His Command

6.2K 731 9
                                    

"Well, Tuan Jay let me introduce my big boss, orang yang menggantikan ayah saya. Dia adalah Tuan Singto Prachaya," New memulai pembicaraan berusaha untuk sedikit mencairkan suasana.

Pandangan Singto tak pernah luput dari pria yang ada di hadapannya saat ini, mengintimidasi pria yang selama 10 tahun ini menjadi targetnya. Ya.. Tepat hari ini ia akan memulai satu per satu rencananya untuk menghancurkan pria ini sampai tak bersisa, memperlihatkan kekejaman semesta padanya sampai pria ini menyesal karena pernah dilahirkan.

"Tidak perlu tegang seperti itu Tuan Jay. Kedatangan saya menemui anda tentunya untuk sesuatu yang baik," ucap Singto dengan penuh keangkuhan.

"Apa maksud anda?" kebingungan mulai terpancar dari sorot mata Dokter Jay saat menghadapai anak laki-laki di depannya.

"Seperti yang sudah disampaikan oleh asisten saya, saya menginginkan kepemilikan penuh Hope International Medical Center. Saya tahu rumah sakit itu memerlukan banyak sekali dana untuk penyediaan alat-alat medis paling mutakhir, agar tetap menjadi rumah sakit berskala tinggi di Bangkok. Dan penawaran saya hanya berlaku satu kali."

"Hmm... Anda jangan bercanda anak muda! Tidak pernah sekalipun terlintas dalam pikiran saya untuk melepas semua aset yang saya miliki. Dan perlu anda ketahui, saya mengembangkan rumah sakit itu dengan tangan saya sendiri sehingga sekarang rumah sakit itu menjadi salah satu rumah sakit terbaik di Bangkok."

Hati Singto mulai memanas dengan pernyataan pria itu. Mengembangkan rumah sakit dengan tangannya sendiri? "Son of bitch".

Seringai licik mulai diperlihatkan oleh Singto. Pria tua ini harus benar-benar tahu siapa yang sedang dihadapinya saat ini. "It's show time bastard."

"Owhh.. Pernyataan anda tadi berarti sebuah penolakan atas penawaran saya. Kalau begitu biar saya perjelas. Saya tidak akan mengajukan penawaran lagi karena itu hanya berlaku satu kali, tetapi saya akan membuat anda menyerahkan langsung kepemilikan Rumah Sakit itu." Habis sudah kesabaran seorang Singto Prachaya.

"Hahaha... haha.. haha..! Sekalipun anda pemimpin negara ini saya tidak akan pernah tunduk atas perintah anda."

"Shh... Anda mungkin belum pernah tahu seberapa besar kekuasaan yang saya punya sekarang. Menghancurkan anda hingga menjadi debu itu bisa saya lakukan hanya dengan menjetikan jari. Jangan pernah menantang saya untuk melakukan itu pada anda Tuan Jay. Jika anda ingin memperpanjang usia anda serahkan rumah sakit itu atau dalam sekejap mata apa yang sudah anda bangun puluhan tahun Wushhh... akan menghilang seketika."

"Anda mengancam saya?"

"Lebih tepatnya memperingatkan. Perlu anda ketahui saya tidak perlu mengotori tangan saya untuk menghancurkan anda. Saya yakin ada orang yang jauh lebih menginginkan nyawa anda daripada saya, mungkin datang dari masa lalu anda. Dan itu bukan cuma berhubungan dengan Dokter Jiro Prachaya Ruangroj ayah saya, tetapi juga dengan seorang wanita Dokter Saralee Itanon yang pernah anda habisi."

Dokter Jay seketika membeku mendengar anak laki-laki di depannya menyebutkan nama perempuan itu. Perempuan yang selama hidupnya tidak mungkin pernah bisa ia lupa. Darahnya terasa mendidih mendengar anak itu menyebutkan perempuan di masa lalunya. Ia mentap anak itu dengan penuh kemarahan. Singto menyuruh New memberikan dokumen yang mereka miliki ke hadapan Dokter Jay.

Tanpa berkedip dokter Jay memeriksa satu demi satu dokumen yang ia terima. Raganya seketika melemah melihat keseluruhan isi dari dokumen itu. Dokumen itu seperti putaran film yang pernah ia mainkan dimasa lalu.

"Apa yang anda inginkan?" tanya dokter Jay setelah melihat dokumen itu.

"Let's make it simple, serahkan kepemilikan rumah sakit itu beserta seluruh isinya atau seluruh penjuru dunia akan tahu siapa sebenarnya Dokter Jay Phicaya Ruangroj yang sangat dibanggakan ini."

Dokter Jay tidak mampu berkata apapun lagi. Ia kalah telak dengan anak laki-laki dihadapannya. Ia hanya mampu mengangguk tanpa bersuara. Anak yang ia anggap hanya seorang anak kecil saat itu ternyata mampu menyerangnya sedemikian rupa. Anak yang ia yakini bukan sesuatu yang berbahaya nyatanya memberikan pukulan telak hanya dengan sekali pertemuan.

Singto berdiri dari duduknya dan ingin sesegera mungkin meninggalkan tempat ini.Rencana pertamanya mengambil alih rumah sakit itu akan segera terwujud. Ini baru langkah awal dari seluruh misi balas dendamnya. Ia pastikan akan ada hadiah yang lebih kejam untuk pria ini.

"Saya rasa urusan kita sudah selesai Tuan Jay. Secepatnya saya akan menyuruh asisten saya untuk mengurus kepemilikan rumah sakit itu," Singto melangkah keluar dari ruang pertemuan. Tetapi sebelum sampai ke pintu keluar, Singto membalikan tubuhnya.

"Oh.. satu hal lagi, jangan pernah melakukan tindakan bodoh yang akan merugikan anda. Sekecil apapun pergerakan dari anda, saya pastikan akan langsung mengetahui semuanya. Seluruh kemampuan yang anda miliki tidak akan mampu menandingi seorang Singto Prachya Ruangroj walau kita terlahir dari garis keturunan yang sama Uncle."

Singto meninggalkan tempat itu dengan senyum penuh kemenangan. 10 tahun ia merasakan luka, dan saat inilah waktu yang tepat bagi dia menebar luka yang lebih parah kepada semua orang yang telah menghancurkan hidupnya dahulu.

Singto tersenyum pada New mengisyaratkan bahwa dirinya jauh lebih baik saat ini. Ia menemukan lagi gairah hidupnya setelah sekian lama terkubur dalam. Ia akan tunjukan kepada seluruh musuh dan terutama pada laki-laki tua, yang sialnya terlahir sebagai pamannya, seperti apa seharusnya sikap seorang Ruangroj.



Hallawww... masih nunggu cerita ini gak?? oh masih banget ya.. Thank you (mulai halu). Mohon maaf atas segala keterlambatan diriku mengupdate chapter ini karena sedang sibuk di dunia kayangan (mimi peri kali ah gue). 

Chapter ini masih nyeritain babang gans ya.. chapter selanjutnya ceritain??? ah.. ditunggu aja lah kelanjutannya. Gue bakal posting secepat mungkin setelah urusan di kayangan selesai ya para pembaca.

Nah..jangan lupa ngevote cerita gue dong, pehlisss (sambil kedip kedip uhuy) biar rame gitu notif wattpad di hape gue. bisa ya bisa ya bisa dong!

*Semesta Mendukung Peraya*



The Air I BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang