E N D

1.5K 155 40
                                    

[ 503 Words ]

***

Jihyo lari ke kelasnya, ia berjongkok dan meraih pesawat kertas yang sebelumnya ia simpan di kolong bangkunya.

Ia membuka dan mulai membaca pesan di dalam pesawat kertas itu dengan tangan bergetar.

Dear Jihyo,

Saat kau membaca pesan ini, mungkin kau sedang marah ataupun kesal kepadaku karena tidak dapat menepati janjiku untuk bertemu denganmu. Atau mungkin saat aku sudah berada jauh darimu, bertemu sang maha pencipta misalnya? Haha.

Aku ingat dirimu  yang dulu begitu takut pada kematian bahkan bersikap ketus saat aku mencoba berbicara padamu. Saat itu kau bertanya, apa alasanku ingin membantumu padahal kita tidak saling mengenal, bukan? Haha.

Aku merasa sedih sebenarnya karena kau rupanya tidak mengingatku. Kita pernah bertemu, Jihyo. Bahkan jauh sebelum kau masuk ke sekolah ini, kita sudah pernah bertemu.

Saat itu sedang hujan, aku kabur dari rumahku begitu dokter memvonis kalau aku menderita Melanoma. Kau pasti tahu betul penyakit itu. Rasanya mustahil untuk dapat sembuh total karena para dokter pun masih belum menemukan pasti penyebab itu selain sering terpapar sinar UV. Jujur saja, saat itu aku sedang menentang tuhan karena memberiku penyakit mematikan seperti ini.

Lalu kau datang. Sambil tersenyum, kau mengulurkan payungmu kepadaku.

"Jangan menyiksa dirimu dengan berdiam diri seperti itu saat sedang hujan. Kematian bisa datang kapan saja, jangan sampai kau mati konyol hanya karena tersambar petir."

Itu yang kau katakan saat itu. Aku masih mengingatnya jelas. Sejak saat itu, aku bertanya-tanya, siapa dirimu yang membicarakan kematian di usia yang sangat muda. Orang seperti dirimu itu sangat jarang, kau tahu.

Kau membuatku berpikir untuk tidak menyia-nyiakan waktu selama masih hidup. kau yang menyelamatkanku Jihyo, mungkin jika kau tidak datang saat itu, aku sudah gantung diri atau mungkin bunuh diri dari atas jembatan.

Maka dari itu, aku merasa sedih saat melihatmu hidup seperti orang mati. Saat itulah aku berpikir untuk membalas jasamu.

Jangan pernah kau berpikir kalau aku meninggal karenamu, justru aku bisa lebih menikmati waktu hidupku yang sesaat ini karenamu.

Hidupku ini karena dirimu.

Jangan pernah menyesal dan terus lanjutkan hidupmu. Kau harus bangkit dan melupakanku sebagai kenangan indah. Jangan pernah menyalahkan kematian seseorang karena dirimu. Itu semua adalah takdir tuhan.

Terus semangat dan ingat bahwa hal terpenting bagi hidupmu adalah bagaimana kau mencintai dirimu sendiri dengan selalu menjalani hidup dengan sebaik-baiknya tanpa meninggalkan penyesalan.

Dan pesan itupun berakhir.

Jihyo memeluk kertas itu kuat-kuat. Ia tidak menyangka kalau dirinya sudah pernah bertemu dengan Yoongi sebelumnya.

Andai saja ia membaca surat ini lebih dulu, mungkin yang terjadi tidak seperti ini. Tapi sesuai pesan terakhir Yoongi, Jihyo akan berusaha melakukan yang terbaik untuk hidupnya.

Jihyo akan terus menjalani kehidupannya sesuai dengan apa yang dikatakan Yoongi; kalau Tuhan sudah merancang takdir yang indah untuk setiap makhluknya dan Jihyo meyakini itu. Tuhan mendatangkan Yoongi kepadanya supaya Jihyo menyadari hal terpenting dalam hidup ini.

Masalah dan kehidupan Jihyo tidak berakhir disini. Ia masih harus mengarungi kerasnya dunia ini tanpa Yoongi. Namun Yoongi akan selalu ada di hatinya sebagai penyelamat hidupnya dan orang yang telah membuatnya sadar akan hal terpenting baginya.

Kini Jihyo sadar, kalau hal tersulit bagi dirinya bukan bagaimana dia menyadari kesalahannya tempo lalu. Tapi menjalani kehidupan ini, tanpa seseorang yang berhasil membuatnya merasakan apa itu epiphany.

T A M A T

Gak kerasa cerita ini udah tamat aja.

Btw aku seneng banget karena ini cerita pertamaku yang langsung tamat di wp😭

How do you feel about this epilog? Nge-feel gk?

Pelajaran apa yang bisa kalian petik dari cerita ini?

Maaf kalo banyak kekurangan dari cerita ini karena ku masih amatir😭 (sangat)

Oke, cukup sekian dari aku. Semoga kalian masih mau membaca dan mendukung karya ku yang lainnya ya^^

Terimakasih kepada kalian yang udah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini, semoga kita dapat memetik sedikit pelajaran dari cerita ini ya.

Oh ini, ku mau ngingetin quotes dari bang agus nih😘.

"Yang terpenting dalam hidup ini bukan bagaimana kita mengingat dan mempersiapkan diri untuk kematian. Akan tetapi, bagaimana kita menjalani kehidupan dengan sebaik mungkin tanpa ada penyesalan. Ingat boleh, tapi jangan sampai kau melupakan kehidupanmu sebagai makhluk sosial." by, Min Yoongi (orang terputih dan ter-swag sejagad raya😎)

Bye all!
Love💜 kimarmyla

Yoonghyongies✔Where stories live. Discover now