MINE

2.4K 294 8
                                    

warnιng! тypo вerтeвaran
вхв
.
нal ιnι тιdaĸ вerĸaιтan dengan apapυn. мaaғ jιĸa тerdapaт, naмa,ѕιғaт,тeмpaт yang ѕaмa
.
тerdapaт υnѕυr 17+
.
dejυng
.
2018
.

M i N E
─━━━━━━━━━━━━━━━─

Hoseok pov

Sepertinya Yoongi Hyung benar, pria ini bukan pria sembarangan. Lihat saja kemana ia membawaku, Hotel signiel seoul . Salah satu Hotel termewah di seoul. Letaknya di Lotte World Tower yang berdekatan dengan destinasi wisata berupa pencakar langit tertinggi Korea Selatan, Seoul Sky. Jumlah lantai 76 sampai 101. Oke, malam yang cukup indah, malam penutup pekerjaan sial ini dengan pria kaya yang tampan, Oh! Sepertinya aku tertular sikap serakah Yoongi hyung.

"Terima kasih, RM hyung ." aku tersadar mendengar suara lembut pria ini. Jeon jungkook, ternyata memiliki suara lembut dan mendayu. Ku lirik dia yang tampak sibuk dengan ponselnya, sesaat dahinya sedikit berkerut kemudian gigi atasnya menggigit bibir bawahnya pelan. Ya Tuhan, dia tampak seksi.

"Ayo." aku melirik telapak tangannya yang terjulur kearahku, mengajakku untuk keluar dari mobil Maybach Landaulet mewahnya. Aku mengulurkan tanganku padanya dan dia menggenggamnya. Hangat, telapak tangannya hangat.

"Aku akan menghubungimu besok pagi." ucapnya singkat pada pria yang bernama RM. RM mengangguk patuh padanya, kemudian melirikku dan memberikan anggukan kecil. Segera kubalas dengan senyuman kecilku. Tanganku kembali ditarik oleh Jungkook, satu hal yang aku rasakan dari genggamannya. Protektif, genggaman ini terlalu protektif dan posesiv, seakan tidak membiarkan aku lari. Cih, aku rasa dia tidak perlu cemas, aku dibayar untuk ini dan pastinya akan aku selesaikan dengan baik.

Kami memasuki sebuah lift, kulihat ia menakan tombol 10 disana. Dahiku mengerut, tidakkah sebelumnya ia melakukan registrasi pada resepsionis dulu?

"Hotel ini milikku." gumamnya pelan tanpa menatapku. Wah, sepertinya dia memiliki kelebihan membaca pikiran orang lain. Aku hanya mengangguk mengerti dan memalingkan wajah.

Pintu lift terbuka, dia kembali menarik tanganku keluar. Kakinya melangkah ringan memasuki lorong-lorong hotel ini. Kami berhenti disebuah pintu berwarna coklat tua, ia membuka pintu itu dan mempersilahkanku masuk. Kamar ini tidak seluas yang kuduga, bahkan seakan diatur memang hanya ditempati oleh dua orang. Mataku menyorot ranjang besar di sudut ruangan, besar namun tidak tinggi. Mungkin aku akan pas tidur disana, lalu bagaimana denganya? Tubuhnya tinggi dan aku yakin ia tidak akan tidur dengan nyaman disana.

"Kau ingin menggunakan kamar mandi lebih dulu?" tanyanya, seperti biasa, suarnya terdengar tenang dan lembut. Seperti lantunan lagu sendu pengantar tidur.

"Oh, tidak." jawabku.

"Oke, kalau begitu aku yang pakai. Kau bisa langsung bersiap-siap."

Aku mengangguk sekali sebelum ia masuk kedalam kamar mandi. Kulangkahkan kedua kakiku mengitari ruangan ini, kusentuh sprei ranjang empuk ini. Lembut, lebih lembut tiga kali lipat dari sprei ranjangku. Kakiku kembali melangkah mendekati jendela kamar, disini terpampang jelas pemandangan indah yang tersaji dari kota ini. Lampu malam yang berkelap-kerlip menerangi kota sibuk ini.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Suara lembut itu kembali terdengar olehku, kepalaku menoleh begitu saja kebelakang. Dia sudah berdiri bertelanjang dada disamping ranjang. Dan tubuhnya, oh Tuhan, benar-benar memukau. Aku sudah terlalu banyak menyentuh tubuh pria selama ini dan demi Tuhan, ini yang terhebat.

"Kau ingin aku yang kesana atau kau yang kemari." ucapnya lagi, eksprisinya begitu dingin dan tak pernah menghangat.

Aku tersenyum kecil, mengedutkan sudut bibirku. "Tetap disana, Mr. Jeon" aku melangkah perlahan ketempatnya. Menatapnya sededuktif mungkin. Aneh, pria ini sama sekali tidak tersenyum kearahku. Dan ini untuk pertama kalinya dalam masa kerjaku menemukan pria seperti ini.

Tangannya bergerak cepat menarik pinggangku ketubuhnya, dadaku dan dadanya bersentuhan, menciptakan sensasi panas bagi tubuhku. Oh, tidak! Jangan katakan jika disini aku yang bergairah. Romaku bergedik naik saat tangannya membelai leher ku. "Lehermu indah." kudengar dia menggumam.

Aku kembali tersenyum kecil, pujian yang selalu diberikan oleh setiap pelangganku. Tanganku merambat naik, menyururi rambut coklatnya, meremasnya pelan ketika bibirnya menyentuh permukaan kulitku. Oh, bibirnya teramat lembut. Tangannya tak diam, merambat kebelakang punggungku, meraba kulitku dengan ibu jarinya. Desahan kecil keluar dari bibirku yang masih berada dalam bibirnya. Aku merasakan ibu jarinya semakin turun ke pinggang,lalu beroindah ke depan untuk membuka kemeja ku.

Amat perlahan bibir dan ibu jarinya bergerak hingga aku cukup tak fokus dengan keduanya. kurasakan kemejaku telah terbuka dan kubiarkan kemejaku lolos samapai ke kakiku dan bibirnya terlepas dari bibirku, erangan terengah terdengar dari bibir kami. Mataku masih terpejam, menikmati gelombang gairah yang menyuluti tubuhku. Dan hal pertama yang aku temukan saat membuka mata adalah mata coklatnya yang tajam. Ia menatapku penuh kilatan gairah dan demi Tuhan, aku benar-benar terhanyut didalamnya. Mulutnya tak terkatup sempurna ketika mata coklatnya menjelajahi tubuhku, menelanjanginya dengan tatapan deduktif.

Aku seperti terbakar di perlakukan seperti ini, pria ini tak menyentuhku, hanya menelisik tubuhku dengan kedua matanya, namun aku benar-benar sudah tak sabar untuk menariknya ketubuhku. "Bisa kita mulai?" bisiknya pelan. Kepalaku mengangguk begitu saja seiring tangannya mendorong tubuhku hingga terhempas diatas ranjang.

Ia menindihku, melumat bibirku dengan rakus, menjelajahi isinya. Lidahnya begitu lihai bermain disana hingga aku tak menyadari tangannya yang sedang mencoba melepas resleting celanaku d bawah sana. Ku angkat sedikit tubuhku keatas agar ia mudah memebuka celanaku lalu tangannya kepunggungku, tanganku tak henti mengitari punggung kokohnya. Dia hangat dan aku suka itu,bibirnya beranjak turun kebawah, menyapa dadaku yang terekaspos dihadapannya. Sekali lagi, bibirnya benar-benar menghanyutkan tubuhku hingga aku tidak dapat melakukan apapun. Aku terlalu terlena dalam sentuhan intimnya. Sentuhannya tidak lembut namun tidak juga kasar, aku belum pernah menemukan pria yang menyentuhku seperti ini, benar-benar pintar mengobarkan gairahku.

"Jangan hanya diam." bisiknya tegas ditelingaku, daun telingaku menjadi sasaran gigitan kecil giginya.

Aku yang mengerti jika ia menungguku, segera memepekerjakan kedua tanganku. Merambat kebawah tubuhnya, melepaskan ikat pinggang Gucinya dan segera menurunkan resleting celana jeansnya. Sentuhan pertama yang aku lakukan menimbulkan desisan tak tertahankan darinya, aku tersenyum kecil melihat erangannya. Kulakukan hal itu sekali lagi hingga ia tersadar jika aku tengah mempermainkannya.

"Kau ingin bermain?" desisinya tanpa ekspresi, Ya Tuhan! Kapan dia akan mengeluarkan senyumannya? Aku kembali tersenyum geli melihatnya, kakiku menurunkan celana jeansnya hingga celana itu terlepas dari dirinya. Dia sudah sangat... besar.

"Tergantung, permainan apa yang ingin kau lakukan," balasku, jari telunjukku mengitari dada bidangnya, menyelusuri garis tengah dada itu hingga kepusat tubuhnya. "Kau sangat siap ternyata." cemo'ohku.

"Ya, begitu juga dengan kau." balasnya, aku merasakan tangan hangatnya membelai dadaku lembut, meremas dan memelintirnya perlahan hinggamembuat aku mendesah tak sadar. Dimulai dari sini, segalanya terasa indah, panas dan menyenangkan. Aku terlalu terbawa oleh suasana panas yang ia ciptakan. Jeon Jungkook, pria terakhir yang menjadi pelangganku.


─━━━━━━M━i━N━E━━━━━━─
1051 Word


M I N E ᴶᵁᴺᴳᴴᴼᴾᴱ (SELESAI)Where stories live. Discover now