04. Kim Taesweet

2.1K 220 5
                                    

Sweet Bad Boy

Seringai terpanti di wajah kedua geng ternama dan terkuat. Jaekyung, leader dari The Warrior itu tersenyum miring melihat Namjoon yang kini ada di depannya bersama dengan anggotanya. Jaaekyung membuang puntung rokoknya asal setelah hampir habis ia hisap. Ia berdehem sebelum memulai pembicaraan.

"Jadi, apa keputusanmu Namjoon?" ia bertanya setelalah terjadi keheningan beberapa saat.

"Aku tidak mau menyetujui keduanya. Kita seimbang, anak buahmu yang memulainya. Jadi, wajar saja jika teman-temanku membuatnya babak belur," Jawab Namjoon enteng.

Jaekyung berdecak mendengar penuturan Namjoon. "Jangan mengatakan hal tabu Kim Namjoon, kau tidak tahu siapa aku?" Namjoon tersenyum semanis mungkin walau terselip rasa mengejek di dalamnya.

"Aku tahu," jawab Namjoon sepelan mungkin. Bukan karena dia takut, tapi karena dia tidak ingin amarahnya meledak karena menatap pria di depannya.

Wajah Jaekyung tersenyum bangga. "Baguslah jika kau sudah tahu. Pikirkan baik-baik akan keputusanmu itu." Jaekyung Bangkit dengan para anak buahnya meninggalkan Namjoon menuju Basecame miliknya.

*****

Taera mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Saat ini dirinya benar-benar lelah untuk berlari. Ini semua karena ulah temannya. Kalau saja temannya itu tidak membuat masalah mungkin mereka akan selamat dari kejaran para preman.

"Aku benar-benar lelah ... " ujarnya dengan peluh yang membasahi pelipisnya. Ia benar-benar tidak sanggup lagi untuk berlari. Para preman itu benar-benar membuatnya takut. Ia merasakan dadanya semakin sesak. Udara di sekitarnya tak lagi dapat ia raup. Percuma, sisa tenaganya tak lagi dapat ia gunakan untuk membuat deru nafasnya teratur seperti sedia kala.

"Kemana gadis itu?" Suara salah seorang pria membuat dirinya menoleh ke belakang. Di dapatinya seorang lelaki tinggi dengan tubuh yang kekar sedang celingukan mencari seseorang. Taera yang menyadari bahwa pria itu mencari dirinya lekas mencari tempat persembunyian. Dipaksanya tubuh lemahnya berdiri untuk bersembunyi. Namun nihil, ia tak mampu berjalan, bahkan untuk berdiri pun ia menggunakan bantuan tembok.

Baru saja Taera ingin melangkah satu lengannya ditarik dengan cepat membuat tubuhnya tertarik di balik tembok. Refleks, Taera berteriak kaget. Namun dengan cepat orang itu menutup mulut Taera rapat-rapat. "Tenanglah, ini aku, Taehyung." Ujarnya seraya mengisyaratkan dirinya untuk diam. Taera cukup lega ketika tahu siapa laki-laki di depannya yang memang tertutup oleh hoodie hitam.

Taehyung menarik tubuh Taera untuk mendekat kepadanya. Wajahnya berpaling untuk mengawasi para preman. Takut-takut jika mereka melihat keduanya yang bersembunyi di balik tembok.

Taehyung menghela nafas lega ketika para pria itu pergi dan tidak menyadari keberadaan mereka. Bukan waktu yang singkat untuk memastikan para pria itu benar-benar pergi. Bahkan Taehyung harus menarik tubuh Taera lebih dekat dengannya untuk menutup celah para pria itu menemukan mereka.

Taehyung menatap gadis di depannya yang sejak tadi terdiam menunduk dengan bahu yang bergetar. Di pegangnya kedua bahu Taera yang bergetar dengan bingung. Wajah Taehyung ikut tertunduk untuk melihat wajah gadis di depannya. "Taera, kau baik-baik saja?" Taehyung bertanya namun tak ada respon dari sang gadis. Taehyung sedikit mengguncang tubuh Taera yang sejak tadi terdiam. Taehyung menarik wajah gadis itu untuk menatapnya.

Taehyung terkejut ketika pandangannya di suguhkan wajah Taera dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. "T-taera? K-kau kenapa?." Taera tak menjawab. Ia semaki terisak.

"T-taehyung ... a-aku takut," Air matanya kembali turun ketika kedua matanya berkedip. Taera tak tahu harus apa, saat ini dia benar-benar merasa takut. Kejadian yang menimpa dirinya benar-benar membuatnya takut dan ter sakiti. Ia tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dengan dirinya jika Taehyung tidak datang dengan tepat.

Taehyung yang tak tega melihatnya dengan segera merengkuh tubuh Taera untuk menenangkannya. "Tenanglah, ada aku," Di usapnya lembut surai Taera yang semakin terisak di pelukannya. Taera yang merasakan kenyamanan dan rasa aman pada tubuh Taehyung membalas pelukannya. Kepalanya di sandarkan di bahu Taehyung dengan nyaman.

Setelah merasa Taera lebih baik Taehyung mengurai pelukannya. Ditangkupnya wajah Taera dengan kedua tangannya yang besar. Kedua ibu jari Taehyung bergerak menghapus jejak aliran air mata yang masih membasahi Taera. "Jika kau butuh bantuan, katakan saja padaku. Aku siap membantu dan melindungimu." Taehyung tersenyum menatap mata Taera.

Taera terpaku melihat perlakuan Taehyung yang tampak berbeda hari ini. Entah memang Taehyung yang berubah atau dirinya yang baru menyadari. Entahlah, tapi yang jelas Taera merasakan ada kehangatan dan ketulusan dalam ucapan Taehyung. "Mari kuantar kau pulang." Tahyung menarik tangan Taera lembut menuju mobilnya yang tidak jauh dari lokasi mereka berada.

Taera menatap Taehyung dengan sendu, bagaimana bisa dirinya berlaku semena-mena pada Taehyung selama ini. Hari ini Taera mengambil kesimpulan atas dirinya, bahwa ia telah salah menilai seorang Kim Taehyung.

*****

Suara nada notifikasi dari ponsel, membuat Hyesu bangkit dan mengambil ponselnya. Satu pesan masuk ke ponselnya. Dibukanya kunci pasword ponselnya dan mengecek dari siapa pesan itu. Matanya membulat sempurna, senyum kebahagiaan terukir di wajahnya ketika ia membaca nama si pengirim pesan.

Bomin: Aku akan kembali ke Korea

Hyesu mengetikkan beberapa kalimat dan menekan tanda kirim. Hanya beberapa saat saja pesan itu sudah terkirim kepada Bomin.

Hyesu: Benarkah? Kapan kau sampai disini aku menunggumu~

Bomin: kkk~ mungkin bulan depan apa kau mau menungguku?

Hyesu: tentu saja, untukmu aku siap menunggu!

Bomin: apa kau merindukanku?

Hyesu: tentu aku sangat merindukanmu, bagaimana denganmu?

Bomin: aku sangat, sangat, sangat merindukanmu.

Hyesu: kkk~ baiklah, kabari aku jika kau akan ke Korea. Selamat malam!

Bomin: Kkk~ selamat malam juga.

Hyesu tidak membalas pesan terakhir Bomin, takut dirinya mengganggu Bomin yang sedang mempersiapkan diri untuk Ulangan Tengah Semester kurikulum Amerika. Karena memang kebetulan Bomin melanjutkan pendidikan di negara maju tersebut. Mau tak mau jalinan persahabatan Bomin dan Hyesu harus terhambat karena jarak dan waktu. Namun itu semua tidak membuat keduanya putus komunikasi.

"Cih! Kau terlihat seperti gadis idiot tersenyum sendiri dan tertawa sendiri," Hyesu menatap ke arah pintu dimana Yoongi berdiri dengan apel yang ditangannya yang sudah terdapat bekas gigitan disana.

Mata Hyesu memicing tajam menatap laki-laki itu. "Biarkan saja, setidaknya wajahku masih bisa memberi ekspresi. Tidak seperti kau yang selalu menunjukkan wajah datar," Mata sipit Yoongi mendelik menatap adiknya.

Bukan Yoongi namanya jika harus menerima kekalahan, apalagi itu dari adiknya sendiri.

"Apa yang kau katakan? Aku juga bisa berekspresi hanya saja kau tidak pernah melihatnya!"

Hyesu mendesah kesal seraya memutar bola matanya jengah. "Terserah apa katamu, tidak ada gunanya juga aku berdebat denganmu." Hyesu kembali sibuk dengan ponselnya mengotak-atik aplikasi dalam ponselnya.

"Tadi itu siapa?" Yoongi bertanya seraya mengunyah buah apel. "Itu, Bomin," Jawab Hyesu seadanya tanpa mengalihkan pandangannya dari foto-foto dirinya bersama dengan Bomin.

"Apa yang dikatakan olehnya?" Yoongi kembali bertanya sementara wajah Hyesu berubah menjadi sumringah ketika pembahasan mereka mengarah pada Bomin.

"Dia bilang dia akan kembali ke Korea bulan depan,"

Yoongi menganggukkan kepalannya mengerti. "Kau masih menghubunginya?"

Hyesu mengulum senyumnya kemudian menganggukkan kepalanya  dan ber-oh ria sebagai jawaban. Yoongi melenggang pergi meninggalkan kamar Hyesu menuju dapur untuk mengambil air minum.

-Bersambung

Sweet Bad Boy [Kim Namjoon] END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang