•strong girl• 14

7.3K 240 10
                                    

"gue beruntung bisa kenal sama lo ka" ujar dira "gua yang lebih beruntung" jawab farrel sambil tersenyum "dir gua boleh peluk lo?" sambung farrel dan dira hanya diam memaku "lo diem berarti jawaban lo iya" ujarnya dan tanpa babibu lagi farrel segera memeluk tubuh dira erat dan mengusap kepala dira lembut "love you" ujarnya sangat pelan tetapi dira masih mampu mendengarnya "love you too ka" jawab dira dalam hati.

Farrel melepaskan pelukannya dan diam menatap dira lembut lalu menatap bintang dilangit, "dir bintang itu cantik tapi masih kalah cantik sama kamu" ujarnya yang masih menatap bintang dan dira hanya tersenyum mendengar kata-kata farrel barusan.

"hati gua selalu tenang kalau abis ngeliat bintang, begitu juga hati gua berasa damai kalau ngeliat lo tersenyum" ujarnya lagi

"ka lo pernah ga sih ngerasa cape banget, dan gada semangat buat hidup?" tanya dira dan farrel langsung menengok "seburuk-buruknya hidup kita, kita harus bersyukur masih di kasih nafas, masih bisa ngeliat dunia yang indah gini" jawab farrel "gabaik menyalahkan takdir, ikutin aja alur skenarionya, anggep aja kita itu aktor dan tuhan adalah sutradaranya, selagi masih hidup, nikmatin" sambungnya "tapi kadang gue takut ka," ujar dira pelan

"hidup itu kaya buku dir, kalo lu gaberani buka halaman berikutnya, lu ga akan tau cerita apa selanjutnya. Ayo berjalan maju, jalan maju aja bisa ketabrak apa kabar kalo lo jalan mundur?" jawab farrel

"iya ka gue ngerti" ujarnya

"Ayo pulang, jangan lama-lama disini takut lo masuk angin" ujar farrel dan dira hanya mengangguk pelan.

Mereka sudah menuruni gedung itu dan berencana untuk mengantar dira pulang, farrel memberhentikan mobilnya di warteg mang didin "ka makasih buat semuanya, hati-hati di jalan" ujar dira dan langsung turun dari mobil itu.

Dira sudah memasuki apartemen abangnya dan mendapati azka yang tengah tertidur di sofa dengan keadaan meringkuk dan bibirnya bergetar.

"d-dek m-maapin a-abang, akh dingin"

Yaps azka mengigau ia terus meminta maaf dan memanggil nama indi berulang kali, dira menepuk pipi azka pelan bermaksud untuk membangunkannya. "bang bangun, istirahat dikamar aja ya" ujarnya dan azka langsung terbangun dengan matanya yang sangat merah, wajah dan bibirnya pucat.

Dira membopong azka ke kamarnya dan membaringkannya di kasur, dira mengecek suhu panas dikening azka dengan menempelkan punggung tangannya, "ah panas banget ya allah" ujar dira kaget.

Dira langsung berlari kebawah untuk mengambil baskom yang berisikan air dan handuk kecil, ia berencana untuk mengompres azka.

Dira dengan telaten mengompres kening abangnya itu, azka tak henti-hentinya untuk memanggil namanya.

"indi jangan pergi, jangan tinggalin abang"

"indii"

"abang minta maaf"

"arghh"

Dira tersentak kaget mendengar azka berteriak "abang kenapa? Indi disini, indi ga kemana-mana, indi ga akan tinggalin abang" ujar dira sambil menitihkan air mata.

Dira mengambil ponselnya dan berusaha untuk menghubungi dokter.

Dokter pun sekarang sudah sampai di apartemennya dan sedang memeriksa bagaimana keadaan azka "dok gimana keadaan abang saya?" tanya dira khawatir "dia hanya demam biasa dan magh nya kambuh, jadi suruh dia untuk tidak telat makan, saya permisi dulu" ucap dokter itu "mari dok saya antar" ucap dira.

Sekarang dira sedang membuat bubur untuk abangnya, dan segera mengantarkannya ke azka, dira mengelus pelan pipi azka "bang bangun dulu yu, makan, abang belum makan kan?" ujar dira dan azka langsung berusaha duduk dan dira membantunya untuk duduk.

Strong GirlWhere stories live. Discover now