|3| Tulisan

33.6K 3.8K 408
                                    

Hal yang paling menyebalkan bagi Thea selama hidupnya yaitu ketika melihat kakak-kakaknya bermesraan. Kalau bermesraannya di belakang Thea sebenarnya tidak apa-apa, namun mereka bermesraan langsung di depan mata Thea. Membuat gadis itu merasa kesal luar biasa, kakaknya saja boleh mempunyai kekasih—lalu kenapa ia tidak boleh?

"Sungguh tidak adil!" Thea memberengut kesal dengan mata menatap sinis kearah kakak tertuanya, siapa lagi kalau bukan Gerald.

Gerald dengan santainya saling suap-suapan kacang panggang dengan Tiffany, gadis yang sudah menjadi tunangannya sejak 3 bulan yang lalu dan sudah menjalani hubungan dengannya selama 4 tahun. Mereka berdua tampak asyik bersenda gurau tanpa memedulikan sosok Thea yang kepanasan.

"Andaikan Thea punya kekasih, Thea juga bisa seperti mereka." gumam Thea pelan hampir tak terdengar.

Sebenarnya sudah hampir satu jam Thea disuguhi oleh pemandangan mesra dari kakaknya, namun ia masih bertahan dengan berpura-pura tidak peduli dan menonton acara TV yang sama sekali tidak Thea sukai. Tapi lama-lama Thea merasa bosan dan kesal juga, dia seperti tidak dianggap disini. Seperti makhluk transparan!

"Ish! " Bibir Thea mengerucut sebal sembari mengganti saluran TV secara acak dengan menggunakan remote.

"Kenapa, Thea?" Gerald bertanya dengan mulut mengunyah kacang panggang. Jakunnya yang ikut bergerak akibat gerakannya mengunyah membuatnya tampak lebih sexy dan juga menawan.

Tiffany ikut menoleh. Matanya sempat berkilat sinis sebelum akhirnya berubah menjadi ramah, "Ada apa, Thea? Kau ingin sesuatu?" tanyanya lembut.

"Tidak! Kalaupun Thea ingin sesuatu, Thea juga tidak akan pernah mau minta darimu" jawab Thea ketus. Ia sama sekali tidak suka dengan tunangan kakaknya itu. Dia merupakan gadis yang berwajah polos seperti malaikat namun berhati iblis!

"Thea." Gerald mencoba memperingatkan adiknya bahwa sikapnya tadi jauh dari kata sopan.

"Sudah, Gerald. Tidak apa-apa." Tiffany mengusap lengan Gerald seraya mengulas senyum simpul. Matanya lalu kemudian melirik sinis Thea sembari tersenyum remeh tanpa sepengetahuan Gerald.

Thea mencibir dalam hati. Tangannya sudah sangat gatal ingin mencakar wajah sok polos dari tunangan kakaknya itu. Ia dengan cepat berdiri dan tanpa kata segera melangkah pergi sebelum ia kehilangan kontrol dan pastinya akan membuat Kak Gerald marah.

"Dasar wanita ular. Thea akan menjadi orang pertama yang akan menertawakanmu ketika semua rahasiamu terbongkar, lihat saja nanti!" gerutu Thea tak henti-hentinya hingga tak sadar jika ia telah masuk ke dalam sebuah kamar.

Dahi Thea berkerut ketika ia melihat nuansa kamar yang ia masuki terasa sangat berbeda dengan kamar miliknya. Kamar dominan dark grey dengan beberapa jenis gitar yang tergantung di dinding memberi aksen minimalis yang kental.

"Wah, ada tamu tak diundang!"

Thea spontan menoleh ke asal suara yang ternyata berasal dari seorang laki-laki dengan wajah putih dan sebelah matanya tertutup timun. Reflek ia menjerit, "Kyaaaa, hantu timun!"

"Ha? Hantu? Mana? Mana?" Hantu timun berwujud manusia itu malah kalang kabut dengan kepala menoleh kesana kemari.

"Ish, kau hantu timun itu. Dasar hantu bodoh!" Thea mengumpat kesal.

"Aku?" Hantu itu menunjuk dirinya sendiri, "Ck, kau bercanda? Mana ada hantu setampan diriku!" ujarnya sembari menyugar rambutnya ke belakang.

Thea sempat memproses maksud dari hantu timun di hadapannya sebelum akhirnya wajahnya berubah menjadi datar. "Hantu timun bahkan masih tampan jika dibandingkan dengan kau Kak Zio!"

IntezaarUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum