Chapter 01 - Saudara

5.8K 390 8
                                    

 "Ketika semua yang kupandang hanya sebuah kegelapan"

.

.

"Sehun-ah! Jangan lari! Yaa!"

"Sehunniee~"

"Huniee~ Hyung mohon berhentilah berlari!"

Di halaman rumah seluas lapangan ini, terlihat 3 anak laki-laki yang hampir sebaya berlarian mengejar anak laki-laki lain yang terlihat jauh lebih muda dari mereka. Tanpa mengenal lelah. Sehun, si anak laki-laki yang dikejar berlari makin kencang dengan tawa renyah khas anak kecil berumur 5 tahun. Karena tawa itu, kepalanya terdongak menunjukkan kebahagiaan. Hatinya bebas. Kaki mungil tanpa alas itu terus berlari hingga dia tidak menyadari jika kaki mungilnya menuntunnya ke arah jalan raya yang banyak lalu lalang kendaraan. Gerbang yang biasanya tertutup rapat entah kenapa kini terbuka lebar seakan mempersilahkan sang tuan termuda, anak dari pemilik rumah itu bebas berlari dari kejaran kakak-kakaknya.

Pikiran anak kecil itu sama sekali tidak banyak. Sangat sederhana sehingga terus berlari ingin menyeberangi jalanan yang ramai di depannya. Apalagi setelah melihat orang yang berjualan di seberang jalan itu. Dia ingin balon yang dijual paman itu.

TINNNNTTT

BRAK

PYAR

BRAK

BRAK

Hingga setelah terdengar suara klakson dan bunyi kendaraan saling bertabrakanlah yang menghentikan tawa renyah dari Sehun. Tidak hanya itu, ketiga kakaknya yang tadi mengejarnya kini telah berdiam di tempat menatap kendaraan-kendaraan yang ada di depannya saling bertabrakan.

Seorang kakaknya tiba-tiba menjatuhkan air matanya begitu melihat tangan Sehun yang tergeletak di bawah salah satu mobil. Tangan kecil dan mungil adiknya itu terlihat lemas dan penuh dengan darah. Setelah menyadari keadaan adiknya itu, sang kakak tertua itu menjatuhkan lututnya bersamaan dengan air matanya.

"Andwe" gumam kakak Sehun yang berwajah paling lembut itu. "Hiks, tidak mungkin!!! HHUUNNIIEE!!"

-.-WM ©weyoungch 2018-.-

"HUNNIE!!!!" Luhan terbangun dari tidurnya begitu mimpi buruk itu kembali datang menghantuinya. Keringat telah membasahi wajah manisnya dengan nafasnya yang naik turun tidak beraturan.

Cklek

"Hyung? Kau baik-baik saja?" Baekhyun membuka perlahan pintu kamar Luhan. Tubuh bagian atasnya masuk ke dalam ingin memastikan jika laki-laki yang saat ini ada di kamar baik-baik saja.

Luhan segera menolehkan kepalanya dan menatap Baekhyun, adiknya dengan senyum tipis –terpaksa- . Helaan nafas yang keluar dari bibir tipis Luhan yang lumayan keras membuat Baekhyun yakin jika kakak tertuanya itu tidak sedang baik-baik saja.

Baekhyun perlahan memasuki kamar Luhan, dengan sangat pelan tanpa menimbulkan suara dari langkah kakinya.

Luhan menatap gerak gerik Baekhyun yang terlihat khawatir hingga Baekhyun mendudukkan dirinya di sisi tempat tidurnya. Tangan putih nan lentik Baekhyun segera meraih gelas yang ada di nakas meja sebelah tempat tidur Luhan dan membantu Luhan meminum air yang ada di gelas itu. Tanpa banyak bicara, Luhan segera menghabiskan air yang ada di gelas itu dengan cepat agar keadaannya bisa kembali tenang.

Kris yang tadinya sedang ada di ruang kerjanya kini bahkan sudah berdiri di ambang pintu menatap Luhan yang terlihat tidak sehat sejak kejadian 13 tahun yang lalu. Trauma. Itulah yang dialami Luhan sejak kecelakaan yang menimpa adik bungsunya waktu itu. Kris menghela nafas dan mendekati Luhan.

"Kenapa kau belum bisa melupakannya?" tanya Kris dengan wajah dinginnya menatap Luhan.

Luhan hanya menghela nafas –lagi- dan menggeleng lemah. Dia terlalu rapuh untuk menceritakan semua yang ingin dia tumpahkan. Dia benar-benar tidak sanggup untuk menerima kejadian yang bahkan sudah sangat lama terjadi itu.

Luhan mengusap wajahnya kasar dan kembali membaringkan tubuhnya memunggungi Baekhyun yang akan segera meneteskan air matanya beberapa saat lagi. "Andai saja saat itu aku lebih cepat mengejarnya, pasti semua ini tidak akan terjadi" ucap Luhan kemudian dengan isakan yang terdengar begitu pelan. "Aku sudah gagal menjadi kakak yang baik untuk kalian. Aku gagal. Hiks" isaknya lagi.

"Aku, hh. Tidak hanya kau. Aku juga merasa bersalah karena semua ini terjadi. Seharusnya aku tidak membuatnya berlari waktu itu" kini Kris yang berbicara. Tersirat nada penyesalan di setiap kata yang tadi keluar dari bibirnya. Sedangkan Baekhyun, kini hanya bisa menangis tanpa suara mengingat kejadian yang sama sekali tidak pernah dia harapkan. Bahkan keluarganya pun tidak pernah mengharapkan kejadian ini. Semuanya tidak mengharapkan ini.

"Hyung? Aku pulang"

Suara lembut yang menyapa indra pendengaran ketiga bersaudara itu membuat suasana yang tadinya berisi isakan dari Luhan dan Baekhyun kini kembali hening. Kris yang dari tadi berdiri memunggungi pintu spontan membalikkan tubuhnya. Begitupun dengan Baekhyun yang spontan berdiri dan menatap pintu. Luhan, hanya mematung di posisinya yang masih berbaring memunggungi pintu.

Laki-laki berwajah manis dengan senyum lembut terlihat meraba dinding dan berjalan mendekat ke arah tiga bersaudara itu dengan langkah perlahan. Senyumannya tidak pernah lepas menghiasi wajahnya membuat Kris dan Baekhyun tiba-tiba berubah menjadi batu. Tidak bergerak sama sekali, hanya bola mata yang mengawasi langkah laki-laki itu yang mendekat.

Laki-laki manis itu terlihat meraih sesuatu setelah dirasa dia sudah berhasil melangkah mendekat. Dia meraih udara.

"Kurasa, tidak ada yang berubah di kamar ini, tapi-" laki-laki itu berdiam sejenak sebelum, "dimana kalian sekarang?" tanyanya masih meraih-raih udara.

"Hiksmm" Luhan kembali terisak dan segera membekap mulutnya sendiri berusaha menyembunyikan suara isakannya.

Kris yang pertama kali sadar dari keadaan membatunya segera meraih tangan laki-laki itu dan menaruhnya di pipinya. "Aku, di sini. Sehun-ah"

Sehun semakin sumringah begitu Kris meraih tangannya. Bahkan segera menempelkan tangannya di pipi kakak keduanya. Tangan lentiknya segera meraba wajah Kris. Alis tebal yang tertata rapi, bulu matanya tidak terlalu panjang, hidung mancung, bibir tebal seksi dan dagu. "Fan hyung. Kris hyung!!" teriak Sehun.

Baekhyun tersenyum. Tapi tidak mungkin dia bisa menahan tangisnya yang kini semakin menjadi. Adiknya, adik mungilnya dulu, kini telah tumbuh dewasa. Bahkan lebih tinggi darinya. Lebih tinggi dari Luhan. Lebih tampan dan manis. Tapi-

"Aku memang tidak bisa melihat. Tapi aku bisa mendengar isakanmu, hyung. Kenapa kamu menangis?" ucapan Sehun membuat Baekhyun dan Luhan terisak semakin keras.

Kris menelan ludah susah payah mendengar Sehun yang mengatakan tentang keadaannya sekarang. Cukup sakit mendengarnya, apalagi kata itu keluar dari mulut Sehun sendiri. Katakanlah Sehun tegar untuk saat ini. Tapi Kris sangat tahu, bahkan dia sangat mengenal adik bungsunya itu. Sehun selalu menangis setiap malam di kamar meruntuki nasibnya yang begitu buruk. Dari dulu yang sangat ceria dan dapat melihat pemandangan alam yang indah, hingga tiba-tiba dalam satu waktu dia kehilangan keindahan itu. Bahkan Sehun sempat mengalami lumpuh selama setahun penuh waktu itu.

Luhan menghela nafas panjang dan segera bangun dari kegiatan berbaringnya. Tanpa menunggu lama lagi, Luhan segera memeluk adik bungsunya itu erat. Sangat erat. Bahkan Sehun sampai bisa mendengarkan detak jantung kakak tertuanya itu yang berdetak sangat keras.

Kembali, senyum tipis khas Sehun tercetak begitu indah di wajah rupawannya. Tangan yang menggelantung di samping kanan kiri tubuhnya segera dia lingkarkan di tubuh Luhan. Tidak terlalu erat seperti Luhan memang, tapi cukup untuk mengirimkan perasaan tenang bagi Luhan.

"Jadi, apakah Baekhyun hyung tidak mau memelukku juga?" tanya Sehun yang langsung mendapatkan pelukan dari Baekhyun. Kris yang tidak mau hanya menjadi penonton saja, segera bergabung, memeluk tubuh saudara-saudaranya yang bertubuh lebih mungil darinya.

.

.

.

.

A/n WATCH ME Vers 1

⚠️ Untuk jadwal update semua ff, bisa cek di beranda 🤗

[COMPLETE] WATCH MEWhere stories live. Discover now