Perlahan, senja tak lagi merona.
Waktu mengikis cerita hingga tak lagi sama.
Apa hakku bertahan statis?
Kaupun tenggelam dalam kisahmu sendiri.Dulu kau berkata manis lalu kau lupa.
Pernah juga kau meminta aku tidak berubah.
Mungkin kau tak ingat jua.
Sehingga aku bisa lengah tak berasa.Lupakan mengenai hariku.
Dialog malamku dengan gelap hanya tentangmu.
Selalunya ada air mata saat bercerita.
Namun bukan salahmu jika aku terbawa.Tetaplah datang saat kau terluka.
Ku harap kau tak lupa bahwa aku akan selalu ada.
Aku pernah berkata bahwa tak baik menyimpan sedih sendiri.
Aku ingin kau tahu bahwa aku tak lupa.Mungkin rasaku yang dramatis.
Tiba-tiba datang saat dilarang.
Namun enggan pergi kala ku meminta.
Sekali lagi , cemburuku bukan salahmu.Kau, yang meniti tiap kata dalam sajak ini.
Entah sembari senyum atau tak peduli.
Aku hanya meminta tetaplah disini.
Meski terik berganti malam, dan kita sudah tak sejalan.
YOU ARE READING
Retorika Tak Terjamah
PoetryMencinta tanpa kata tidaklah seharusnya. Mengukir senyum saat sebenernya tak ingin ada. Melayangkan tanya yang tak pernah terjawab. Bukan.. Rasa selalu tahu kemana ia akan bertandang. Tidak ada yang salah mengenai tempat berlabuh. Hanya saja...