2| kebencian

1.1K 309 63
                                    


“kau! Bisa tidak sih jangan mengangguku!?” tuding Mark pada adiknya. Pria beralis camar itu tengah berkutik dengan beberapa pekerjaan kantornya yang mengharuskan dia duduk di kursi kerjanya selama seharian penuh. Dan rasa terganggunya muncul saat adiknya mengetuk dan membuka pintu ruangan kerjanya, suara tongkat milik adiknya itu adalah tanda-tanda yang harus segera dihilangkan sebelum emosinya muncul saat melihat wajah adiknya itu.

Kini pemuda itu berdiri didepan adiknya yang memasang wajah takut, kepalanya menunduk dan telinganya memerah, seakan tahu jika sebentar lagi ia akan mendapat cacian dari kakaknya.

Tangan kirinya yang membawa secangkir teh itu gemetar tidak karuan, belum lagi tangan kanannya yang memegang tongkat penunjuk jalan itu mengerat. Dia benar-benar takut, selalu ia merasa seperti ini jika berhadapan dengan kakaknya, namun yang membuat ia tak mengerti adalah kenapa dia tidak bisa berhenti berhadapan dengan kakaknya.

“pergi dari ruanganku!” Mark mengambil cangkir teh dari tangan adiknya itu lalu menuangkannya didepan sang adik, Haechan memang tak melihat tapi ia bisa merasakannya karena cipratan air panas itu mengenai kakinya.

“panas...” rintih Haechan, ia tak tahu harus bagaimana, akhirnya ia memilih untuk  memundurkan langkahnya untuk pergi.

“panas...” rintihnya lagi, dan ternyata bukan hanya cipratan air teh itu saja yang mengenai kakinya, tapi seluruhnya mengenai kakinya.

Haechan menangis, membalikkan badannya dan mencari-cari pintu ruangan Mark. Dia keluar dari ruangan itu lalu berjongkok saat sudah menutup pintunya.

“Paman Kim...” Haechan memegang kakinya yang sekarang telah mempunyai luka seperti luka bakar, dia mengelusnya lalu meniupnya kakinya, berharap rasa sakitnya akan hilang.

“Tuan!” Mr. Kim lari tergopoh-gopoh menghampiri Haechan. Lagi-lagi dia berjongkok dan membawa Haechan dalam pelukannya. Haechan hanya memandang lurus, pandangannya hanya kedepan, dia tidak bisa melihat Mr. Kim yang sudah memeluknya itu.

“panas Paman..” adu Haechan lalu menyeka air matanya.

“ayo kita obati lukamu” Mr. Kim ingin menangis lagi, selalu kata-kata hampir sama saat ia menemukan Haechan yang setelah berurusan dengan Mark, pertemuannya dengan Mark selalu menimbulkan sebuah luka.

.

[One More Chance]

.

“paman... Bagaimana cara membuat membuat orang membenci kita menjadi menyayangi kita?” Mr. Kim tertegun. Kenapa Tuan mudanya ini masih saja bersikeras ingin membuat kakaknya menerimanya? Bukan Mr. Kim tidak suka jika Mark menerima Haechan, namun perjuangan Haechan yang tidak ada hasilnya malah menyakiti dirinya sendiri.

“Tuan percaya dengan takdir kan?” tanya Mr. Kim lalu memberi perban pada luka Haechan. Sang Tuan hanya tersenyum dan menangguk.

“aku percaya takdir, dan aku sangat menyukai takdir” Haechan berkata dengan antusias. Mr. Kim melihatnya dengan tatapan sedih.

‘bagaimana bisa kau menyukai takdir? Takdir yang datang  padamu sangat tidak adil Haechan-ah’

“dan takdirlah yang akan membuat orang yang membenci kita akan menyayangi kita” Mr. Kim membereskan kotak P3K nya.

“seperti Mark Hyung?”

“Ya.. Seperti Tuan Mark” Mr. Kim menatap wajah polos Haechan yang tersenyum itu, hatinya merasa tercubit. Bagaimana bisa Haechan menghadapinya selalu dengan senyuman seperti itu?

“saat umurku lima tahun dan saat pertama kalinya aku membuka mata yang kutemukan hanya kegelapan, aku sangat merasa takut. Aku takut tidak bisa melihat Ibu, Ayah, dan Mark Hyung. Aku mengadu pada Ibu dan ibu menangis dengan memelukku, Ayah berkali-kali berkata ‘semua akan baik-baik saja haechanie’ tapi aku tetap merasa takut. Dan sampai Ibu berkata jika ini semua adalah takdir, Ibu berkata jika ini telah diatur oleh Tuhan dan aku tidak boleh membenci ini. Dan ibu berkata semua yang direncanakan oleh Tuhan adalah yang terbaik, jadi aku tidak merasa takut lagi karena Tuhan selalu bersamaku. Aku menyukai takdir mulai saat itu” Haechan bercerita panjang lebar pada Mr. Kim. Senyumnya tak luntur, dia tetap tersenyum.

“Ibumu benar, semua yang direncanakan Tuhan adalah yang terbaik” ujar Mr. Kim ikut tersenyum lalu mengusap air matanya.

‘andai kau tau penyebab hilangnya penglihatan mu Tuan’

“Doyoung-ah, pergi dari sini. Aku butuh bicara dengan Haechan”

Haechan mendengar ini. Ini adalah suara kakaknya, ada hal apa yang membuat Mark tiba-tiba ingin berbicara padanya? Sementara Mr. Kim berdiri dari jongkoknya dengan tidak rela, dia tidak bisa meninggalkan Haechan sendirian dengan Mark.













To be continue..

Maafkan Mark:'(

One More Chance + MarkhyuckWhere stories live. Discover now