Chapter 23

390 23 23
                                    


"Tsukuyo! Cepat! Aku lapar!"

Gintoki berteriak dari ruang televisi di saat Tsuki baru saja memakai lipstik.

"Sabar, bagero!" Tsuki mengambil tas dan berjalan ke luar kamar. "Ini masih jam lima sore dan jam makan malammu itu jam tujuh!"

Gintoki terlihat duduk di sofa. Dia sudah rapi dan sudah mandi. Sebatang rokok bertengger di bibirnya. Kedua tangannya terlihat memegang Jump.

"Aku sengaja tidak makan sama sekali hari ini untuk menikmati all you can eat," Gintoki meletakkan Jump di atas meja di depannya. "Ayo."

Gintoki berdiri dan menatap Tsuki dari atas sampai bawah. Kedua matanya terpaku pada dada Tsuki.

"Kau cantik sekali hari ini," kata Gintoki.

Tsuki memutar bola matanya dan berjalan melewati Gintoki menuju pintu depan.

"Oi."

Tsuki berbalik dan menatap Gintoki yang kedua tangannya sudah berada di dalam kantung celananya.

"Kau tak mau aku gandeng?" tanyanya.

Tsuki terdiam. Gintoki mendengus dan berjalan melewati Tsuki sambil meraih tangannya.

"Ayo," ucap Gintoki.

Mereka berjalan menuju restoran all you can eat yang jaraknya sekitar 20 menit dari kediaman Yorozuya. Sambil bergandengan tangan dengan suaminya, Tsuki diam seribu bahasa sambil menatap ke bawah.

Aneh. Gintoki aneh.

Tsuki mengingat-ingat wajah Gintoki ketika dia bangun. Tsuki bangun pukul 07.00 dan anehnya, dia bangun dengan pakaian tidur lengkap. Saat dia melihat ke samping, Gintoki tidur hanya mengenakan celana tidur dan dari mulutnya tercium bau alkohol.

Biasanya, ketika Gintoki mabuk, dia akan melucuti Tsuki dan menghajarnya sampai keduanya tertidur karena kelelahan. Tapi, tidak dengan semalam. Gintoki tidur pulas hingga pukul 09.00.

Ada yang aneh dari Gintoki. Kedua mata Gintoki bengkak saat dia baru bangun tidur, seperti habis berkelahi dengan seseorang.

"Oi, Gintoki," Tsuki mereka ulang percakapannya dengan Gintoki pagi ini. "Kau berkelahi dengan seseorang semalam?"

"Tidak," kata Gintoki sambil mengompres matanya dengan es batu. "Aku dientup tawon saat berjalan pulang ke rumah."

"Memangnya ada tawon di malam hari? Bukankah mereka tidur?" tanya Tsuki.

"Tawon yang menyengatku menderita insomnia akut. Buatkan aku susu stroberi hangat, Tsukuyo. Sekarang," jawab Gintoki.

Aneh. Gintoki tidak disengat lebah. Mata bengkaknya itu disebabkan karena dia menangis. Aku yakin itu. Ada apa sebenarnya?

"Honey," Gintoki melepaskan genggaman tangannya dan merangkul Tsuki. "Kenapa kau menunduk terus?"

"Aku takut menginjak kotoran anjing," ucap Tsuki.

"Tak akan ada kotoran Sadaharu di sini," kata Gintoki.

Mereka tiba di restoran all you can eat dan masuk ke dalam. Mereka langsung mendapat tempat duduk dan mulai makan.

Tsuki terus-terusan melirik Gintoki sambil membakar daging. Gintoki, dengan mata malasnya, terlihat antusias membagar daging. Dia juga mengunyah makanannya dengan lahap.

Gintoki aneh. Pria yang terlalu cepat ubanan ini begitu lembut padaku hari ini. Sesuatu telah terjadi, dan ini adalah triknya agar aku tidak marah. Aku tahu itu.

Sebuah piring berisi daging yang menggunung ditaruh di depan Tsuki.

"Makan yang banyak, Tsukuyo," ucap Gintoki sambil mengunyah makanannya. "Aku ingin kau terlihat semok seperti Erufi Sukayeshi."

"...Elvy Sukaesih?" gumam Tsuki sambil menyuap daging ke mulutnya.

Gintoki dan Tsuki selesai makan pukul 20.00. Sambil menenggak ocha, Tsuki memandangi Gintoki dengan penuh pertanyaan.

Tsuki kembali mengingat kelakuan Gintoki siang ini. Sambil mengompres kedua matanya, Gintoki meminta Tsuki untuk tetap duduk di sebelahnya.

Si uban ini begitu manja hari ini. Dia benar-benar memintaku untuk terus berada di sebelahnya. Bahkan, dia menungguku mandi dan masuk ke dalam kamar mandi. Tapi, dia tidak mandi.

Apa yang terjadi?

"Ayo, kita pulang," Gintoki berdiri dan meraih tangan Tsuki. "Aku ngantuk."

Tsuki pun mengikuti tanpa bicara sedikit pun.

Die Another Day 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang