4| pergi

1.2K 308 48
                                    


Disarankan pas baca sambil dengerin lagu yang melow. Biar terhanyut .g





















Mark masih memikirkan bagaimana caranya agar adiknya mau menuruti perintahnya. Perintah agar adiknya tinggal bersama Bibi Lee saja. Walaupun adiknya sudah menolak, tapi Mark akan tetap membuat adiknya pergi dari rumah itu. Apapun caranya.

"Tuan Mark," suara Mr. Kim menginstruksi, membuat Mark menoleh kearah suara tersebut. Mr. Kim berdiri diambang pintu kamarnya, mata pria berwajah kelinci itu terlihat membengkak, seperti habis menangis.

Mark merespon hanya dengan pandangan, seolah menyiratkan makna 'ada apa'. "bisa kita bicara?" setelahnya Mark lihat Mr. Kim berjalan menjauhi pintu kamarnya.

.

[One More Chance]

.

"apa yang ingin kau katakan?" tanya Mark saat sudah dibelakang Mr. Kim yang berdiri membelakangi nya di balkon. Mr. Kim membalikkan badannya menatap Mark.

"apa.. Calon istri Anda tidak bisa menerima keadaan Tuan Haechan?" Mark mengendus mendengar pertanyaan Mr. Kim.

"dengar, orang mana yang akan menerima orang buta seperti dia?" Mark berbalik bertanya. Mr. Kim menipiskan bibirnya, kata-kata yang dilontarkan oleh Tuannya itu sangat keterlaluan, terlebih orang yang dimaksud adalah adiknya sendiri.

"jika tidak bisa, saya bersedia membawa Tuan Haechan kerumah Nyonya Sandara." ucap Mr. Kim yang mengundang perhatian Mark. Si Mr. Kim yang selalu berada di pihak adiknya akan membantunya?

"saya melakukan ini untuk kebaikan Tuan Haechan," Mark mendecih, tentu saja Mr. Kim melakukan itu untuk Haechan.

"baiklah, bawa dia pergi dari sini secepatnya" ujar Mark final lalu meninggalkan balkon.

[saya harap Anda menyesal dikemudian hari,]

"halo Mr. Seo, katakan pada Nyonya Sandara bahwa Tuan Haechan akan datang"

.

[One More Chance]

.

Prang!!!

"pecahkan saja semua, habiskan seluruh benda dirumah ini!" Mark membentak adiknya. Pasalnya Haechan tidak sengaja menyenggol guci yang diletakkan di sudut ruangan itu. Awalnya, Mark masih memaklumi jika orang buta seperti Haechan pasti sengaja atau tidak pasti akan memecahkan benda. Namun, menurut Mark yang dilakukan oleh Haechan sudah terlalu sering.

"maafkan Haechan hyung.." Haechan berkata takut lalu berjongkok, bermaksud memungut pecahan guci yang telah ia pecahkan tadi. Namun apa daya, matanya tidak bisa melihat dan hal itu malah menyakiti tangannya.

Prang!!!

Terdengar bunyi lagi, namun Haechan tidak melakukannya. Dia tetap berjongkok dan masih berusaha memungut pecahan guci walaupun rasa perih ditangannya terasa.

"lihat! Ah tidak, kau tidak bisa melihat. Kau tahu, aku baru saja melempar vas bunga kearahmu, tapi sayangnya aku tidak berhasil membuat vas bunga itu mengenai kepalamu!" Haechan terkesiap, terkejut dengan pernyataan kakaknya baru saja. Mark sengaja melemparnya dengan vas bunga? Tapi kenapa?

"ta-tapi..tapi kenapa Hyung hiks" satu isakan lolos dari mulutnya, hatinya sakit. Kecewa dengan kakaknya.

"tentu saja karena aku membencimu!" Mark menendang pecahan-pecahan guci itu, hingga salah satu pecahan itu mengenai wajah Haechan.

"Paman Kim.." rintih Haechan, ia tak tahu harus berbuat apa, ia ingin pergi namun ia tak tahu harus kearah mana, dan yang hanya bisa dia lakukan adalah memanggil nama Mr. Kim.

"pagi-pagi begini sudah berulah!" setelahnya Mark meninggalkan ruang tamu itu untuk pergi ke kantor.

Setelah Mark menghilang dari balik pintu, Mr. Kim datang dengan membawa koper yang telah ia siapkan untuk Haechan. Namun, saat melihat keadaan Haechan, Mr. Kim langsung melepaskan pegangannya pada koper itu dan membiarkan koper itu jatuh begitu saja.

"Tuan!" Mr. Kim berlari kearah Haechan, membawa pria lemah itu berdiri lalu memeluknya. Mr. Kim lagi-lagi menangis saat melihat Haechan seperti ini.

"tenanglah, ini akan menjadi terakhir kalinya kau terluka" bisik Mr. Kim pada Haechan.

Haechan tetap menangis, air matanya tetap berlinang walaupun penyelamatnya telah datang, rasa sakit hati dan kecewanya tidak akan pernah hilang rasanya.

'maafkan Haechanie Hyung..'



















To be continue...


One More Chance + MarkhyuckWhere stories live. Discover now