8. Marijuana

2K 251 41
                                    

Bagian terburuk dari sakit adalah ketika tidak menyadari penyakit itu.

Seperti Loey.

Beberapa kali pria itu menerima telepon dari Baekhyun. Pria Byun itu meminta Loey membawa Baby Son untuk menemui Psikiater Kim setelah mendengar kondisi gadis itu.

Baekhyun adalah satu-satunya orang yang mengetahui keberadaan Baby Son selain Loey. Mengingat pria itu secara paksa juga terlibat saat membawa Baby Son pergi dari rumahnya.

"Dia butuh obat, Loey. Kau harus membawanya. Atau aku yang menjemputnya jika kau sibuk." Suara dari seberang sana sedari tadi meminta hal yang sama pada Loey.

"Tidak! Dia tidak butuh apapun lagi selain aku," bantahnya cepat.

"Kau menidurinya tiap malam. Pakai otakmu. Tidakkah kau berpikir mentalnya hancur karena itu?"

Loey berdecak singkat. Matanya memandang Baby Son yang sedang ia memeluknya erat sekali bak takut kehilangan.

"Tidak," jawab pria itu kemudian.

"Sinting! Terserah kau saja, aku sudah memperingatkan."

Loey melempar ponselnya asal saat Byun Baekhyun memutus sambungan telepon secara sepihak. Sejak beberapa hari yang lalu, Byun Baekhyun terus mengusulkan hal yang sama pada Loey karena pria itu bercerita tentang kondisi Baby Son.

Meskipun merasa khawatir, Loey tetap tidak ingin Baby Son dibawa ke psikiater. Apalagi jika keberadaan gadis itu diketahui orang lain. Tidak, Loey tidak mau.

Apa Loey juga termasuk gila karena menurutnya Baby Son baik-baik saja. Untuknya, gadis ini hanya takut sendiri dan membutuhkannya. Makanya Loey bersedia meninggalkan pekerjaannya demi gadis itu.

Sejak pagi Baby Son tidak ingin jauh-jauh dari Loey. Tiap kali pria itu menjauh, Baby selalu menariknya.

"It's okay, Baby. You are safe with me." Loey berbisik. Tangannya menyapu kulit Baby yang--err polos.

"I'm afraid ... I'm afraid ... I'm scared." Loey mengelus punggung Baby yang terus saja menggumamkan kata-kata yang sama.

Gadis itu ketakutan. Tatapannya kosong. Ah, gadis itu memang kacau sekali. Terbukti dari rambutnya yang berantakan. Beberapa tanda kepemilikan di tubuhnya masih sangat terang, beberapa yang lain sudah memudar. Lingkar hitam di sekitar matanya menandakan ia tidak tidur dengan baik akhir-akhir ini. Bibirnya yang pucat tidak berhenti bergetar.

Loey meringis sendiri saat ibu jarinya sampai pada bibir ranum Baby. Beberapa luka bekas gigitan bisa Loey lihat.

"Sakit?" tanyanya bodoh. Ibu jarinya menyapu pelan bibir itu sebelum mengecupnya. Ya, ia tidak akan melakukan lebih dari itu.

"Kau tahu siapa yang menyakitiku?" suara Baby Son menyapa pendengaran Loey. Gadis itu sedikit mendongak, menatap mata Loey.

Dengan senyuman tipis di wajahnya, Loey menggeleng. Munafik.

"Memangnya siapa?"

"A monster," jawab Baby. Suaranya sangat rendah, hampir tidak terdengar. "A monster I wanna kill," sambungnya lagi.

Loey terhenyak. Ia kemudian berbisik, "aku akan membantumu."

Son Wendy yang masih menatap Loey sontak mengulas senyum tipis di wajahnya. "Really?" tanyanya dengan mata berkaca-kaca.

Loey mengangguk.

Dia tahu dia sudah berbuat banyak dosa. Bertindak melampaui batas. Dan apalagi yang harus ia lakukan sekarang selain menebus dosanya?

Tidak ada. Makanya pria itu juga hanya tersenyum tipis dengan air mata yang mengalir saat melihat tangan Baby Son menggapai sesuatu. Satu benda yang bisa membuatnya mendatangi tempat yang seharusnya.

Loey bersalah.

Atas kesedihan yang berakhir dengan kegilaan Jung Dara. Atas kematian wanita itu. Juga atas kehilangan kehormatan Baby Son. Bahkan gadis itu kehilangan harapan hidup karena barang kali sekarang, Baby sudah menderita depresi akibat ulahnya.

Loey mengakui semuanya, jauh di dalam lubuk hatinya. Dia bahkan menyerah, saat tangan Baby Son bergerak. Mengarahkan satu benda tajam untuk memasuki perutnya, Loey tersenyum sebelum akhirnya membulatkan matanya dan berusaha mengeluarkan jeritan kesakitan.

Pria itu menatap kosong pada Baby Son. Tidak ada rasa kasihan yang gadis itu tampilkan. Karena sejatinya, Baby pun menatap kosong ke depan.

She is really like marijuana.

Baby Son itu terlarang, sejak Loey menikahi ibunya, Jung Dara. Tapi pria itu terlalu egois dan tidak menerima kenyataan yang ada.

Selama ini, Loey begitu mencintai Baby Son. Lebih dari apapun. Pria itu merasa kecanduan tiap memiliki kesempatan untuk menyentuhnya. Membuat Loey gila dan menginginkan hal itu lagi dan lagi.

Tapi Loey lupa, bahwa ganja memiliki sisi negatif yang tidak dapat ia hindari.

Mematikan.

Sampai pria itu meregang nyawa dengan berlumur darah pun, ia sudah tidak sempat menyadari hal itu. Sebab bibirnya dibungkam dengan lembut dan penuh cinta.

Sebelum Loey benar-benar memejamkan mata untuk selamanya, pendengarannya masih bisa menangkap suara Baby yang mengalun indah.

"Sorry."

***

End.

Marijuana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang