia sengkleknya ga ketulungan. Melebihi Ashila kalo lagi ngelawak. Mana pede banget sok jadi istrinya Sehun. Kalo aku mah ga tinggi-tinggi amat sih, jadi masa depannya Taehyung juga gapapa.

.

Entah kenapa duniaku berhenti seketika. Aku juga nggak tau karena apa. Hembusan angin menelusup celah leherku, sampai rambutku berhamburan kemana-mana. Keributan teman-temanku tiba-tiba terasa angin lalu, aku tidak ingin menimbrung apa yang mereka bicarakan.

Pandangan mataku menggeser di dekat aula sekolah. Memfokuskan kearah seseorang yang berdiri menatapku dengan pandangan tidak terbaca. Sambil bersedikap, dia menumpu punggungnya dengan tembok bangunan.

Aku tidak biasanya percaya diri memandang orang dalam jangka waktu lama. Biasanya aku memalingkan wajah, atau dengan cepat mencari objek lain untuk dipandang. Tapi ini berbeda,

Kenapa aku, kenapa.. terasa berbeda memandang seseorang itu?

***

vomment y thx:)


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 09, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

NOSTALGIAWhere stories live. Discover now