[18] start over

100 35 14
                                    

.

"Eunjun ih!!!"

Teriakan-teriakan itu sudah kembali ke sekitar Junhong. Berisik. Menimbulkan sakit kepala. Kadang membuat Junhong merasa kehilangan ketenangannya yang dulu. Tapi setidaknya kali ini, ia tidak begitu keberatan.

"Kalian kenapa lagi?" tanya Junhong, menatap kedua adiknya.

"Ini, nih, Bang, Eunjun---"

"Abang kenal yang namanya Dongyeol?" sambar Eunjun tiba-tiba, memotong aduan Arin.

"Oh, Dongyeol," Junhong mengangguk-angguk dengan wajah kalem. Mengabaikan Arin yang mulai misuh-misuh. "Kenapa dia?"

"Naksir Arin kayaknya???"

"Wah," nada bicara Junhong sok serius. "Masa sih?"

"APAAN SIH, NGGA, ORANG CUMA TEME---"

"Kalo gitu, lo yang naksir?" telunjuk Eunjun mengarah pada Arin dengan mata menuduh. "CIAAAAA. Tahu nggak sih, Bang, Dongyeol-Dongyeol ini dulunya satu TK sama ak---"

Suara Eunjun terputus. Berganti suara-suara aneh akibat Eunjun masih berusaha bicara sementara mulutnya dibekap Arin, juga suara Junhong yang menahan tawanya putus-putus.

"AAAAAAAAAAAAAAA!"

Teriakan Eunjun menggema di penjuru rumah segera setelah ia berhasil melepaskan tangan Arin dari mulutnya. Membuat raut tertawa Junhong berganti raut kesal.

"Jun," katanya sambil mengusap sebelah telinga. "Itu tolong kalo mau teriak suaranya dikontrol."

Eunjun nyengir.



***



Junhong sedang mengetikkan pesan untuk Yoobin ketika tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Nomor tidak dikenal. Membuat lelaki itu mengerutkan kening.

Sampai kemudian, ia memutuskan untuk menjawab.

"Halo?"

Suara di seberang sana begitu jelas, begitu formal. Junhong seketika mengingat sesuatu yang sudah ia lupakan. Sesuatu yang dulu sangat diinginkannya.

Sesuatu yang sekarang ia ragukan.

Lelaki itu menjawab satu-dua, menanggapi seperlunya. Ia bahkan tidak merasa benar-benar sadar saat melakukannya.

Ketika akhirnya sambungan telepon itu terputus, tangan Junhong terkulai. Tubuhnya menyandar pada headboard tempat tidurnya, otaknya berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.

Junhong menghela napas.

Kenapa hidupnya menjadi begitu rumit?

Ia kemudian mengambil kembali ponselnya, menatap pesan yang sudah separuh ia ketikkan di roomchat dengan kontak Bae Yoobin. Segera, Junhong menghapus pesan tadi dan mengetikkan yang baru.

Bin
LoA aku udah keluar
Unconditional

Dan sekali lagi, Junhong hanya bisa menghela napas, sambil menatap layar ponselnya yang menyala.




***

Pendek banget ya HAHAHAHA cuma 300 words, kesel gak? :"

Buat yang ngga tau, Unconditional LoA atau Unconditional Letter of Acceptance kira-kira adalah sebuah surat pernyataan kalau kamu sudah diterima tanpa syarat tambahan untuk kuliah di satu universitas yang kamu tuju (dalam hal ini luar negeri), dan biasanya langkah selanjutnya yang harus dilakukan tinggal menyelesaikan urusan administrasi ehehehe, so...

I'm not taking any questions.

WKWKWKWK see ya on next chap!😉

The Choice✔Where stories live. Discover now