Chapter 1

1.9K 393 77
                                    

“bisa menyingkir dariku?” Mark menggeram

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“bisa menyingkir dariku?” Mark menggeram. Haechan ini menghalangi segala aktivitasnya.  Dia mencengkram bahu Haechan lalu mendorongnya kearah samping, menghasilkan pekikan dari Haechan lalu suara benturan punggung dengan sebuah lemari. Suara benda berjatuhan, membuat Haechan berjongkok dan melindungi kepalanya menggunakan tangannya. Segala barang yang terletak di atas lemari berjatuhan menimpa pria itu, Haechan menangis karena salah satu benda jatuh menimpa kepalanya.

.

[One More Chance]

.

Pria manis—Haechan itu buta. Penglihatannya menghilang saat umurnya masih menginjak dua tahun, Haechan tidak dapat mengingat bagaimana rupa Ibu, Ayah, dan Kakaknya karena dia masih terlalu kecil saat itu. Dia tidak tahu bagaimana indahnya dunia yang telah diciptakan oleh Tuhan. Dia hanya bisa mendengar dari orang-orang menceritakan padanya. Selebihnya dia hanya belajar dari instingnya, mengira-ngira bagaimana rupa dan bentuk sesuatu.

Dia tidak mengeluh, dia tidak menyesal karena telah diberi ujian seperti ini oleh Tuhan. Dirinya malah bersyukur karena masih bisa mendengar suara orang-orang yang ia kenal di hidupnya. Ya meski yang ia tahu hanya Ibu, Ayah, Kakak dan personal assistant nya. Dia masih sangat bersyukur.

“aku masih bersyukur karena Tuhan hanya mengambil penglihatan ku, setidaknya aku masih bisa mendengar suaramu”

Mr. Kim ingat bagaimana histerisnya dia saat Haechan diejek oleh teman satu sekolahnya karena memiliki kekurangan. Mr. Kim menggendong Haechan yang waktu itu masih berumur enam tahun dengan air mata yang terus mengalir dipipinya sembari menjauhkan Haechan dari anak-anak yang mengejeknya. Haechan turut menangis saat mendengar isakan dari bibir Mr. Kim, dia tidak ingin dibawa pergi, dia ingin bermain dengan yang lain juga.

“paman turunkan aku, aku tidak apa-apa, aku ingin bermain bersama mereka” Haechan meronta dalam gendongannya, kakinya menendang-nendang ingin diturunkan. Namun Mr. Kim tidak membiarkan hal itu terjadi dan tetap membawa pergi Tuan mudanya.

“maafkan saya tuan, saya harus membawa Anda pergi” Mr. Kim menghapus air matanya lalu membawa mobilnya menjauhi tempat itu.

“paman, pantai itu seperti apa?” Haechan bertanya pada Mr. Kim, saat itu umurnya tujuh tahun. Ia sudah mengetahui bagaimana bentuk dan rupa beberapa hal. Itu semua berkat Mr. Kim yang selalu ada di sampingnya.

“pantai itu sangat indah Tuan, airnya berwarna biru dan terdapat banyak ikan didalamnya, kita bisa pergi kesana jika tuan mau”

“aku mau Paman, aku mau!”

Mr. Kim tersenyum melihat bagaimana antusiasnya Haechan saat itu, bocah berpipi gembil itu terus menghafal bagaimana ciri-ciri tempat bernama pantai itu.

Jangan tanyakan dimana orang tua Haechan, alasan kenapa ia selalu bertanya pada Mr. Kim adalah orang tuanya telah meninggalkannya di saat umurnya menginjak dua tahun. Orang tuanya telah meninggal. Dan kakaknya, dia tidak peduli pada Haechan.

Dan tahun-tahun telah terlewati. Kini Haechan telah berusia sembilan belas tahun. Tujuh belas tahun sudah dia hidup dalam kegelapan, tapi dia tidak menyesal, dia tidak apa-apa.

“Paman Kim..” rintih Haechan memanggil Mr. Kim. Tangannya terasa perih dan ia merasakan ada sesuatu mengalir di tangannya. Dia tetap berjongkok dan melindungi kepalanya, mewanti-wanti jika benda dari atas lemari akan jatuh lagi.

“astaga! Tuan Haechan!” Mr. Kim berlari menghampiri Haechan. Berjongkok didepannya dan menurunkan tangan Haechan dari atas kepalanya dan membantunya berdiri.

Mr. Kim menangis lagi, dia tidak bisa berkata-kata.

“mari kita obati tanganmu” ujarnya lalu menyeka air matanya.

“memangnya tanganku kenapa Paman?” tanya Haechan dengan mengangkat tangannya, ia tak bisa melihatnya jadi dia hanya mengangkatnya saja.

“tanganmu terluka” Mr. Kim menurunkan tangan Haechan dengan hati-hati lalu menyeka air matanya lagi.

“Mark Hyung sudah makan kan Paman? Aku tadi ingin bertanya tapi malah menghalangi jalannya, jadi dia marah dan pergi” Haechan bertanya lagi, kali ini ia sudah duduk di kursi ruang makan dan meletakkan tangannya diatas meja yang kata Mr. Kim terluka itu.

“Tuan Mark sudah makan” jawab Mr. Kim sekenanya. Sungguh dia tidak peduli jika Mark tak makan seharian penuh pun. Namun ia harus tetap memberi jawaban kepada Haechan, karena ia tahu bocah itu pasti akan bertanya terus jika ia tak menjawabnya.

“apa aku sangat jelek Paman? Apa aku sangat menjijikkan?” Mr. Kim meletakkan kotak P3K itu lalu mulai membersihkan darah yang ada di tangan Haechan.

“siapa yang bilang seperti itu? Aku sudah bilang berkali-kali kalau Tuan sangat tampan dan menggemaskan” jawab Mr. Kim pura-pura kesal. Padahal sekarang air matanya sudah mulai keluar lagi.

“Mark Hyung membenciku...

..tapi tidak apa-apa, aku beruntung masih bisa mendengar suaranya”

Mr. Kim menghentikan kegiatan membersihkan luka Haechan, dia tidak kuat lagi, dia membiarkan air matanya terjatuh dan mengabaikan Haechan yang memanggilnya karena merasa tak ada pergerakan darinya.














Revisi!

Bakal dilanjut jika dapat respon bagus.

One More Chance + MarkhyuckWhere stories live. Discover now