9 - James A. Morgaine 【Dark Blue】

64 12 19
                                    

Title: Say You Won't Go.
Story by James A. Morgaine.
Main Genre: Angst.
Other Genre:

--oOo--

Iris matanya bergulir, menatap gerakan kendaraan yang melaju tak sabaran disepanjang jalan raya kota Tokyo siang ini. Memang ini masih pukul 13.04 am. Hanya saja cuaca mendung membuatnya nampak lebih gelap daripada biasanya, warna kelabu menghiasi langit-langit dengan suhu udara yang mulai menurun secara perlahan. Membuat siapapun yang melintasi jalanan mengeratkan mantel atau jaket yang mereka kenakan.

Bahkan sekarang tetes-tetesan air hujan mulai membasahi permukaan bumi. Membuat setiap orang yang melintasi jalanan mempercepat langkah mereka hanya untuk sekedar berhenti di halte bus dan berteduh.

Gadis itu menghembuskan napas pendek, ia mengeratkan syal [Fav. Colour] yang ia kenakan. Dan melangkah cepat menyebrangi jalan ketika lampu untuk pejalan kaki menyala hijau.

Langkahnya selaras dengan puluhan orang yang juga menyebrang, membuat tinggi badannya yang tidak semampai terbenam hingga hanya terlihat puncak kepala yang sedikit basah.

Gadis itu berbelok--ketika dirinya telah tiba diseberang jalan, berjalan beberapa langkah lagi dan berhenti dihadapan sebuah Cafe bergaya minimalis yang didominasi warna cokelat. Untuk sesaat ia terdiam dan memperhatikan cafe yang direkomendasikan oleh seorang teman satu sekolahnya itu, dan mengulas kurva tipis sementara sebelah tangan mulai mendorong salah satu pintu ganda cafe.

Aroma manis dari coklat panas dan waffle madu, juga makanan-makanan manis lainnya, serta aroma Vanili dari lilin pendek. Merasuki indera penciuman ketika sang gadis mengambil langkah pertamanya untuk memasuki Cafe.

Ia terpana dengan arsitekturnya yang mempesona. Dengan ukiran-ukiran yang nampak rumit namun juga elegan disaat bersamaan, foto-foto monokrom yang menampilkan tawa gadis Belanda bergaya rambut Pony tail dan pasangan yang mengenakan kimono tergantung di dua buah pilar utama penyangga lantai dua Cafe. Gadis itu tersenyum kecil dan mengangguk-angguk, sebagai pertanda ia menyukainya.

"Selamat datang!" Atensi seorang pelayan mengejutkan sang gadis, menimbulkan respon sedikit terkejut dengan membalik tubuh secara spontan. Ia mengulas senyum tipis; sebagai bentuk untuk menutupi keterkejutan nya.

"Meja untuk satu orang?" Tanya pelayan itu ramah, rambutnya yang berwarna coklat madu nampak manis dihiasi dengan bandana berenda putih dan Cream. Sang gadis mengangguk.

Pelayan itu masih mempertahan senyuman lebar, ia merentangkan sebelah tangan kesamping tubuh sebagai bentuk mempersilakan agar pelanggan nya itu mengikuti langkahnya.

Maka, ia mengarahkan sang gadis untuk menempati sebuah meja dengan kursi sofa berwarna putih gading yang berhadapan, Yang  terletak disalah satu sudut Cafe, tempat ternyaman menurut sang gadis.

Hanya nyala lilin dengan aromanya yang manis yang menemani kesendirian gadis itu semenjak peninggalan pelayan cafe tersebut bersama dengan pesanan nya.

Manik mata indah berwarna [Eyes colour] itu menyala dibawah pantulan cahaya lampu, bergerak-gerak memperhatikan orang-orang di Cafe. Lebih tepatnya...

Warna yang ada pada diri mereka.

Seperti Aura, namun berbeda. Warna-warni ini menampilkan perasaan yang dirasakan seseorang saat ini. Dan hal itulah yang dilihat sang gadis. Menarik memang, namun terkadang ia merasa turut sedih tiap kali melihat warna biru tua dan...

Warna itulah yang ia lihat.

Diantara puluhan pelanggan dengan warna-warni cerah yang cantik, ada warna yang melambangkan kesedihan berlarut-larut dan depresi. Warna yang masih ia ragukan sebelum akhirnya mata mereka bertemu dan...

Colors of FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang