Noni Belanda

143 5 0
                                    

Hari ini biasa saja di kota ini. Sarina dan temannya, Dimas, lagi jalan di jalanan. Mereka harus bikin tugas bersama.
Dimas: Sari, anjing!
Sarina: Hah, maksud lo?
Dimas: Bukan, ada anjing di belakangmu! Anjing itu galak banget! Yang lari dari anjing itu hanya yang beruntung saja!
Sarina: Oh-
Anjing: Grrrr...
Sarina: Astaganaga! Dimas, lari!
Mereka berlari. Mereka tak peduli mau ke mana, yang penting lari dari anjing legendaris itu.
???: Di sini, Anak-anak.
Mereka melihat wanita berbusana kebaya yang mengajak mereka masuk rumah. Untung wanita itu menutup pintunya sebelum anjing galak itu masuk.
Dimas: Huh, untunglah! Aku takut Mami dan Adik tertinggal! Makasih, Kak!
???: Sama-sama. Aku hanya takut kalian disakiti anjing itu saja...oh ya! Namaku Marie.
Dimas: Aku Dimas. Selamat siang!
Sarina: Namaku Sarina. Halo, Kak.
Marie: Halo, Sarina, Dimas.
Dimas mengamati rumah itu. Wow, gaya Belanda jaman dulu. Seperti museum.
Dimas: Rumah cantik, Kak Marie. Menarik.
Marie: Terima kasih, Dimas.
Marie menggunakan kebaya jaman dulu berwarna biru, dengan selendang merah, bros emas dan kain batik. Wajahnya unik, bukan sepenuhnya Belanda, bukan sepenuhnya Indonesia.
Marie: *melihat tas Dimas dan Sarina* Kalian tadi mau ke mana?
Sarina: Mau kerjakan tugas-eh, kita bikin apaan di sini?!
Dimas: Oh, ya! Tugas! Aduh, aku lupa! Maaf, Kak Marie, kami harus pergi dulu.
Marie: Iya, tidak apa-apa, Anak Manis. Tapi sebelumnya, mau makan kue dulu? Ada nastar nih.
Sarina: Mungkin kami bisa bawa untuk bekal. Isabella pasti suka *ketawa*
Dimas: Lah, bukannya dia sukanya coklat?
Sarina: Yang penting kuelah! Dia ga peduli, yang penting bisa dimakan!
Marie: Hahaha, kedengarannya menarik. Sampai jumpa, Anak-anak Manis.
Sarina: Iya. Dadah!
Marie: Huh, baguslah, tanah lahirku dirawat oleh anak-anak baik seperti mereka.
Dimas: Maaf, ada ap-?
Tidak ada Marie di situ. Marie menghilang.
Sarina dan Dimas pergi ke rumahnya Isabella.
Dimas: Sari, kita ga bilang-bilang yang lain tentang hantu noni Belanda itu, oke?
Sarina: Tenang, Dim. Tidak ada yang percaya kita tentang hantu.
Dimas: Kue nastarnya nyata, kan? Bukan hantu kuenya nastar?
Sarina: Udah gue cek, kuenya kue nyata.

Koleksi Cerpen IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang