15

1.9K 246 7
                                    

Nana memasukkan kopernya ke dalam mobil Jeno, tentunya dengan bantuan Jeno dan Junhoe.

"Hati-hati ye. Jagain Nana, jangan sampe dia kenapa-napa." ucap Junhoe dengan tatapan maut ke arah Jeno.

"Yoi bang. Ga mungkin gua biarin jodoh gua celaka" jawab Jeno yang untungnya tidak didengar oleh Nana.

Sementara Junhoe mendadak mual dengernya. Iya mual, sadar kalau dirinya masih jomblo.

Sa ae nih bocah kencur -junhoe

🍁🍁🍁

"LIBURANNNN YEYYYY" pekik Nana senang sembari mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil, menatap hamparan nan biru di sepanjang jalan.

Jalanan yang sepi di siang hari, dengan suhu yang lumayan tinggi, dan pemandangan lautnya yang tak kalah Indah membuat mata Nana terus menerus berbinar.

Sedangkan Jeno? Dalam kondisi menyetir dalam jangka panjang, ia masih bisa tersenyum. Bagaimana tidak, gadisnya saat ini sangat bahagia, membuat rasa lelahnya menghilang secara ajaib.

"Kalau gini tempatnya mah gua ga mau pulangggg" seru Nana membuat Jeno tertawa lepas.

"Nanti ortu lu sama Junhoe nyariin." lontar Jeno.

"Kan ada elu, Jen. Lu bilang lah, gua disini bahagia."

"Ntar kalo lu nikah ma gua, kita tinggal disini" ceplos Jeno, membuat keadaan menjadi hening.

"IYA AYOK KITA NIKAH"

Jeno seketika keselek, kaget sama respon Nana yang diluar dugaan. Sangking senengnya sampai dia mau-mau aja nikah demi tinggal di daerah ini.

Namun jauh di dalam hati, Jeno sangat setuju dengan ucapan Nana barusan.

Iya ayok nikah, gua janji bakal selalu buat lu bahagia kayak gini.  -jeno

🍁🍁🍁

Setelah menempuh waktu yang cukup lama, akhirnya mereka sampai di rumah nenek Jeno. Sebuah pedesaan yang sederhana, namun terlihat indah. Pemandangan laut dari atas bukit pun mendukung suasana.

"Jen..."

"Hm?"

"Anu...kopernya berat Jen" ucap Nana kemudian memberi cengiran.

Dengan sigap Jeno mengambil alih koper dari tangan Nana, kemudian membawanya ke dalam rumah.

Jeno maupun Nana disambut dengan hangat oleh keluarga yang ada di sana. Semuanya ramah, semakin membuat Nana ingin tinggal di sini. Ia rasa, hidup di perkotaan cukup sibuk, tak menikmati segalanya dengan optimal. Lain halnya dengan di sini, benar-benar berbeda.

"Ini siapa? Pacar kamu?" tanya bibi Jeno yang juga tinggal di sini.

Jeno dan Nana saling melempar pandang. Bingung mau jawab apa.

"Bukan bi, ini--"

"Saya Nana, pacarnya Jeno."

Deg!

Apa ini mimpi? Apa ini benar-benar mimpi? Kalau iya, tolong jangan bangunkan Jeno.

Saat ini, seperti ada sesuatu bergejolak di hati Jeno. Apa ini? Apa dia sungguh-sungguh Nana?

"Manis sekali pacar kamu ini, Jen" puji bibi Jeno dengan senyuman ramah.

"Jeno udah besar sekarang, dateng-dateng bawa cewek." lontar seorang pria yang tiba-tiba saja muncul.

Ah, Jeno mengingat itu dengan jelas. Mingyu, sepupunya.

"Bro, kok nambah gosong?"

"Kurang asem"

Jeno cengengesan, Mingyu ngegerutu, Nana masih salting sama ucapan dia tadi.

TADI GUA NGOMONG APA?!  -NANA

🍁🍁🍁

Jeno celingak-celinguk mencari keberadaan Nana. Sesekali ia menanyakan kepada beberapa orang yang ia kenal di desa.

Aneh, Nana kemana?
Ia tak ada di rumah, dan tak ada yang melihatnya juga.

Atau jangan-jangan...

NANA DICULIK?!

Ah enggak, jangan nethink dulu, mungkin Nana lagi cari angin. Biasa tuh anak suka ngilang cem tuyul.

Disaat Jeno masih asik nengok kanan nengok kiri nyariin Nana, seseorang menepuk pundaknya.

"Woi bro, pala lu kenapa muter-muter gitu kayak ayam tetangga gue?"

"Gua nyariin Nana"

"Oh pacar lu itu?"

"Yoi"

"Tadi gua liat dia jalan nurunin bukit"

"Hah?!"

Jeno auto panik gaiz.

"Ngapain dia?"

"Mana gua tau, paling mau ngeliat laut. Emang di tempat lu ga ada laut yak?" ucap Mingyu sambil ngebayangin tempat tinggal Jeno di kota.

"Sembarangan" jengkel Jeno kemudian menoyor kepala Mingyu.

"Halah Jen, dia turun bukit aja lu panik. Di bawah sana ada yang warung makan punya Pak Iching tuh. Mungkin dia ada di sana."

"Okelah, gua mau ngehampirin Nana dulu. Kalau ada yang nyariin, bilang aja gua lagi keluar bareng Nana."

"Iye-iye"

Jeno pun berjalan kaki, menuruni bukit menuju warung makan Pak Iching. Dengan kamera yang ia bawa, dan kacamata hitam yang dia tenggerkan di kausnya, membuat penampilannya cukup menarik.

Ah, menarik?

Apakah kata 'menarik' itu berlaku bagi Nana?

Jeno harap begitu.

Karena Jeno, tak akan menahan perasaannya untuk waktu yang lebih lama lagi.

Friend 〰 njm ✔Where stories live. Discover now