'There's so much left to learn, and no one left to fight. I want to hold you high and steal your pain.'
-Seether ft Amy Lee-
Kalian bisa mencemoohku bahwa aku labil, tidak berpendirian, bahkan terkesan jual mahal saat Andre tidak pernah bosan mengatakan cinta. Atau mungkin di antara kalian sekarang bertepuk tangan atas kecemburanku setelah melihat gosip murahan itu. Aku tidak peduli karena pada kenyataannya hatiku hancur berkeping-keping mengetahui Andre bersama Angelina. Mantan tunangan yang katanya dianggap sebagai teman. Catat itu! Sebagai teman bisnis kan?
Air mataku enggan berhenti, justru menganak sungai. Dadaku sesak bukan main. Nyeri kepalaku tak seberapa sakit bila dibandingkan hati yang ditusuk-tusuk ratusan bilah pisau. Bahkan orang-orang di bar memandangiku penuh iba sekaligus menaruh sebuah pertanyaan besar.
Sepertinya aku bodoh akibat terbuai olehnya!
Aku meneguk gelas wiski sampai tetes terakhir kemudian mengumpat meneriaki Andre sebagai penjilat. Kalau dia memang tidak bisa menepati janjinya untuk setia, kenapa tidak bilang dari awal? Kenapa dia harus memberi harapan palsu seolah-olah akulah perempuan satu-satunya di dunia.
"Bajingan! Dasar Andre keparat!" pekikku kesal bukan main.
Emilia menarik gelasku paksa yang kubalas tatapan tajam sembari mengambilnya lagi. Temanku ini tidak akan mengerti betapa remuk hatiku. Dia tidak akan paham kalau kalimat-kalimat Andrelah yang meruntuhkan segala kepercayaan yang sudah kubangun susah payah.
"Sudahlah, Lizzie," sergahnya menyingkirkan gelas itu kepada bartender. "Kau bisa mati."
"Lebih baik begitu daripada merasakan sakit hati ini," balasku sesenggukan lalu memberi isyarat kepada bartender untuk memberiku sebotol wiski.
Jika dia bisa minum bir saat patah hati atas kelakuan Sam atau kekasihnya yang lain, kenapa aku tidak? Apa dia takut aku akan mati karena pengaruh alkohol sialan ini? Aku tidak peduli daripada melihat Andre bercumbu bersama wanita ular itu. Bartender itu memberiku sebotol wiski dan aku menyambutnya penuh suka cita.
"Dia bisa pingsan," gerutu Emilia kepada bartender.
"Kau tidak berhak atas diriku, Em!" seruku menenggak wiski menuruni kerongkongan sebelum akhirnya mendarat mulus di perut. Menghabiskannya sampai tak tersisa. Cairan kecokelatan yang rasanya cukup pahit dan kuat di mulut ini menciptakan sensasi hangat.
"Bisa saja kan itu editan atau hoax? Mana mungkin Andre mengkhianatimu?" kilah Emilia. "Berikan botol itu padaku!"
Kupeluk botol kaca wiski sambil mendecih dan mengibaskan tangan tak percaya. Kalau si bajingan Andre tidak berkhianat, lantas kenapa dia tidak meneleponku untuk memberi klarifikasi? Bukannya diam seperti pecundang. Ah, apa karena orang-orang membicarakannya jadi dia takut?
"Paul, tolong telepon Andre dan suruh dia kembali," pinta Emilia.
"Kau telepon dia. Maka aku akan kabur, Paul!" ancamku menatap nyalang padanya. "Di sini aku bosmu bukan dia! Andre keparat! Persetan!"
"Please." Emy menyuruh lelaki itu membuatku merengut. Kulihat Paul melangkah agak menjauh seraya menelepon. Pasti Andre!
"Kau sahabatku atau bukan! Apa dengan Andre datang ke sini bisa mengembalikan semuanya!" seruku pada Emilia. Kenapa dia memihak si bajingan daripada sahabatnya sendiri? "Bahkan ... aku iri padamu bisa hamil dengan orang yang kau cintai, Em."
"Jangan meracau, Lizzie," balas Emilia geleng-geleng kepala.
Aku tertawa membenarkan opini bahwa dia bisa hamil dengan Sam. Sedangkan aku? Ayolah, mana ada pria yang mau punya anak dari rahim perempuan gila dan rusak sepertiku? Aku dilecehkan Billy dan bercinta dengan Andre. Aku punya penyakit dan harus minum obat agar serangan panik yang ditanam Billy tidak kumat. Aku juga punya kelainan hormon yang menyebabkan bulananku selalu tidak normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sealed With A Kiss
Romance(Terbit tiap minggu) Hidup selalu berubah seperti roda yang berputar tanpa henti layaknya perjalanan Elizabeth Khan usai bertemu dengan pengusaha kaya, Alexandre Jhonson. Sayang, seseorang di masa lalu Elizabeth kembali datang untuk mengintai dan me...