12

382 54 15
                                    

a/n. Here we comes drama XD


Shin Dongho tidak pernah memimpikan hidupnya akan menjadi penuh warna di masa depan. Sejak kecil ia hidup dalam perjuangan. Ia berjuang di tengah kemiskinan keluarganya. Ia berlatih keras untuk mendapat beasiswa di sekolah favoritnya hingga berhasil terpilih untuk mengikuti pertukaran pelajar ke Kanada. Ayahnya hanya buruh di perusahaan ternama, sedang ibunya hanya pramusaji di restoran kecil. Saat ia memutuskan untuk mengikuti beasiswa yang ditawarkan perusahaan tempat ayahnya bekerja dan berhasil lolos, ia merasa ini adalah kesempatan baginya untuk membuat hidupnya lebih baik. Kemudian bertemu Minho adalah warna pertama yang hadir dalam hidupnya.


Sengatan dingin di pipinya membuat Dongho membuyarkan lamunan. “Melamun di kencan pertama kita, eoh Shin Dongho?” Ia menyengir lebar melihat Minho menatapnya dengan alis berkerut. “Hehee, mian hyung. Habisnya kau lama sekali.”


“Em, ini. Antriannya panjang sekali.” Ia meraih botol yang disodorkan oleh Minho. “Kau sudah lelah?” tanya Minho yang ia jawab dengan gelengan kepala. Minho mengusak surai hitamnya dengan sayang.


“Kalau begitu kau ingin menaiki wahana apalagi? Roller coaster?” tanya Minho sambil menyeringai. Dongho mencebikkan bibirnya membuat pemuda Choi itu tergelak. “Baiklah baiklah kita pikirkan nanti, sekarang aku mau ke toilet dulu. Tunggu di sini, eum?” Minho kembali mengusak rambut Dongho sebelum berlari mencari toilet terdekat. Dongho menyesap cola pemberian Minho seraya mengamati orang-orang yang sama seperti dirinya –menghabiskan akhir pekan mereka di taman hiburan ini.


Perhatiannya teralihkan pada getaran yang berasal pada benda di samping paha kanannya. Eoh, Minho meninggalkan ponselnya? Matanya menyayu dengan gigi menggigit bibir bimbang saat melihat nama tunangan Minho berkedip-kedip di layar. Setelah beberapa saat panggilan itu berhenti, Dongho menghela napasnya.


.


.


“Ini aneh, kenapa setiap aku melihatmu kau semakin tampan saja?” Pria dihadapan gadis muda berlipstik merah itu terkekeh. Gadis berponi depan itu kemudian memiringkan kepalanya ke kiri seraya masih setia mengamati wajah tampan pria yang duduk di seberang meja.


“Chaeyeon-ah, setengah jam sudah berlalu dan kau hanya mengatakan itu?” Gadis itu –Jung Chaeyeon menaikkan sebelah alis matanya dengan mengerucutkan bibir. “Aigoo~ manisnya.” Pria itu mencubit gemas pipi Chaeyeon.


“Bagaimana kabar ayahmu? Apa beliau sehat? Sudah lama sekali aku tidak mengunjunginya.”


“Baik.” Chaeyeon membalas dengan cibiran. Pria itu menganggukan kepalanya pelan. “Baguslah kalau begitu. Aku tidak menyangka mereka akan memilihmu sebagai duta proyek hotel kami yang baru. Yah, kau sedang naik daun sekarang jadi kuharap kau bisa mewakili Intercontinental Alpensia ke depan masyrakat luas. Jung Chaeyeon mohon bantuanmu, ne?” Pria itu tersenyum lebar, Chaeyeon mengernyitkan dahi mulusnya.


“Oppa, apa yang sedang kau bicarakan?”


“Aku sedang membahas proyek kerjasama kita, Chaeyeon-ah. Kau terpilih menjadi ambassador terbaru kami, dan aku merupakan orang yang bertanggung jawab untuk memimpin proyek besar antara Lee Ent. dan Choi Corp, ini. Jadi disinilah aku sedang bersamamu, apa kau mengerti?” Pria itu menjelaskan dengan perlahan, seperti seorang ayah yang menjelaskan sesuatu pada putrinya yang belum mengenal dunia.


Ani,” jawab Chaeyeon enteng. "Oppa, usiaku baru 20 tahun, jadi mana bisa aku mengerti. Bukankah hal seperti ini harusnya dibicarakan dengan manajerku”


EmptinessWhere stories live. Discover now