14

1.1K 67 119
                                    

Minho membuka pintu ganda ruangan Onew begitu saja -tanpa mengetuk. Ia melangkah lebar hingga berdiri tegak dihadapan meja kakak lelakinya yang segera mengangkat kepala begitu menyadari kehadirannya.

Onew baru membuka bibirnya kecil namun Minho sudah mendahului dengan mengatakan, "berikan Athena padaku." Ujarnya serius menyebut anak perusahaan yang juga merupakan mega proyek Choi Corp. dimana di dalamnya terdiri dari investor dan pemegang saham terbesar.

Onew menaikkan sebelah alis matanya, "Minho, duduklah dulu." Lanjutnya tenang. Pria bermata sabit itu kemudian menghela napas melihat sang adik tak bergeming. Ia menautkan jari-jarinya, "kau bilang serahkan Athena padamu? Wae?" Suaranya berubah menjadi lebih berat. Terkesan lebih serius, mengeluarkan sisi profesionalnya.

Minho mendengus, ia sudah menduga Onew pasti tidak akan suka jika ia merebut posisinya. Well, itu wajar. Tapi ini saatnya ia mengambil posisinya dari orang asing dihadapannya ini. Kakak-adik apanya? Beberapa tahun ini mereka bahkan tidak pernah saling bertemu apalagi bicara. Hal seperti itu cukup membuat Onew pantas disebut orang asing kan?

"Kenapa? Kau tidak mau? Apa posisi itu sudah begitu nyaman? Berikan padaku, lagipula kau tidak berhak." Minho tau ucapannya tidak masuk akal. Dengan semua yang sudah dilakukan pria itu, tentu saja Onew berhak. Ia bahkan berada di urutan teratas calon pemimpin perusahaan. Namun Minho sangat putus asa, ia membutuhkannya, untuk lepas dari mimpi buruk ini.

"Bukan begitu Minho-ya. Maksudku kenapa sekarang, kenapa tiba-tiba. Sebaiknya kita menunggu keputusan abeoji terlebih dahulu."

"Aku tidak percaya pada laki-laki tua itu, aku harus melakukannya sekarang. Untuk mengakhirinya, untuk melindunginya." Bisiknya di ujung kalimat, berharap hanya ia sendiri yang mendengarnya. Ia kemudian memicing tajam, "berikan padaku, maka aku tidak akan mengatakan apapun pada pers."

Minho mengantongi kepalan tangannya yang gemetar. Tidak menyangka akan melakukan hal sepicik ini pada pria yang pernah sangat ia sayangi.

Mata Onew membola. Tidak mungkin. Choi Minho, adiknya tidak sedang mengancamnya 'kan? Minho tidak sedang menyakitinya karena permusuhan mereka 'kan? Sadarlah Lee Jinki, Minho sedang memulai perangnya. Ia sedang mencoba memperebutkan sebuah perusahaan, bukan mobil mainan seperti saat kalian anak-anak dulu. Onew tersenyum getir, adiknya sudah besar.

Ada luka mendalam pada kilat mata kakaknya, namun Minho memilih mengabaikannya.

"Wow... Choi Minho kau begitu serakah rupanya?" Sebuah suara membuat pemuda bertubuh tinggi menoleh ke belakang. Matanya melebar mendapati tunangan manisnya sedang duduk nyaman di depan meja tamu, lengkap dengan segelas teh panas yang menemaninya di atas meja.

"Sejak kapan kau di sana?" Tanya Minho menutupi keterkejutannya.

"Cukup lama untuk mendengar keegoisanmu." Jawab Taemin seraya berdiri dan menghampirinya. Minho berdesis, "Lee Taemin, jangan ikut campur."

"Kau begitu putus asa ingin pergi dariku rupanya. Saat kubilang lawan aku dan hadapi para direksi bukan seperti ini maksudnya." Taemin menyeringai sebelum mendekatkan wajahnya pada Minho. "Kau harus mendapatkannya, bukan merebut secara paksa. Begitu besar pengorbananmu untuk Shin Dongho, membuatku semakin ingin menyakitinya."

"Lee Taemin, jangan berani-berani kau melㅡ"

"Hyung, apa kau mengenal Shin Dongho? Kekasih Minho?" Tanya Taemin seraya menoleh ke arah Onew yang sukses terkejut. "Bagaimana ini, aku mengetahuinya," ia mengabaikan tatapan bersalah dari sepupunya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

EmptinessWhere stories live. Discover now