[30] adik bungsu abang

118 32 29
                                    

.

"Njun?"

Tubuh Eunjun tersentak karena panggilan yang disertai tepukan itu. Ia menoleh, menemukan empat pasang mata mengarah padanya.

"Lo kenapa sih, belakangan ini bengong terus?" Suara Jaehan mencapai pendengaran Eunjun. Kepalanya sontak menggeleng.

"Lo sakit?" kali ini, Minjae yang bicara. Tangannya terjulur hampir menyentuh kening Eunjun. Namun, anak itu lebih dulu menghindar.

"Jun, kalo ada apa-apa, cerita aja." Yoondong menimpali.

Lagi, Eunjun hanya menggeleng. "Gue gak pa-pa, Abang-abang." katanya, memaksakan diri tersenyum. "Apaan tadi, lagi ngomongin apa?"

Dan meski tidak ada yang percaya pembelaannya barusan, toh tidak ada yang mendebat.

"Pick lagu sana. Buat ntar latian sama coach."

Kata-kata Jongchan membuat kepala Eunjun menoleh ke arah box di dekat kaki Minjae. Box berukuran sedang itu berisi file lagu-lagu yang menjadi pilihan untuk penampilan para peserta minggu ini. Eunjun menatap benda itu dalam diam. Kepalanya berusaha mengingat sesuatu.

Apa tema untuk minggu ini?

Ia tidak ingat. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali ia benar-benar mendengarkan sekitarnya. Belakangan ini kepalanya dipenuhi bayangan Junhong dan Arin yang berganti-ganti, atau datang bersamaan sekaligus. Membuatnya semakin tidak fokus.

"Choi Eunjun, astaga!" keluh Jaehan. "Mau gue anter ke unit kesehatan?" tawarnya kemudian, disusul ringisan Eunjun.

"Nggak, Bang. Gue sehat."

"Jiwa lo ilang."

Kali ini Eunjun tidak tertawa. Kalimat itu ada benarnya.

Menyadari tatapan semua mata di ruangan ini yang semakin menusuk, Eunjun menghembuskan napasnya. Ia lalu menoleh pada Minjae. "Mana, Bang, tolong siniin box-nya."

Kaki Minjae refleks menendang box yang tadi di dekatnya. Membuat benda itu meluncur di lantai, ke arah Eunjun. Setelahnya, Eunjun hanya melongokan kepalanya menatapi tumpukan file di dalam box yang sudah tidak penuh. Matanya kemudian memandang berkeliling, menyadari peserta laki-laki lainnya sudah memilih file lagu masing-masing.

Haruskah ia ikut memilih?

Tangan Eunjun terjulur, mengambil asal file pertama yang tersentuh inderanya. Ia menarik benda itu keluar, tidak sepenuhnya peduli. Dalam hati, Eunjun bahkan sedang mempertimbangkan keputusan mengundurkan diri dari karantina sinting ini.

Mungkin ia bisa membujuk Junhong untuk tidak pergi?

Atau meminta Junhong membujuk Papi agar tidak menyuruh Arin pergi?

Yang jelas, ia harus menurunkan gengsi dan ego...

Astaga.

Bahkan memikirkannya saja sudah membuat Eunjun sakit kepala.

Sekitarnya sudah kembali bising dengan pembicaraan masing-masing ketika mata Eunjun akhirnya menangkap judul lagu yang baru saja dipilihnya. Ia mengerjap beberapa kali. Otaknya secara lamban memproses frasa yang baru saja dibacanya.

Eunjun lalu menoleh kembali pada box di dekatnya.

Masih ada waktu itu menukar file di tangannya dengan file lain.

Namun, yang ia lakukan justru memeluk file di tangannya dengan erat. Seolah tidak ingin ada orang lain yang membaca isinya.


***


The Choice✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora