Chapter 22

368 27 16
                                    


Gintoki tiba di rumah pukul 01.20. Dia berjalan dengan susah payah karena terlalu mabuk. Bahkan, dia sempat muntah di dekat rumahnya.

Dia melepaskan yukata­-nya dan melemparnya dengan asal ke atas sofa. Dia menenggak segelas air di atas meja. Tsuki kelihatannya tahu kalau Gintoki akan pulang dalam keadaan mabuk.

Gintoki menggeser pintu kamarnya sepelan mungkin. Tsuki sudah tidur, dan tidurnya cukup pulas.

Gintoki duduk di samping Tsuki. Dia memperhatikan wajah istrinya cukup lama. Tanpa suara, dengan jantung berdegup kencang.

Gintoki membayangkan akan seperti nantinya jika dia meninggalkan Tsuki. Tsuki akan hidup sendiri, mungkin ditemani Shinpachi atau Kagura. Mungkin juga, Tsuki akan kembali ke Yoshiwara dan tinggal di rumah Hinowa.

Tapi, seperti apa hidup Tsuki nanti tanpa kehadirannya? Tanpa komunikasi? Tanpa sentuhan? Gintoki sadar bahwa dia membiarkan Tsuki dengan sengaja untuk hidup di neraka untuk sementara. Teganya dia untuk melakukannya pada orang yang sangat ia cintai.

Tapi, Gintoki juga ingin menyelamatkan Utsuro. Dia ingin melindungi Utsuro. Dia ingin Utsuro mati. Gintoki memang tidak bisa menusuk jantung Utsuro dan membunuhnya. Darah Utsuro abadi. Satu-satunya cara, jantung Utsuro dan tubuhnya memang harus dipisahkan. Mereka harus terpisah jauh. Jauh sekali.

Gintoki paham jika nantinya, Tsuki akan marah sekali padanya. Bahkan, mungkin saja menceraikannya. Sampai detik ini, Gintoki tidak tahu apa yang harus dia katakan pada Tsuki. Apakah dia harus mengucapkan selamat tinggal atau tidak, dia belum tahu.

Inikah bentuk terima kasih Gintoki pada Tsuki yang menerimanya apa adanya? Inikah satu-satunya cara untuk melindungi semua orang? Haruskah dia pergi? Kenapa dia yang menunjuk dirinya sendiri untuk pergi?

"Baka," gumam Gintoki. "Baka."

Ada sesuatu yang jatuh ke atas tatami. Tetes air itu jatuh dari wajah Gintoki. Tubuhnya terlihat gemetar. Kedua tangannya mengepal dengan keras.

Gintoki menatap Tsuki. Ia merasa sangat bersalah. Tapi, dia tidak boleh merasa demikian. Dia melakukan ini untuk semua orang, termasuk Tsuki.

Gintoki meraih selimut yang menutupi tubuh Tsuki. Dia membukanya, meraih tubuh Tsuki, dan mendekapnya dengan erat.

"Aku mencintaimu, Tsukuyo," bisik Gintoki sambil terisak. "Aku sangat mencintaimu, Tsukuyo."

Die Another Day 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang