BAGIAN DUA

43 4 1
                                    

Jakarta di Senin jam sembilan pagi ini menyenangkan bagi Namita. Bagaimana tidak, jalanan lenggang tak ada kemacetan, cuaca sangat amat mendukung dan satu lagi salah satu nasabahnya ingin memperpanjang masa premi yang berarti uang gajiannya bertambah lagi. Hal itu yang membuat senyum Namita sejak semalam ketika dihubungi sang nasabah tak pernah luntur dari bibirnya. Bulan ini dia akan mendapatkan closing yang lumayan. Ditambah lagi rekan kerja orang tua Sandra ingin bergabung untuk mendapatkan jaminan kesehatan. Namita memarkirkan honda aylanya dihalaman luas rumah yang cukup megah bagi Namita. Dia merapikan penampilannya dan berjalan keluar menuju pintu utama rumah.

"Selamat pagi tante Hana!"sapa Namita ketika mendapati pintu dibuka oleh seorang wanita paruh baya yang masih cantik di usianya yang tak lagi muda.

Wanita paruh baya tersebut tersenyum lembut "Namita masuk sini!"ucap tante Hana memberikan ruang Namita untuk masuk kedalam rumahnya.

"Tante dirumah sendiri aja ini?"tanya Namita ketika pantatnya yang sintal menduduki sofa empuk di ruang tamu.

"Iya, suami lagi dinas diluar. Anak tante yang pertama juga dari semalam belum pulang, maklum dia kan kerja di bareskrim. Jadi saya ya sendiri di rumah. Eh Namita diminum dulu minumannya."ucap tante Hana setelah pembantu rumah tangganya meletakkan dua cangkir teh dan beberapa kue kering.

"Eh iya tante. Repot-repot banget."ucap Namita.

"Gak repot Nami."ucap tante Hana dengan senyum lembut memandang wajah ayu Namita.

Obrolan ringan berlanjut membahas hal-hal seputar kegiatan Namita akhir-akhir ini dilanjutkan cerita dari tante Hana yang pusing memikirkan anaknya yang sudah berumur belum juga berniat menikah padahal sering gonta-ganti pasangan katanya.

"Tante yang sabar aja, mungkin anak tante masih ingin menikmati masa karirnya. Apalagi kata tante posisinya sudah lumayan di bareskim. Lagian ya tan, kalo laki-laki kan semakin tua umurnya semakin mateng banyam yang mau beda sama yang perempuan."ucap Namita mengelur tangan Hana yang menggenggam tangannya.

Tante Hana menghela nafas panjang "ya maklumlah Nam, tante kan sebagai orang tua kekhawatiran pasti ada, bagaimana kalo terlibat pergaulan bebas atau malah lebih parah dia gak ada niatan buat menikah."

"Tante percaya aja sama anak tante. Mungkin belum ketemu yang cocok tan. Menikah kan bukan soal umur apalagi dikejar target karena ditanya kapan nikah. Menikah perkara hati dan fikiran harus sejalan tante. Udah tante jangan sedih lagi ya, anak tante Namita yakin bakalan ngenalin calonnya secepatnya."ucap Namita tersenyum menenangkan.

Kemudian Namita mulai membahas masalah perpanjangan premi yang akan dilakukan oleh tante Hana beserta keluarga. Namita melakukan prosedur singkat sebelum besok kembali kemari untuk penandatanganan kontrak dan pembaharuan kartu kesehatan.

"Tante makasih lho ya jamuannya. Repot-repot segala dimasakin. Masakan tante tetep juara." Namita mengacungkan dua jari jempol.

"Sama-sama Namita. Tante seneng masakin kamu, udah nemenin tante juga ngobrol sampai sore gini. Sering-sering kesini ya."tante Hana mengelus rambut panjang Namita.

"Iya tante. Insyaalloh. Namita pulang dulu ya Tan. Assalamu'alaikum"pamit Namita mencium punggung tangan tante Hana.

"Hati-hati. Wa'alaikumussalam."ucap tante Hana melambaikan tangannya ketika Namita mulai menjalankan mobilnya keluar dari rumah megah yang pernah Namita lihat.

--------

Hari ini jadwalnya hanya mengunjungi tante Hana sebagai nasabah dan juga bertemu dengan Andre. Memang setiap hari Namita selalu menjadwal kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dia lakukan agar hari-harinya terstruktur bahkan hari liburpun Namita juga terbiasa menjadwal kegiatan-kegiatannya dalam notebook kecilnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 15, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PerfectWhere stories live. Discover now