Bab8

102 4 0
                                    

       Setelah memeriksa beberapa pasien kini Hani menuju ruangan Taehyung dan berniat mentraktir Taehyung makan siang, namun saat Hani sampai di ruangannya sungguh membuat Hani menggelengkan kepalanya, bagaimana tidak, ruangan Taehyung dan seisinya berantakan bahkan sang pemilik ruangan sedang tertidur pulas dengan posisi kepalanya di tidurkan diatas meja. Sebenarnya dia manusia atau alien?-batin Hani. Hani melangkahkan kakinya dan satu persatu barang barang yang berserakan dimana-mana Hani rapihkan. Benar benar keterlaluan, ia seorang dokter tapi tidak tau tata cara yang rapih. Hani mendengus kesal, setelah selesai Hani duduk di kursi depan meja kerja Taehyung lalu membangunkan Taehyung.
"Oppa bangun"
"..."
"Oppa bangun, ayo kita makan siang"
"..."
"Oppa palli bangun, jangan lewatkan jam makan siangmu nanti kau sakit"
".."
Lagi lagi tak ada jawaban dari Taehyung, Hani menghela napasnya dan melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 2 siang. Hani mengambil ponsel yang ada di saku jasnya lalu menelpon seseorang.

Tok...tok..tok..

Di depan pintu ruangan Taehyung terdapat seseorang membawa beberapa kantong makanan. Hani tersenyum lalu mengambil kantong makanan tsb
"Jadi berapa semuanya?"
"150 won dokter choi" Hani menganggukkan kepalanya lalu masuk kedalam untuk menyimpan kantong makanan itu dan kembali lagi dan memberikan uang kepada orang yang telah membawa makanan pesanan Hani
"Dokter Choi ini terlalu banyak"
Hani tersenyum
"Tak apa kembaliannya untuk kau saja, terimakasih ya"ucap Hani dan pelayan tsb membungkukkan kepalanya lalu pergi.

Hani menata semua makanan di meja khusus makan diruang Taehyung, setelah selesai Hani kembali mencoba untuk membangunkan Taehyung yang dari tadi sulit untuk di bangunkan.
"Oppa palli bangun"
"..."
"Aisshhh susah sekali membangunkan alien ini"oceh Hani kesal.
"Opppppaaaaaa pallliiiii bangunnnnn"
Taehyung terlonjak dari tidurnya sedangkan Hani menatap Taehyung dengan senyum kemenangan, Taehyung mengelus dadanya lalu menatap Hani tajam.
"Wae?"tanya Hani dengan muka tak bersalah
"Kenapa kau membangunkanku? Aku sangatt lelah Hani, aku butuh istirahat"oceh Taehyung kesal, Hani menghela napasnya
"Oppa lihat lah sekarang jam berapa"ucap Hani lembut, Taehyung melirik jam tangannya lalu menatap Hani bingung
"Jangan lewatkan jam makan siangmu, nanti kau sakit"lanjut Hani. Taehyung mengusap wajahnya kasar lalu memegang tangan Hani
"Hani maafkan aku tadi sudah marah-marah padamu" ucap Taehyung menyesal, Hani tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Hani memerintahkan Taehyung untuk cuci muka dan tangannya sebelum makan, setelah itu Taehyung menghampiri Hani yang sudah menyiapkan semua makanannya.
"Woahh kenapa banyak sekali?"
"Aku sengaja memesan banyak makanan khusus untuk oppa" jawab Hani sambil tersenyum dan Taehyung membalas senyuman Hani.
"Baiklah selamat makan oppa"lanjut Hani lalu melahap makanan yang ada di hadapannya.

"Ah ya Hani, jangan lupa minggu kau harus datang keacara tunangan adikku ya"ucap Taehyung yang memecahkan keheningan saat makan
"Pasti aku akan datang"jawab Hani sambil tersenyum
"Kau selalu terlihat cantik Han, sikapmu yang selalu berubah ubah membuatku semakin ingin dekat denganmu. Aku rasa aku benar benar sudah mencintaimu"batin Taehyung sambil menatap Hani dalam diam.











Kini Hani sedang menjalankan operasi pasien kecelakaan dan dada pasien tertancap besi, Hani bekerja extra menyelamatkan pasien tersebut. Keringat membasahi dahi yang sesekali di lap oleh asisten perawat.

Tiiiiiittttt.........
"Alat pacu jantung" perintah Hani
Salah satu perawat membawanya lalu diberikannya ke Hani
"80 joule"
"..."
"120 joule"
"..."
"180 joule"
"..."
Tiiittttttt.......

Para dokter menunduk dan menghela napasnya dengan berat hati para dokter dan perawat melepas seluruh alat yang melekat pada tubuh pasien. Hani keluar dan menemui keluarga pasien dengan wajah bersalah
"Bagaimana dok?"
Hani menggelengkan kepala
"Kami sudah melakukan yang terbaik untuk pasien, tapi pasien sudah kehilangan banyak darah"
Keluarga pasien langsung berteriak histeris dan menangis, Hani meninggalkan keluarga pasien tersebut. Hani duduk disalah satu kursi besi dan menundukkan kepalanya. Air terus merembes ke pipinya
"Gagal"gumam Hani, air mata Hani terus mengalir membuat tubuh Hani bergetar

Mianhe, Saranghae Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang