[31] another visit

117 33 40
                                    

.

"Astaga, Choi Eunjun!"

Yoondong menggelengkan kepalanya, memandang Eunjun yang balas menatapnya dengan cengiran lemah terpeta di wajah.

"Gila ya? Kata Jaehan lo sakit? Kok malah di sini????" Yoondong mendorong pintu ruang latihan lebih lebar, hingga menjeblak terbuka. "Dicariin anjir sama temen-temen sekamar lu dari tadi."

Cengiran Eunjun menghilang, digantikan keningnya yang berkerut. "Dicariin? Ngapain?"

Yoondong mengendik. "Ada urgent visit lagi buat lo," lelaki itu berhenti sebentar demi memandangi Eunjun lamat-lamat. "Lo lagi ada masalah ya? Urgent visit mulu, mana tiba-tiba sakit..."

Bukan tanpa alasan Yoondong berpikiran demikian. Satu bulan lebih dikarantina bersama, semua peserta—bahkan para peserta perempuan—tahu betul tabiat Eunjun, si keras kepala. Anak itu selalu pergi latihan hingga larut, tidur hanya empat sampai lima jam sehari, namun, tidak pernah jatuh sakit.

Dan tiba-tiba saja kali ini, ia tumbang.

Tapi, nada serius Yoondong justru membuat Eunjun terkekeh.

"Biasa aja, Bang," kilahnya. "Ini pada urgent visit mungkin lagi pada kangen aja sama gue."

Sembarangan.

Yoondong mencibir. "Yaudah sana, ke aula."

Eunjun nyengir. "Bang Yoon liat nggak yang mau visit?"

"Liat."

Mata Eunjun menyipit seketika. "Gue curiga lo bukan peserta ya, Bang." katanya, dengan telunjuk mengarah pada Yoondong. "Lo pasti panitia yang nyamar jadi mata-mata. Dari kemaren mantau aula mulu. Ngaku, B—"

Kalimat Eunjun berubah menjadi tawa akibat jari telunjuk Yoondong yang sudah mendorong keningnya ke belakang.

"Buruan sana, jangan malah ngawur."

"Hehehe," Eunjun bersiap melangkah keluar ruangan. "Bocoran lagi dong. Kayak gimana yang mau visit?"

Yoondong terlihat berpikir, seakan tengah berusaha mengingat.

"Cewek? Yang kemaren?"

"Cowok kok," cetus Yoondong. "Tinggi bener. Kulitnya putih pucet, kayak bule," tambahnya. "Persis kayak lo." lelaki itu kemudian tertawa, tidak menyadari wajah Eunjun yang seketika termenung.

Hanya ada satu orang kenalan Eunjun yang memiliki ciri-ciri tersebut.

Kakaknya.

Choi Junhong.

Siapa lagi?

"Jun?" Yoondong melambaikan tangannya di depan wajah Eunjun. "Udah sana, buru! Tadi gue udah bilang orangnya buat nunggu sebentar."

"Bang, gue boleh di sini aja gak?" pinta Eunjun tiba-tiba.

"Nggak!" balas Yoondong sambil mendorong tubuh Eunjun keluar ruangan. "Gantian, ruang latihannya mau gue pinjem!"

Lalu pintu ruang latihan itu didorong menutup tepat di depan wajah Eunjun.


***


Eunjun menuruni tangga menuju aula utama dengan setengah hati. Setelah adegan menangis di telepon sampai hampir setengah jam kemarin, dia harus bilang apa jika bertemu Junhong sekarang?

Serius, kemarin ia menangis selama hampir tiga puluh menit.

Junhong sama sekali tidak menginterupsi. Hanya membiarkannya meluapkan perasaan. Hingga ketika akhirnya ia bisa berkata-kata, dengan suara putus-putus akibat hidung yang penuh lendir dan tenggorokan serak, Eunjun hanya bilang,

The Choice✔Where stories live. Discover now