Semua biasa saja. Tak ada yang istimewa. Bahkan sangat-sangat biasa saja. Aku memandangnya, seperti yang sudah-sudah, yang pernah ada. Tak begitu menarik perhatianku, karena memang bagiku biasa saja.
Aku memanggilnya Vidhya. Perkenalanku dengan Vidhya, bukan kebetulan. Karena aku tahu, tak ada yang kebetulan di dunia ini.
Awal perkenalan, kuanggap hal yang biasa. Namun, terbiasa membiasakan hal-hal yang biasa, ternyata tak selamanya berjalan biasa-biasa saja. Untuk kali pertama, hal biasa yang tak biasa, kurasakan bersama Vidhya.
Perkenalan yang awalnya kuanggap biasa saja, perlahan menyeretku dalam banyak keinginan yang terus membesar tak terkendali. Tak lagi biasa. Perlahan namun begitu pasti, perkenalan mulai hadirkan rasa rindu bagai antah berantah, riuh mengalir deras bak bah. Rindu yang seakan tak memberiku kesempatan berdalih. Hujamannya tiap detik. Begitu dalam dan semakin dalam. Membuatku tergila-gila. Membuatku kasmaran. Dan lalu jatuh cinta.
Vidhya meruntuhkan dinding-dinding jumawa, yang selama ini kokoh membentengi jiwaku. Begitu pelan mengikis angkuhku. Halus mematahkan satu-satu tiang-tiang ego yang lama memancang di tiap sudut hati. Vidhya, mengajariku jatuh cinta dalam diam. Menikmati cinta tanpa bersuara. Diam-diam semakin jatuh cinta
***
