Bagian 31. Sadar

25.7K 2.8K 422
                                    

Instagram : unianhar

Arum berhenti melangkah melihat  papanya dan oma Putri berdiri di ujung koridor menunggu dokter memeriksa mamanya. Arum ingin kesana menghampiri mereka tapi Arum takut pada papanya. Pasti papanya marah karena menganggap Arum yang mendorong mamanya. Tak sengaja mata Arum terpaku pada mata oma Putri yang menatapnya begitu tajam. "Kenapa kamu disini?!" Lantang oma Putri penuh dengan kemarahan. Semua orang yang ada disekitar mereka langsung menoleh kearah Arum begitupun Edwin menatap Arum dari kejauhan.

Meski berat Arum tetap melangkah mendekati mereka dengan pandangan menunduk tak ingin melihat mata papanya yang menatap Arum penuh dengan kekecewaan.
"Aku mau liat mama jadi ak-"

"Kamu mau melukai Kanaya lagi?!" Potong oma Putri membuat Arum menggeleng cepat

"Aku nggak pernah lukai mama oma, ak--"

"Halah! Lebih baik kamu pergi dari sini!" Oma Putri mendorong Arum menjauh lalu menoleh pada Edwin yang menunduk memikirkan kondisi sang istri "Edwin lebih baik kamu usir dia! Dia tidak pantas tinggal di rumah kita karena dia sudah melukai Kanaya" seru oma Putri mendekati putranya

"Ibu tolonglah!" Lirih Edwin tak ingin melakukan apapun saat ini "Arum kamu pulang sekarang! Nanti kita bicara lagi mengenai hal ini"

"Tapi pa aku ma--"

"Arum," Arum mengangguk lesu melihat tatapan dingin Edwin padanya. Ini kali pertama Edwin menatapnya seperti itu dan rasanya cukup menyentil hati Arum untuk segera pergi dari sana disaat kehadirannya tak diharapkan.

* * *

Melihat sepasang sepatu didepannya Arum mendongak melihat siapa yang berdiri didepannya. Arum tersenyum melihat orangnya, Arum tau jika dia akan datang setelah menelfonya.
"Kamu ngapain disini?" Tanya Mirah memasukkan kedua tanganya dalam saku jaket yang ia gunakan

"Liat kondisi mama" jawab Arum lemah

"Tante Kanaya kenapa?"

"Jatuh dari tangga"

"Kok bisa?"
Arum menggeleng pelan, Arum tidak mungkin mengatakan jika oma Putri yang mendorong Kanaya tapi oma Putri menyalahkan dirinya. Arum tidak ingin Mirah khawatir lagi apalagi selama ini ia selalu merepotkan Mirah. Arum berdiri meninggalkan Mirah, Arum memasuki mobil Mirah yang terparkir tak jauh darinya. Mirah menyusul Arum dan menjalankan mobilnya untuk mengantar Arum pulang.

Mirah melirik Arum dari ekor matanya, Mirah ingin tau apa yang terjadi tapi Mirah tidak bisa memaksa Arum untuk mengatakannya sekarang. Mirah kembali fokus dengan jalan didepannya hingga ia teringat sesuatu. "Miss Maria menanyakan kabarmu. Kapan kamu mengunjunginya lagi?" Tanya Mirah menoleh pada Arum sekilas. Arum memperbaiki posisinya lalu menoleh pada Mirah

"Aku mau berhenti, Rah"

"Loh?!" Kaget Mirah hampir saja menabrak mobil didepannya

"Aku udah baik-baik aja."

"Tapi, Rum--"

"Aku bener udah baik-baik aja." Potong Arum dengan lembut "Aku juga capek, Mirah. Aku benar-benar capek." Sambung Arum berkaca-kaca. Arum tidak ingin memikirkan tentang itu disaat ia menghadapi masalah berat seperti sekarang. Mereka kembali dan tuduhan oma Putri membuat batin Arum lelah.

"Baiklah. Tapi untuk terakhir kali kita harus kesana untuk berterima kasih, gimana?" Arum mengangguk dan kembali menyandarkan kepalanya dijendela mobil "Oyah Arum" Mirah tersenyum saat Arum meliriknya tanpa mengubah posisinya "Aku akan ada untukmu jadi jangan simpan bebanmu sendiri" ucap Mirah tulus

"Nggak ah, kamu kan nyebelin bukannya bebanku terasa ringan malah semakin berat" Arum ingat sekali saat memberitahu Mirah perlakuan oma Putri padanya. Saat itu Mirah dan ketiga temannya lain langsung murka mengatai-ngatai oma Putri. Memang rasanya plong jika memberitahu mereka tapi Arum akan repot sendiri jika mereka semua mengoceh tanpa henti. Menurut Arum lebih baik diam daripada harus mengoceh disaat orang yang ia omeli tidak mendengarnya.

Sister Complex Where stories live. Discover now