S-09

3.7K 503 187
                                    

Dabel loh ya? Gak mewek, gak ribut kok ini. B aja.



..

Kejadian malam itu, tentu masih terngiang di otak dua anak ini. Terutama di otak si bungsu Kihoon.

Malam itu, jangan kira Kihoon tidak tahu apapun. Karena, Kihoon yang tertidur di meja belajar terbangun kala mendengar suara mobil terparkir.

Dia mengintip dari jendela kamarnya. Ternyata benar, itu ayahnya. Anehnya, tak lama setelah sang ayah turun ada wanita yang ikut turun. Kihoon pun mengintip dari balik pintu kamar.

Bahkan dia tahu, bagaimana sang ayah menggiring wanita itu masuk kamar. Hingga mata polosnya melihat ayahnya mencumbu mesra sang wanita sebelum benar-benar masuk kamar.

Mata Kihoon berkaca menahan amarah. Sialnya, tak lama setelah itu ibunya keluar dari kamar. Ingin sekali menghentikan ibunya. Namun, kakinya seolah mati di tempat.

Entah apa yang dilakukan pasangan itu yang jelas pasti menyakitkan bagi ibunya. Karena sang ibu seketika menangis hingga tubuhnya bergetar. Bahkan hampir limbung.

Ya, Kihoon tahu semuanya. Sangat tahu.

..


Ternyata ibu dua anak ini semangatnya tak pernah surut. Terbukti dia tetap membuka toko dan membuat roti. Walaupun sesekali dia harus menghela napas hingga menahan air matanya jika mengingat sang suami.

"Permisi?"

Ada sedikit keterkejutan melihat siapa yang datang. "Kau?" Senyum ramah Rae Na.

"Ya, kebetulan aku lewat. Jadi, aku mampir."

"Duduklah! Akan ku buatkan teh."












.

Di tengah obrolan ringan, datang nenek pemilik toko. "Oh? Ada tamu?"

Keduanya tersenyum. "Kalau begitu aku ke dapur dulu." pamit Rae Na.

Sang nenek mengambil duduk di samping si tamu. "Kau temannya? Siapa namamu?"

Dasar nenek kepo.













































"Jung Hoseok."

Dyaaaaarrrr! Bagai petir menyambar bagi para readers. Ya gak siii?

"Kau tampak masih muda. Berapa usiamu?"

Pria yang memiliki bermarga Jung itu pun tersenyum. "29 tahun."

"Benar. Ternyata kau masih muda. Ada urusan apa?"

"Tidak ada. Hanya kebetulan lewat. Aku mengajar SMA dekat sini."

"Kau guru?"

"Ya, sejak beberapa waktu lalu. Sekarang sedang mengambil pascasarjana."

"Hebat, hebat. Anak pintar rupanya." kagum sang nenek.

Hoseok tersipu. "Tidak juga."

"Kenapa kau bisa mengenalnya?"

"Kenapa nenek tanya-tanya?" Sahut Rae Na yang sudah keluar dari dapur. "Maaf lama. Aku sedang membuat adonan."

"Tidak apa-apa."

"Aku tanya kenapa dia kenal denganmu?"

"Dia yang menolongku waktu itu."

"Ah! Itu karena salahku, nek. Aku menabraknya hingga tepungnya tumpah."

Terjadilah perbincangan ringan di antara mereka. Tak lupa sesekali Hoseok memuji roti buatan Rae Na.

Selesai, Rae Na mengantar Hoseok hingga depan toko. "Hati-hati!" pesan Rae Na layaknya seorang bibi pada keponakannya.

"Emm? Boleh aku memanggilmu kakak saja?" Ucapnya terdengar ragu. "Aku merasa usia kita tidak terlalu jauh."



..

Yoongi kembali pada aktivitas semula. Pulang ke rumah istri kedua. Seperti hari ini misalnya, mereka makan siang di rumah bersama.

"Istrimu masih marah, ya? Karena aku, kan?"

"Tentu saja bukan. Jangan pikirkan dia. Em?" Yoongi mengusap pipi wanita di depannya.

"Oh, ya? Anakmu yang pertama tampan juga. Siapa namanya?"

"Kiyoon. Kau suka padanya, hem?" Goda Yoongi.

"Tentu saja aku lebih suka padamu, anakmu kasar."

Mendengar itu. wajah Yoongi berubah masam. Sedikit tidak terima anaknya dikatai seperti itu.



..

Kiyoon dan kawanannya tengah berada di kantin. Membahas strategi untuk mengalahkan lawannya. Tidak, bukan tawuran. Tapi, adu motor.


Balap liar.

Ya, menyenangkan bukan? Apalagi taruhannya motor milik lawan. Tentu mereka akan antusias.

"Jadi, siapa yang akan maju di antara kita?" Daniel bertanya. "Pertandingannya besok pukul 11 malam."

Mereka saling melirik.

"Mark!" tunjuk Jihoon.

"Aku?!"

Plak!

Mark langsung memukul kepala Jihoon. "Aku sudah mempertaruhkan motorku dan aku masih harus bertanding? Kenapa tidak kau saja?! " Kesal Mark.

"Daniel!" tunjuk Felix.

"Kau saja!" Sahut Daniel.

"Kiyoon!" Ucap mereka bersamaan.

"Sepertinya aku tidak bisa ikut."

"Apa?!" Pekik Mark.

"Kenapa? Ini sangat seru, kawan!" kata Jihoon yang duduk di sampingnya.

"Hei! Kau tidak tertarik dengan motor yang mereka gunakan? Aku dengar mereka akan mempertaruhkan motor ratusan juta." ujar Daniel.

"A-aku punya urusan sendiri."

"Kau? Punya urusan?" Tanya Mark seolah tidak percaya. Lalu, tertawa dan diikuti yang lainnya.

"Aku sungguh-sungguh. Kalau kalian tidak percaya, ya sudah."

"Urusan apa, kawan? Mungkin kami bisa membantu?" Ucap Jihoon.

"Tidak perlu. Kabari saja jika kita menang."

Kiyoon beranjak dari sana. Meninggalkan empat temannya yang menatap penuh tanda tanya.









Bersambung--

Td malam lupa gak ngucapin HBD buat akang Jimin.

SCH ya kang. Semoga roti sobeknya makin sobek. Jangan kalah dong sama maknae.

Lavyu

Ryeozka

SEESAW / ENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora