three

1.7K 270 174
                                    

Taehyung menyimpan senyum diam-diamnya seorang diri.

Yoongi yang tergeletak di bawah tubuhnya tentu takkan bisa berpaling lagi setelah hari ini.

Mereka terlanjur dibanjiri dengan cinta dan akan sulit untuk melepaskan diri dari satu sama lain.

Kalau ingin sedikit hitung-hitungan, Taehyung merasa menang kali ini; setidaknya, dia menang dari sosok "entah siapa" yang membuat Yoongi mau dipeluk di lorong laboratorium.

"Apakah kau menyesal?"

"Tidak... tidak akan pernah, Tae."

Yoongi menggigit bibir, tubuhnya ringan, seakan melayang-layang di udara. Suasana remang di sel penjara Taehyung mengundang kantuk dan keinginan untuk tidak dilepaskan.

Yoongi mendekap punggung Taehyung dan melarangnya pergi ketika pemuda itu dengan sengaja melonggarkan pelukan.

"Semua orang berteriak di luar sana," Taehyung berbicara pelan, mengecup telinga Yoongi, "bukan gara-gara Hoseok kan?"

"Dari mana kau tahu nama Hoseok?" Yoongi mencoba mengatur napas. Energinya tak kunjung pulih setelah "dihajar" bertubi-tubi oleh Taehyung. "Kalau aku boleh membunuh orang... dia yang akan kubunuh pertama. Kelakuan tengiknya membuatku merasa wajar jadi penjahat."

"Dia pernah menyelingkuhimu? Kenapa kau kelihatan mendendam padanya?"

"Hmm, kau serius menanyakan itu padaku?" Yoongi tertawa kecil. Ia menegakkan lehernya untuk mencium pucuk hidung Taehyung. "Aku tidak pernah tertarik pada siapa pun selain kau. Lebih baik aku hanya memiliki satu inci hatimu daripada memiliki seluruh dunia tanpamu."

"Oh? Kuharap demikian," nada Taehyung terasa hambar. Yoongi berharap telinganya sedang tak beres untuk mampu menerjemahkan sesuatu sesuai hakikatnya.

"Semua orang yang berlalu lalang di sini selalu membicarakan Hoseok. Kudengar ia punya "peliharaan", ya? Itu yang kudengar," alis Taehyung bertaut, "dia ini semacam kaum sadistik atau apa?"

"Dia seratus persen gila," Yoongi mendesah, nama Hoseok selalu bisa menggelapkan suasana hatinya, dari siapa pun enam huruf itu terlontar. "Dia memelihara bakteri untuk membunuh Subnormal, Tae."

"Membunuh aku, apakah termasuk?"

"Tidak. Dia harus melangkahi mayatku dulu sebelum menyentuhmu."

"Oh, kurasa dia justru bermimpi melamarmu di depan mayatku."

"Aku sudah berjanji akan sehidup semati denganmu, kau lupa?" Yoongi tersenyum tipis, "Baiklah, kalau perlu kita menikah di dalam peti mati dan membuat mereka terbirit-birit ketakutan."

"Kau bisa saja." Taehyung balas tersenyum. Ada ragu membersit di hati Yoongi—seolah senyuman Taehyung adalah kepura-puraan—tapi ia tak ingin memikirkannya. Pemuda Subnormal itu menyelimutkan baju Yoongi yang tadi sempat ia cabik-cabik hingga malaikatnya itu sempurna telanjang. Taehyung kemudian memakai kemejanya sendiri dan bergerak untuk berdiri.

"Aku ingin melihat keadaan. Kau bisa pakai bajumu sendiri kan, Yoongi?" Itu bukan pertanyaan.

"Tunggu ... Taehyung!"

Panggilan Yoongi tak membuat Taehyung menghentikan langkah. Pemuda itu menghilang di keremangan lorong penjara dan membuat Yoongi panik.

Keadaan akan tambah kacau jika Taehyung terpergok keluar dari sel. Ia bisa dihajar atau bahkan dieksekusi tanpa diadili. Kaum Subnormal seperti Taehyung takkan pernah mengerti jalan pikiran "manusia biasa". Seharusnya ia tak membahayakan diri.

"Jangan menyentuh siapa pun atau aku akan menembakmu, Tuan Jung Hoseok!!!"

Teriakan seorang lelaki yang memberikan perintah, barangkali menjadi satu-satunya suara yang berbeda selain jeritan ketakutan dari semua orang.

Subnormal | BTS ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang