S-16

3.5K 492 76
                                    

Find your sensation!

Nb: Ada kata kasar. Tidak untuk di tiru.

..

Di tengah diam. Anak yang belum legal ini menemukan sesuatu yang tidak asing di tepi bangunan. Diam-diam tangannya menggeram. Dengan mata yang berubah nyalang.

..

Semua bergerak memasuki tempat yang di tuju. Tak jarang mereka melempar tawa satu sama lain. Semakin kaki mereka melangkah masuk, semakin terdengar kebisingan di dalamnya. Alunan musik dengan liuk gemulai para penikmatnya memenuhi ruangan dengan cahaya remang-remang.

Jujur, Kiyoon tidak suka tempat ini. Meskipun sempat menyambangi yang sejenisnya di tempat lain. Tapi, baginya ini adalah tempat paling menjijikkan. Di mana para gadis terang-terangan memperlihatkan tubuh mereka. Menggoda para pria berkedok tajir atau semacamnya.

Anehnya, kenapa juga harus melakukan transaksi di tempat ini. Sebenarnya, transaksi apa? Wanita? Jalang? Atau obat terlarang?

Biasanya, mereka akan melakukannya di tempat sepi. Seperti kala itu.

"Mana barangnya?"

Oh, ternyata Mark sudah mendapati koleganya.

Kolega?

Ya, anggap saja seperti itu.

"Kenapa tidak di tempat biasanya saja?" Tanya Kiyoon yang agak kesal.

"Dia yang mengundang kita"

"Ya. Aku mengundang kalian. Nikmatilah. Gratis untuk kalian" senyumnya. "Kecuali, barang yang kalian terima" lanjutnya di ikuti kekehan.

Kiyoon merasa jengah dengan keadaan ini. Sungguh, tidak ada yang menarik di tempat ini. Padahal matanya sudah mengedar kesetiap penjuru. Sampai tidak sadar sudah di tinggal oleh teman-temannya.

Hingga pandangannya berhenti pada seorang pria yang masih memakai kemeja kantornya tengah duduk di antara dua wanita. Senyumnya terkembang sambil sesekali mengerjabkan matanya. Seolah menikmati sentuhan wanita di sampingnya. Sesekali pula terlihat dia menenggak minuman dalam gelasnya.

Tidak habis pikir. setelah mencampakkan keluarganya. Kini sesuka hati bermain dengan para wanita?

Gila!

Kiyoon merasa di permainkan sekarang. Sebejat itukah ayahnya selama ini?

Tangannya sudah gatal sekarang. Sangat gatal. Darahnya seolah mendidih hingga menguap di ubun-ubun. Jari-jarinya sudah memutih karena mengepal sangat erat. "Berengsek!"

Gumamnya pelan dan mata yang nanar.

"Hei! Kau kenal dengan orang itu?" Tanya Jihoon yang mengikuti arah pandang temannya.

Merasa tidak mendapat jawaban, Jihoon memilih beranjak. Lagipula raut wajah temannya ini sungguh tidak bersahabat.

Bugh!

Satu pukulan mendarat di rahangnya. "SIALAN!!"

mendengar keributan semua pengunjung langsung mengarah pada mereka. Tak terkecuali empat temannya. Sementara dua wanita yang ada di sampingnya pun langsung kabur entah kemana.

"Kiyoon?" Lirihnya yang cukup terkejut.

"SIAPA KAU BERANI MENYEBUT NAMAKU?!"

Bugh!

Kiyoon kembali melayangkan satu pukulan tepat mengenai pelipisnya. "BERENGSEK! BIADAB! KEPARAT KAU!!" Teriak Kiyoon berapi-api dengan mata berkaca-kaca.

Hati dan otaknya benar-benar sudah di kuasai oleh amarah. Pukulan yang di layangkan sudah tidak terkendali lagi. Keempat temannya mulai mendekat. Berusaha menghentikannya. Sebelum orang yang tidak mereka ketahui itu mati di tempat. Mereka sangat tahu, Kiyoon seperti apa. Jika amarahnya sudah menguasai, Mark sekalipun tak bisa mengendalikannya.

"MINGGIR! JANGAN MENGHALANGIKU! AKU AKAN MENGHAJAR ORANG INI!"

"KIYOON! BERHENTI! KAU BISA MEMBUNUHNYA!" Peringat Mark.

"BIAR! DIA MEMANG HARUS MATI" jawab Kiyoon dengan air mata yang sudah mengalir.

Yoongi sudah tak berdaya. Pengaruh alkohol dalam tubuhnya membuatnya setengah sadar.

"LEPAS!"

Kiyoon berhasil lepas dari cengkeraman keempat temannya. Siap menghajar kembali pria di depannya.

"KIYOOON!"

PRAKK!

Semua terkejut. Kiyoon, dengan segala kekacauan dalam otaknya memukul kepala ayahnya dengan botol minuman keras yang ada di jangkauannya hingga pecah.

Darah segar mengalir di sela rambut pria di depannya. Sedetik kemudian orang itu tak sadarkan diri. Tubuh Kiyoon bergetar hingga jatuh berlutut di depan ayahnya. Matanya memandangi tangannya yang telah dia gunakan untuk memukul sang ayah.

"Apa yang sudah ku lakukan?" Sesalnya dengan cucuran air mata.

Semua orang telah pergi. Termasuk teman-temannya. Bukan maksud tidak peduli. Hanya saja mereka merasa Kiyoon butuh sendiri.









.

Sepanjang perjalanan air mata Kiyoon terus mengalir. Langkahnya terseok tak berdaya. Pikiran buruk mulai menguasai otaknya. Bagaimana dia akan menghadapi ibunya.

"Kakak, bagaimana kalau kakak masuk penjara?"

Benar. Kekhawatiran adiknya kala itu tengah di depan mata. Apa yang harus Kiyoon lakukan?

"Ibu?" Panggil Kiyoon dengan suara lemah di depan pintu.

Rae Na membuka pintu utama. Wajahnya terkejut kala mendapati anaknya kembali dalam keadaan berantakan.

"Kau kenapa?"

"Ibu?"

Tubuh Kiyoon terjatuh dan melingkarkan tangannya di pinggang sang ibu.

"Kiyoon? Bangun, sayang. Ada apa?"

Rae Na dengan telaten membimbing anaknya masuk. Lalu, mendudukkannya di sisi ranjang tempat tidur. "Ibu, apa yang harus kulakukan?"

Racaunya dengan mata yang masih saja basah. Sepertinya Kiyoon benar-benar frustasi sekarang. Lidahnya sampai kelu untuk bercerita.

"Ceritalah nanti jika kau sudah tenang"

Rae Na keluar. Meninggalkan anaknya sendiri.

Sayang, bukannya makin tenang. Kiyoon semakin histeris menangis. Dengan memeluk lututnya sendiri.








Bersambung--

Lama sekali menunggu momen ini.

Lebay gak sih adegan di part ini?

Feelnya gimana coba?

Agak kaku sebenarnya pas nulis umpatan kasar. Tp karena emosi ya mau gak mau.

Lavyu

Ryeozka

SEESAW / ENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora