3| menyakitkan.

1K 299 55
                                    


“Hyung ada apa?” tanya Haechan menghadap lurus ke depan, pandangannya tidak jelas seperti biasa.

Mark berdecak malas yang berdiri di belakangnya. Dia memandang adiknya dengan tatapan benci dari arah belakang. Rasa kesal dan emosi selaku menguasainya jika ia berhadapan dengan adiknya, Mark tahu jika ini semua bukan kesalahan adiknya, namun ia tak bisa menerima ini, menjadi kakak seorang laki-laki yang bahkan melihat pun tak bisa. Ia ingin marah pada adiknya yang tidak bersalah itu tanpa alasan.

“Hyung? Kau masih disini?” Haechan bertanya lagi saat pertanyaannya tak dijawab. Mark hanya berdehem menanggapi adiknya,

“sebaiknya kau tinggal dirumah Bibi Lee,” Mark berucap. Haechan terkejut dengan perkataan kakaknya, ia mengoreksi lagi kata-kata yang baru saja ia dengar, apa tidak salah pendengarannya?

“a-apa?” kepala Haechan bergerak gelisah, menolehkannya ke kanan dan kiri mencari posisi kakaknya. Hatinya tidak tanang, ia tak mau meninggalkan rumah ini, ia tak mau meninggalkan kakaknya, karena kakaknya adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki.

“kau tinggal dirumah Bibi Lee,” Mark mengulang kata-katanya. Memandang malas kearah adiknya.

“aku tidak mau Hyung..” tolak Haechan, benarkah ia diusir oleh kakaknya? Benarkah begitu?

“kau harus mau” Mark berucap tegas dan dingin. Haechan menangis, air matanya sudah jatuh sejak ia membayangkan hidupnya tanpa kakaknya. Walaupun pada kenyataannya sang kakak sama sekali tidak pernah menganggapnya ada.

“aku tidak mau,” kepalanya menggeleng keras , menunjukkan jika ia tak mau melakukan itu.

“kau sangat menggangguku! Membuatku malu! Kalau kau tak mau pergi seharusnya kau tak pernah lahir di dunia ini!” Mark menendang kursi yang diduduki Haechan. Membuat adiknya itu terkejut sekaligus dadanya membentur meja yang ada didepannya akibat pergeseran kursi yang ia duduki.

Haechan menangis semakin parah, tapi ia tak meraung-raung yang menimbulkan suara. Hanya air mata yang  terus mengalir dengan deras, dia merasa kecewa dengan kakaknya, kenapa Mark tega melakukan itu?

“jika Haechanie boleh memilih, Haechanie juga tidak mau dilahirkan dengan keadaan tidak sempurna seperti ini Hyung, Haechanie ingin melihat juga, Haechanie ingin melihat dan mengingat wajah Hyung. Maafkan Haechanie yang telah lahir dengan tak sempurna seperti ini” Haechan berkata. Dia merasa kecewa kenapa sang kakak tidak bisa menerima kekurangannya?

Namun bukan Mark yang mendengar keluh kesah nya, karena ia telah pergi sejak menendang kursi Haechan. Disana berdiri Mr. Kim yang menangis dengan memperhatikan Haechan, ia mendengar keluh kesah  Haechan. Mr. Kim berjalan kearah Haechan dan memeluknya dari arah samping.

“Haechan-ah,” kali ini Mr. Kim benar-benar menangis secara terang-terangan didepan Haechan. Pria bermarga Kim itu menangis seraya memeluk Haechan. Haechan pun menangis, ia memegang tangan Mr. Kim yang melingkar di dadanya dengan sesegukan.

“hiks..kenapa Mark Hyung tidak bisa menerimaku Paman? Hiks..hiks” Mr. Kim tak kuasa menjawab pertanyaan Tuannya. Dia hanya menggeleng dan semakin mengeratkan pelukannya pada Haechan.

“tidak usah dipikirkan, sekarang waktukmu untuk tidur” Mr. Kim menghapus air matanya lalu melepas pelukannya dan mendorong pelan kursi yang Haechan duduki ke belakang. Bermaksud agar Tuan mudanya segera berdiri dan beranjak tidur.

“apa aku harus pergi kerumah Bibi Lee?” Haechan tetap duduk, mengabaikan maksud Mr. Kim yang ingin segera membawanya ke kamar untuk tidur.

“kau tidak perlu pergi, ini adalah rumahmu” Mr. Kim memaksa Haechan untuk berdiri dari duduknya, kali ini Haechan menurut saja karena dia juga sudah merasa sangat lelah.

‘suatu saat aku akan mengatakan semua. Persetan dengan janji, karena aku tak tahan lagi’













To be continue...

One More Chance + MarkhyuckWhere stories live. Discover now