First Talked On The Phone

6.3K 741 44
                                    

           

             Jadwal libur seorang Krist Perawat akan dimanfaatkan dengan baik kali ini. Ia bersiap menuju Suvarnabhumi Airport dan segera terbang ke tempat favoritnya untuk berburu makanan. Ia memang sering berpergian tanpa rencana, itu keluar secara spontan saja dari kepalanya. Kit bukan seorang travel addict, tetapi dia rela berpergian sampai belasan jam demi makanan kesukaannya. Ia bahkan pernah terbang selama 15 jam menuju Brussells hanya untuk menikmati waffel seharga 5 Euro. Bagi Kit menikmati makanan langsung dari tempat asalnya seperti ia merasakan surga lebih awal.

            Kota Bangkok dengan kemacetan parah membuat Kit hampir saja tertinggal pesawat. Ia harus terburu-buru memasuki pesawat 10 menit sebelum pesawat take off. Iangatkan dia untuk menginap di hotel dekat bandara jika ingin berpergian dengan jadwal keberangkatan pagi. Dan Terpujilah dia yang pada akhirnya memutuskan untuk menaiki first class karena ia bisa beristirahat dengan nyaman setelah balada lari ala drama India di dalam bandara menuju pintu pesawat.

            6 jam menuju Hokaido dengan fasilitas first class membuatnya tidak terlalu kelelahan saat kakinya menginjak kota dengan kualitas street food terbaik di dunia. Ia telah bersiap memanjakan lidahnya dengan makanan terenak yang ada di tempat ini setelah merapihkan dirinya terlebih dahulu di penginapan.

"Hahh... Melon Pan (roti khas Jepang dengan isian jus melon pilihan) aku datang untukmu" Kit sudah tidak sabar mencicipi roti melon terbaik seantero jagad raya.

            Menapaki setiap sudut Hokaido ditemani melon pan dan cold matcha terbaik mengingatkan Kit pada sosok mendiang sang mama. Wanita dengan senyum terindah itulah yang pertama kali mengajak Kit ke tempat ini, mengenalkannya pada dunia kuliner karena selain menjadi dokter ahli bedah, mamanya adalah seorang food blogger. Setelah kepergian mamanya Kit melanjutkan profesi sang mama sebagai seorang dokter dan penikmat kuliner. Dengan begitu ia meyakini bahwa dimanapun mamanya berada entah berada di belahan bumi manapun, sejauh apapun, mamanya akan tetap melihatnya dan tersenyum bangga padanya.

            Ponsel di saku celananya bergetar, ia berharap waktu liburannya yang sangat singkat tidak pernah diganggu oleh mahluk kecil bernama Gun Attphan. Kit melihat layar ponselnya tertera sebuah nomer yang tidak ia kenal.

"Hallo.. Siapa ini?" Tanya Kit setelah mengangkat panggilan di ponselnya.

"Mengajukan cuti selama tiga hari, kenapa kau tidak bilang padaku?"Jawab seseorang di sebrang sana

Dahi Kit berkerut kebingungan. Untuk apa dia melaporkan aktivitasnya pada orang lain.

"Heh.. heh.. memangnya kau siapa sampai mengharuskan aku melaporkan apa yang aku lakukan."

"Krist Perawat, apa kau mengalami kecelakaan dan amnesia sampai kau melupakan pria yang sudah resmi kau terima menjadi kekasihmu."

Kit nampak berpikir sejenak, dan betapa kaget dirinya ketika mengingat bahwa dirinya saat ini memiliki kekasih (terlalu lama menjadi single terpuji efeknya sampai sedahsyat ini).

"Oh.. Hai babe, maaf kalau aku lupa" Kit menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia benar-benar lupa statusnya sekarang.

"Beritahu aku dimana kau sekarang"

"Ohoo.. sudah mulai posesif rupanya"

"Sorry sweetheart jika aku posesif, aku tak akan menanyakan keberadaanmu, aku akan langsung mengarahkan satu batalyon pasukan untuk mencari dimana kau berada."

"Wow.. Will see, aku ingin tahu apa kau akan melakukannya atau tidak"

"Jangan menantangku sweetheart, atau kau akan segera dijemput paksa dari tempatmu berdiri sekarang ini"

"Baiklah.. Baiklah.. Tuan Penguasa, aku ada di Hokaido sekarang"

"Sedang apa kau disana?"

"Hanya membeli roti kesukaanku saja."

"For Lord Sake.. kamu mengambil cuti selama 3 hari, terbang selama 12 jam ke Hokaido demi sebuah roti."

"Lebih tepatnya demi sebuah roti yang hanya diproduksi di beberapa daerah di Jepang salah satunya di sini, so.. I'm here now."

"Jadi kapan kau ada waktu untukku sweetheart?"

"Mungkin lusa, tetapi setelah semua jadwal operasiku selesai. Aku akan ada di ruang operasi dari pagi sampai pukul 7 malam setelahnya aku bebas."

"Mengapa ingin bertemu kekasihku rasanya seperti ingin bertemu Presiden Amerika saja."

"FYI Tuan Penguasa, siapapun dirimu dalam kehidupanku, aku akan tetap mengutamakan pasienku diatas segalanya. Jika kau ingin memiliki pasangan yang bisa seenaknya saja kau ajak bertemu, aku sarankan kau mundur teratur dari duniaku."

"Ya..ya..ya.. sekalipun aku hanya kekasih bayangan, demi cintaku yang seluas jagad raya aku rela."

"Listen to me carefully, siapapun kamu, apa pekerjaanmu, bagaimana kau menjalani hidupmu aku tidak peduli karena saat aku menyukai seseorang aku menerimanya sepaket dengan semua hal yang ada pada dirinya. Dan aku harap kau juga seperti itu padaku."

"I'm fallin for you sweetheart and I can't keep away."

"Sudah selesai kan interogasinya, jangan ganggu liburanku yang hanya sebentar ini. Aku tutup teleponnya, bye babe..!"

            Senyum indah selalu terukir pada bibir Singto, Krist benar-benar merubah setiap detik tujuan hidupnya. Ia ingin memiliki Krist selamanya, sampai jiwanya menjauh dari raga.

            Dilain tempat Kit juga merasakan hal yang sama, ia memejamkan matanya seraya berdoa agar seluruh alam beserta isinya berkonspirasi untuk mendukung perasaannya pada pria itu. Untuk kali ini, Kit berharap semesta mengizinkan cintanya bersemi kembali.


Cieehhh... yang seneng gue update lagi, seneng juga dong bagian babang sama dedek udah mulai banyak (bae-bae pada mimisan yee para pembaca).

Terimakasih untuk peraya junkie yang masih setia nungguin cerita gue yang makin ke sini kok makin uhuyy yah (uhuy anehnya).

*Semesta Mendukung Peraya*

The Air I BreathDove le storie prendono vita. Scoprilo ora