Bab 3 - Baby Sitter Dadakan?

21.4K 3.4K 240
                                        

Dear Semesta, kenapa dari sekian banyak waktu dan tempat, kaupertemukan lagi, aku dengan dia?
-Evelyn, penyiar paling famous se-Solo Raya.
***
Afterword
Bab 3
***

Tak ada yang lebih indah daripada menikmati hidup, dan tak ada yang bisa dibayar selain napas dan kesehatan yang Tuhan beri. Rasanya sungguh luar biasa ketika aku menjalani hari-hariku dengan damai, tanpa adanya kejadian aneh yang melingkupiku ketika bertemu dengan dokter menyebalkan itu. Eh, kenapa aku jadi bahas dia? Nggak penting! Tetapi kenapa aku kepikiran, ya? Mungkin karena aku masih syok laki-laki tampan dan mapan seperti dia adalah penyuka sesama jenis. Kayak lagu Cucak Rowo. Jaman sudah gila.

Mungkin sudah terhitung hampir seminggu, aku tidak bertemu dia. Dan selama itu, hari-hari terjadi begitu saja tanpa ada sesuatu hal yang menarik. Jelas. Tidak ada yang menarik, karena aku belum ada job dia acara pentas seni yang ada di kampus maupun Sekolah Menengah Atas. Atau karena hal lain?

Sedangkan hari ini, kebetulan sekali aku menjenguk temanku yang kebetulan harus di rawat secara intensif di Nirwana Hospital karena fraktur dan ligamennya sobek akibat kecerobohannya berkendara. Untung saja dia tidak menabrak apapun. Dulu sekali, aku pernah mengalaminya. Tetapi bukan sebagai pengemudi melainkan si pembonceng. Aku yang hanya menjadi pembonceng ikut kena imbas dengan fraktur lengan kiri. Maka sejak itu, aku memiliki trauma tersendiri untuk sekedar membonceng. Aku nggak pernah percaya pada orang yang membawa nyawaku dengan motor, selain aku sendiri.

Sekarang, disinilah aku, di depan lobi Nirwana Hospital dengan menunggu Nabell yang belum selesai siaran. Sedangkan aku? Sudah selesai cuap-cuap sejak pagi tadi. Masih sekitar seperempat jam sebelum jam besuk di buka. Mungkin aku yang terlalu on time.

Aku memilih duduk dekat security bagian depan. Supaya lebih mudah dilihat Nabell nanti. Tetapi suara tangisan anak kecil di play ground sampingku, membuatku penasaran. Usianya mungkin masih sekitar tiga tahun. Begitu lucu, tampan dan menggemaskan. Kasihan sekali rasanya kalau batita seganteng ini menangis. Tanpa membuang waktu, aku menghampirinya. Para security yang merangkap menjadi baby sitter sepertinya sudah kewalahan. Apa orang tuanya sedang mengunjungi relasinya ya?

"Orang tuanya kemana, Pak?"

Security tambun terlihat kebingungan itu menoleh padaku. "Oh, lagi visit, Mbak. Anak dibawah dua belas tahun nggak boleh masuk."

Aku terkejut. Oh, anak dokter toh! Tapi, kenapa nggak bawa baby sitter buat jagain ya? Kalau begini kasihan Pak security.

"Kita memang sudah biasa merangkap jagain anak-anak kalau orang tuanya sedang mengunjungi pasien kami. Tapi jarang ada yang rewel. Biasanya pada asik main sendiri."

Anak laki-laki itu masih menangis keras mengundang perhatian. Aku jadi iba melihatnya. Aku memang suka anak kecil dari dulu, jadi tanpa mengulur waktu lebih lama, aku menggendong anak kecil itu, sambil mengusap pelan punggungnya. Kata Mama, ini adalah cara terhebat untuk membuat anak kecil nyaman. Aku sering melakukan ini pada Adikku dulu. Sekarang sudah nggak bisa, karena dia sudah kuliah. Hahaha.

Tak membutuhkan waktu lama, anak laki-laki menggemaskan ini meredakan tangisnya, sedang yang membuatku terharu adalah dia memelukku sambil menggumamkan kata Mommy.

"Sabar ya, sebentar lagi ketemu orang tua kamu. Orang tua kamu, lagi melakukan tugas negara." kataku sambil sesekali mencium pipi gembulnya.

"Nama kamu siapa?" aku mencoba bertanya.

Tetapi dia malah tertawa dan menepuk pelan pipiku sambil berulang kali menggumamkan kata Mama dan Mom bergantian. Untung saja anak laki-laki ini tidak terlalu berat. Jadi aku tahan menggendongnya lama.

AfterwordWhere stories live. Discover now