✠2⁰✠

1.4K 151 0
                                    

"Jaehyun mengkhianatiku." ekspresi Mark berubah menjadi sangat mengerikan.

Guess what? Pasti dia sangat membenci seorang Jung Jaehyun. Tapi Nara tidak mengerti. I mean, dari apa yang ia tau Jaehyun hanya mengatakan tentang Kakak Renjun, lantas dimana letak kesalahannya?

"Saat itu kita berjanji untuk merahasiakan ini, saat Huanran di rumah sakit, kita sama sekali tidak pernah menjenguknya. Kita tidak tau apapun tentang Huanran setelah insiden itu. Kita menganggap Huanran sudah mati. Tapi kekasihmu, dengan bodohnya malah menggali tentang kasus itu. Finally, dia mengetahui semuanya. Lalu Jaehyun memberitahumu tentang hal itu juga, membuatmu tau tentang insiden itu." Mark menyeringai lebar.

"Salahkan kakak pengkhianat dan kekasih bodohmu karena telah menyeretmu masuk ke sini."

Oh my God, ini gila. Kasus ini seribu kali lipat lebih rumit dari apapun. Nara yang tidak tahu apa-apa harus terlibat di kasus serumit ini, karena 2 orang terdekatnya.

Ketika 2 insan yang sedang berhadapan ini bergelut dengan pikirannya, seseorang menginterupsi. Seseorang mendobrak pintu gudang dengan kasar. Membuat Mark dan Jennifer langsung berdiri dan mengarahkan pistolnya ke pintu gudang.

Kalian pasti tau seseorang itu siapa. Yap, Huang Renjun.

Renjun menodongkan pistolnya ke arah Mark. Sedangkan Mark ikut menodongkan pistolnya ke arah Renjun.

Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Nara. Dengan cepat, ia menarik ujung simpul talinya hingga ia terbebas dari kekangan.

Setelahnya, Nara langsung mengambil revolver di sakunya dan mengarahkannya ke Mark. Membuat Jennifer yang berada di belakang Nara mengganti arah bidikannya ke kepala Nara.

Tanpa aba-aba Mark memutar tubuhnya hingga menghadap Nara. Renjun tidak tinggal diam, ia memilih untuk membidik Mark dari samping.

"How was your morning Mr. Huang?" wajah Mark telah dipenuhi dengan seringaian mengerikan.

"Guess what? Someone disturbing my morning, i think he wants to die today." jawab Renjun santai dengan seringaiannya.

Mark mengalihkan atensinya ke arah Nara. Membuat yang ditatap menatap tajam orang itu.

"You know what's my plan? Membunuh kamu, kekasihmu, lalu kakakmu. Menyenangkan bukan?"

"Lee, dia tidak tau apa-apa. Biarkan dia hidup bebas. Aku percaya dia tidak akan membeberkan rahasiamu."

Mark tidak merubah pemikirannya, ia tetap kokoh dengan pemikirannya. Malah sekarang ia menembakkan peluru ke arah Nara.

Nara menutup matanya, ia sudah siap jika harus mati hari ini. Toh, ini pilihannya, memilih untuk terlibat.

Tapi sayangnya tidak, Renjun tidak membiarkan itu terjadi. Renjun berlari dan memeluk Nara erat, membiarkan peluru yang melayang menembus punggungnya lalu masuk ke jantungnya.

Renjun jatuh tersungkur, membuat Nara berteriak. Ini seperti slow motion untuk Nara. Nara terduduk, ia terus mengusap pipi Renjun. Darah Renjun yang mengalir bahkan telah membasahi pakaian Nara.

"Have a nice life without me, dear. I love you." tepat setelah itu Renjun menutup matanya, bukan untuk sementara kali ini, tapi untuk selamanya.

Nara hanya diam dan menangis, detik selanjutnya ia berdiri dan memuncakkan emosinya. Ia mengarahkan pistolnya tepat di kepala Mark. Satu tembakan saja dapat membuat kepala Mark hancur.

Mark tau maksud Nara. Ia segera bergerak untuk menjauhi bidikan Nara. Tapi terlambat, Nara sudah lebih dulu menembakkan peluru yang menembus kepala Mark.

Mark limbung dan akhirnya terjatuh. Di sela-sela waktunya ia menyempatkan diri untuk tersenyum. Orang jahat pasti selalu mendapat hukuman, benar kan?

Mark mulai menutup matanya sedikit demi sedikit hingga akhirnya tertutup rapat. Bersamaan dengan itu, Jennifer mendekati Nara dan menempelkan mulut pistolnya di kepala Nara.

Nara tidak marah, ia malah senang. Setidaknya ia bisa menemani Renjun.

"You deserve to win, Jennifer. Just do it. I never hate you" Nara mengangkat kedua tangannya tanda menyerah, ia menjatuhkan revolvernya.

"Why you do that? Kau tau aku tidak punya orang tua." keduanya sudah dipenuhi air mata sekarang.

"Then just do it, just kill me."

Dengan berat hati, Jennifer menarik pelatuk pistolnya.

Nara jatuh tersungkur. Kepalanya berlumuran darah.

Jennifer jatuh terduduk, ia menggerakkan tubuh Nara. Menggoyang-goyangkannya, berharap Nara bangun dan membenci lalu memusuhinya. Tapi itu tidak mungkin. Nara sudah pergi. Ia sendiri yang membuatnya pergi. Yang dapat ia lakukan saat ini hanya menangis dan menggumamkan kata maaf.

"I'm sorry, i'm really sorry Alexa, i'm sorry for everything i do."

Jennifer dapat mendengar suara pintu terbuka, seseorang masuk ke sini. Orang itu mendekati Jennifer dan mengulurkan tangannya dengan senyuman manis yang diiringi air matanya.

"Ayo pergi, kau tidak akan dituntut. Kasus ini akan dianggap saling membunuh. Ayo ikut aku."

Dengan bodohnya Jennifer menjawab uluran tangan wanita itu. Wanita yang sepertinya berumur sedikit lebih tua dari Jennifer menggiringnya untuk pergi dari gudang penuh darah ini. Meninggalkan memori sendu yang berada di tempat ini.

Sometimes we need to sacrifice ourself to get love.

















END

Yeay, end. Jangan dihapus dulu, masih ada epilog.

Thanks yang udah ngikutin sampai segini.

Untuk work selanjutnya tolong tunggu tahun depan!

lost | renjunWhere stories live. Discover now