|5| Insiden

25.4K 3.1K 365
                                    

Teng! Teng! Teng!

Suara bel yang berbunyi nyaring membuat kelas sains-1 yang semula hening berubah menjadi riuh sewaktu hal yang paling ditunggu-tunggu anak sekolah akhirnya tiba. Waktu pulang.

"Thank you, sir!"

Mr. Johnson segera berjalan keluar setelah menjawab ucapan dari semua murid, tak lupa mengingatkan untuk mengerjakan homework yang dia berikan. Pekerjaan rumah yang tentunya tidak sedikit karena guru fisika yang satu itu terkenal dengan kegemarannya memberi banyak homework. Salah satu tipe guru yang tidak disukai oleh sebagian besar anak sekolah selain guru killer.

"Kau sudah tahu mau pulang bersama siapa?" Clarity bertanya pada Thea yang masih sibuk memasukkan alat tulis ke dalam tas.

Thea menjawab singkat, "Belum."

"Sayang sekali hari ini aku ada urusan." Clarity mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya seraya berpikir. "Hm, bagaimana kalau aku bilang pada Kak Galen jika kau mau membonceng?"

Thea mendengus dan gerakannya beres-beres terhenti seketika, "Memangnya kau berani bicara dengan Kak Galen?"

Clarity langsung mengeluarkan cengiran lebar lalu kemudian berkata "Tidak."

Di SHS ini memang tidak banyak orang yang berani berbicara dengan Galen, entah apa alasannya. Tapi diantaranya mengatakan bahwa adrenalin mereka langsung ciut saat berhadapan langsung dengan Galen. Saat ada orang yang berbicara dengannya, Galen memang akan menatap orang tersebut dengan sangat tajam dan penuh intimidasi yang menyiratkan kekuasaan. Apalagi nada bicaranya yang dingin dan juga menusuk serta sangat irit.

"Thea naik taksi saja." Memakai tas gendongnya, Thea beranjak dari kursi lalu berkata "Ayo pulang!"

Clarity menghendikkan bahu sekilas sebelum mengikuti Thea keluar dari kelas. Ia menutup pintu kelas karena orang yang terakhir di dalam kelas harus menutup pintu.

Suasana di koridor pun juga cukup sepi dengan hanya beberapa orang saja yang tampak terlihat. Contohnya adalah seorang lelaki berjaket merah dengan rambut berponi yang sedang bersender di dinding koridor. Sesekali matanya melihat jam tangan di pergelangan tangannya seolah sedang menunggu seseorang.

Dahi Thea berkerut ketika ia merasa familier dengan wajah lelaki itu. Ia tampak berpikir sebelum akhirnya lelaki itu menyadari kehadirannya lantas tersenyum tipis. "Nathan?"

"Hai, Thea!" Nathan memperbaiki posisinya dengan senyuman yang membuat lekuk di pipinya terlihat.

Clarity yang sedari tadi terpesona melihat ketampanan Nathan kini tersadar dan langsung bertanya, "Kau kenal dengan lelaki ini, Thea?"

"Ya, Thea mengenalnya." jawab Thea dengan sedikit salah tingkah karena Nathan tidak berhenti menatapnya. "Dia adalah Nathan yang memberikan  nomor ponselnya kemarin." lanjutnya kali ini berbisik di telinga Clarity.

"Benarkah?!" teriak Clarity tiba-tiba akibat terkejut dan langsung mendapat pelototan gratis dari Thea. Ia pun mengeluarkan cengiran lebar lalu melihat Nathan yang tampak ingin tahu apa yang mereka bicarakan, "Jadi kau yang bernama Nathan?"

Nathan hanya mengangguk dan melihat Clarity sekilas sebelum menatap Thea kembali. Dan Thea merasa semakin salah tingkah.

"Oh, ya. Aku harus segera pergi! Sampai jumpa Thea!" Clarity langsung berlalu dengan seenaknya. Meninggalkan Thea dan Nathan dengan maksud terselubung.

Kini di koridor hanya ada Thea dan juga Nathan. Thea yang sibuk dengan jemarinya yang bertaut dan Nathan yang sibuk memandangi wajah menggemaskan Thea.

IntezaarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang