2. Pahlawan kesiangan

240 98 38
                                    

Yang dimulmed visualnya Bagas.....

🍁🍁🍁

Sepanjang keluar main kedua ini, Nina merasa sedang berada disurga, pasalnya, sejak cowok itu menyuruhnya pergi tadi, Arza tak lagi menunjukkan batang hidungnya. Sungguh kebahagiaan yang tak dapat dibeli.

Nina berjalan bak seorang model yang tengah berjalan diatas catwalk, beberapa siswa dikantin menatapnya dengan senyuman yang tak dapat diartikan, namun, Nina mengertikan tatapan itu sebagai tatapan memuji dirinya. Ya, seperti itulah Nina, ia tidak pernah mau berpikir negative kepada orang, kecuali orang yang memiliki masalah dengannya, misalnya, Arza.

Namun sayangnya, langkah yang penuh percaya diri itu harus terhenti saat Nina tersandung sesuatu. Nina, jatuh tersungkur ke lantai. Mulut cewek itu terus saja bergerak, mengucapkan beberapa sumpah serampah keahliannya.

Masih dalam posisinya, Nina mengangkat kepalanya kala ia mendengar suara tawa seseorang menggema seisi kantin. Nina menautkan kedua alisnya dan menatap orang yang menertawakan dirinya kesal.

Cowok itu, Arza berjongkok kearah Nina dan menunjukkan smirk andalannya pada Nina.

"Ini balasan buat yang tadi, lo pikir lo itu siapa, berani-beraninya ngebentak gue, ingat lo itu babu gue bukan ratu gue" tajamnya.

Arza memperbaiki posisinya, mengambil sebotol air mineral yang entah milik siapa, Arza lalu membukanya dan menumpahkannya diatas kepala Nina, yang otomatis membuat seragam cewek itu basah akibatnya.

Namun, Nina yang malang hanya bisa diam dan membiarkan saja Arza memperlakukan dirinya secara semena-mena. Tapi entah siapa yang berani menjadi pahlawan kesiangan bagi Nina, tiba-tiba saja air yang tadinya meluncur dengan indah diatas kepala Nina berhenti.

Nina mendongakkan kepalanya dan menatap cowok yang ia ketahui bernama Bagas, si ketua kelasnya tengah memegang tangan Arza. Bangkit dari posisinya dengan bantuan Bagas, Nina dengan sengaja menginjak kaki Arza dan langsung melengos begitu saja.

Arza meringis kesakitan "oe,,jangan lari lo!" Teriak Arza dengan semangat empat limanya.

Arza menggerakkan kakinya untuk mengejar Nina, namun saat cowok itu baru saja melangkahkan kakinya, lengan Arza terlebih dulu ditahan oleh Bagas. Arza menatap cowok itu kesal lalu menepis tangannya kasar.

"Ngapain lo megang tangan gue? Suka lo sama gue?" Tanyanya kesal.

Bagas tersenyum miring "lo pikir setelah lo permaluin dia, lo mau ngejar dia? Kalo lo berani, cari lawan yang seimbang! Jangan cuma beraninya sama cewek doang," Bagas menjeda perkataannya dengan sengaja, "dasar anak mama!" Lanjutnya, yang sangat kentara sekali sedang menghina Arza.

"Emang gue anak mama, siapa bilang gue anak lo" balasnya dengan senyuman devil-nya, lalu Arza pun pergi dari sana.

🍁🍁🍁

Nina menatap pantulan dirinya pada cermin toilet, sampai kapan dirinya akan diperlakukan semena-mena seperti ini? Sudah cukup ia tak mengetahui siapa orang tuanya, dan sekarang kehidupannya harus semakin menyedihkan dengan kehadiran Arza.

Nina merapikan rambutnya yang basah terlebih dahulu lalu ia pun keluar dari sana. Berbelok kekanan untuk menuju kelasnya, Nina menghentikan langkahnya saat seseorang memanggilnya dari belakang.

Nina berbalik dan menatap Bagas yang tengah menatapnya dengan kepala yang disenderkan pada tembok toilet.

"Kenapa, Gas?"

Bagas berjalan mendekati Nina dengan senyuman yang begitu manis, jenis senyuman yang dapat dibawa pulang dan disimpam dalam ingatan.

"Gue kira lo tadi lagi ganti seragam, kok masih pake seragam yang basah sih?" Bagas balik bertanya.

Nina mengedipkan matanya berkali-kali "ah,,itu gue-"

"Lupa bawa?" Potongnya.

"Enggak kok, tapi gue nggak punya baju ganti" jelasnya.

Bagas menatap Nina tak percaya, namun Bagas tak peduli, cowok itu lalu menggenggam tangan Nina dan menuntunnya kesuatu tempat namun tak jadi saat Nina melepaskan genggaman Bagas.

"M-mau ke-kemana?" Tanyanya heran.

"Um,,mau ke kopsis" balas Bagas.

"Ma-mau ngapain?"

Bagas menyunggingkan senyumannya "ya mau beli baju ganti lo lah, masa mau makan" balasnya mulai kesal.

Nina menautkan kedua alisnya "tapi gue nggak punya uang"

"Gue yang beli kok, Nin" pasrah Bagas, lalu cowok itu kembali menggenggam tangan Nina dan menuntun cewek itu mengikuti dirinya.

Tanpa Nina sadari kalau ada orang yang sedang mengintai dirinya sedari tadi.

Orang itu keluar dari sebalik tembok "jadi lo mau main-main sama dia, Gas? Sayangnya lo salah target" gumamnya.

   🍁🍁🍁

Seperti biasanya, sepulang sekolah Arza selalu melakukan kebiasaannya, main game. Hal itu sudah menjadi biasa, bahkan Arza lebih memilih melakukan hal tersebut dari pada makan siang terlebih dahulu.

Arza berhenti berkutat dengan stick ps-nya dan menatap kearah pintu kala ada suara ketukan dari sana. Arza bangkit dari posisinya, membuka kenob pintu dan menatap kesal wanita paruh baya yang tengah berdiri dihadapannya dengan senampan makan siangnya.

"Arza,,berapa kali mama harus ingatin setelah pulang sekolah itu makan dulu baru main" titah Rafika, mama Arza.

Arza memutar bola matanya kesal sebagai tanggapan. Tanpa izin terlebih dahulu, Rafika langsung masuk dan dengan entengnya mencopot kabel penghubung komputer.

"Mah!" Seru Arza kesal.

Rafika menatap Arza biasa-biasa saja karena sudah terbiasa.

"Keluar!" Serunya seraya menunjuk kearah pintu kamarnya.

"Arza" ujar Rafika terdengar memperingati.

"Saya bilang keluar! Jangan mengatur kehidupan saya, ingat anda bukan siapa-siapa saya" jelas Arza yang langsung membuat Rafika bungkam seketika dan langsung keluar dari kamar cowok itu.

Sedangkan Arza, ia bahkan tak percaya kalau barusan ia membentak wanita itu untuk pertama kalinya, walaupun sudah dari dulu ia ingin melakukan hal barusan dan akhirnya ia melakukannya.

🍁🍁🍁

TBC!

See you next capter

Zines_21

Haughty Boy | Oh SehunKde žijí příběhy. Začni objevovat