Jeno memandang kearah Jaeminㅡkekasihnya yang duduk disalah satu pojok caffe di pinggiran Kota Seoul. Jeno kala itu tengah membawa nampan yang diatasnya terdapat pesanan mereka tampak tersenyum tipis. Namun, perlahan senyum pemuda itu lenyap dari wajahnya.
"Nana?"
Jaemin yang tengah menatap pemandangan kota Seoul melalui jendela besar yang membingkai caffe terkesiap dan menoleh kearah Jeno, "Kau mengaggetkan aku Jeno!"
Jeno terkekeh kecil, lantas mengusak pelan surai milik Jaemin dan menyebabkan sebuah erangan terdengar dari kekasihnya itu.
"Kau menyebalkan!"
"Hey berhentilah merajuk seperti itu!" Jeno kembali terkekeh ketika mendapati Jaemin kini tengah mejaruk dengan bibir yang mengerucut.
"Kau saja yang menyebalkan! Aku membencimu Lee Menyebalkan Jeno!"
•••
Jeno menghentikan kegiatan makannya dan menatap kearah Jaemin. Ia berdecak pelan kemudian mengambil sehelai tisu dan mengusapkannya pada sudut bibir Jaemin, "Na, Berapa umurmu sekarang? Lihatlah kau bahkan masih belepotan ketika makan, dasar bocah."
Jaemin terkejut menerima perlakukan tersebut namun, dalam beberapa waktu wajah pemuda itu malah menampilkan cengiran khas miliknya, "Maafkan aku! Aku terlalu bersemangat, kau tau? makanan disini sangat enak! Kita harus sering kesini okay?"
Jeno yang mendengar penuturan kekasihnya itu kembali terkekeh, "Baiklah pangeranku," ujarnya lantas kembali melanjutkan sesi makannya yang tadi sempat terhenti.
Kini keduanya telah keluar dari caffe setelah menyelesaikan kegiatan makan mereka. Jeno sesekali bersenandung sembari menggenggam jemari Jaemin erat selama perjalan mereka menuju apartemen tempat Jaemin tinggal.
Ketika mereka telah memasuki area apartemen tempat tinggal Jaemin, dan kini tengah berjalan melewati taman, Jaemin mengadahkan kepalanya menatap langit berbintang yang mengatapi mereka pemuda itu lantas memekik, "Oh! Jeno! lihat bintang jatuh, Ayo ucapkan permohonan!"
Jaemin memejamkan matanya, lantas mulai mengucapkan permohonannya dalam hati. Melihat hal itu Jeno tersenyum kecil, ia lantas ikut memejamkan matanya.
Beberapa menit kemudian keduanya telah membuka mata, Jeno lantas menatap manik hazel milik Jaemin, pemuda itu masih tersenyum membuat dirinya beberapa kali terlihat lebih tampan.
"Jeno apa permohonanmu?"
"Kau ingin tau, apa sangat ingin tau?"
"Aku sangat ingin tau! Ayolah katakan,"
Jeno terkekeh mendengar kekasihnya itu kembali merajuk, ia lantas menatap Jaemin, "Kau tau jika aku sangat mencintaimu bukan?"
Jaemin mengernyitkan keningnya lantas mengangguk pelan, "Lalu apa hubungannya dengan permohonanmu itu?"
Jeno perlahan melepaskan tautan jari mereka, pemuda itu masih menatap lekat kedalam mata Jaemin, menghembuskan nafas pelan dan masih dengan senyum yang terukir pada wajahnya ia berkata, "Kalau begitu mari kita hentikan hubungan kita sampai disini saja, Jaemin."
Jaemin membulatkan matanya, pemuda itu menatap tak percaya atas apa yang baru saja didengarnya, "Kau bercanda bukan? Ayo katakan jika ini hanya candaanmu, April mop sudah terlewat jauh."
Jeno menggeleng pelan, mengelus surai milik Jaemin, "Aku tidak bercanda, Na."
Jaemin menyesap bibir bawahnya, pemuda itu menundukan kepalanya, "Taㅡtapi mengapa? Kau bilang kau mencintaiku bukan?" isakan tak mampu ditahannya, Jaemin menundukan kepalanya dan terisak.
Jeno yang melihat hal itu segera menarik pemuda bertubuh mungil itu kedalam dekapannya dan kembali mengelus surai milik Jaemin, "Maafkan aku. Mungkin sudah saatnya aku berhenti untuk memperjuangkanmu. Kau tau? Aku sangat sangat mencintaimu. Tetapi, apa yang bisa kulakukan jika kini hatimu tak lagi menjadi milikku?"
"Kau mungkin masih terus tersenyum dihadapanku dan mengatakan jika semua baik-baik saja. Tetapi, matamu berkata lain, kau lelah, sinar matamu yang dulu selalu bersinar terang kini tampak redup ketika bersamaku. Bahkan untuk membuat mu tertawa terasa sulit bagiku."
Jeno mendekap Jaemin erat, mengecup puncak kepala pemuda yang beberapa menit yang lalu itu masih berstatus sebagai kekasihnya, "Rasanya sangat menyakitkan ketika aku hanya bisa memiliki ragamu tidak lagi dengan hatimu, Na. Kau tertekan berada disisiku dan aku tak masalah, aku akan mundur dan melepaskanmu agar kau bisa menemukan bahagiamu kembali, walau itu bukan aku."
Jaemin menggeleng pelan, "Maafkan akuㅡ"
Jeno melepaskan dekapannya pada tubuh Jaemin, "Ini semua kesalahaku. Aku terlalu mengekangmu selama ini dan selalu ingin tau segala tentangmu. Terima kasih untuk waktu yang kau luangkan bersamaku dan Maafkan aku okay?"
Jaemin mengusap pelan pipinya yang basah akibat air matanya, pemuda itu menatap kearah Jeno. Memandang wajah pemuda yang kini telah menjadi mantan kekasihnya itu. Ia sama sekali tak mampu mengucapkan sepatah katapun karena semua yang dikatakan oleh Jeno adalah benar adanya.
Jeno tersenyum kearah Jaemin, bagaimana pun ia masih sangat mencintai sosok Jaemin, "Aku akan belajar untuk mengikhlaskanmu dengan yang lain karena cinta tak harus saling memiliki itu yang dulu pernah kau katakan bukan? Dan untuk permohonanku, aku harap agar kau bisa bertemu dengan seseorang yang mampu membuatmu bahagia, Selamat tinggal Na. Aku mencintaimu, sangat."
Jeno menunduk lantas mengecup pelan puncak kepala Jaemin, pemuda itu tersenyum kecil lantas berjalan meninggalkan Jaemin yang masih berdiam di tengah taman gedung apartemen yang ditinggalinya.
END
Rada aneh ga ges? Ini aku remake dari salah satu book yang aku unpublish jadi kalau ada salah penyebutan mohon dimaklumi iya 〒_〒
Btw disini adakah yang menumpang kapal lokal? Aku membutuhkan asupan marvin, iya aku senista itu wgwgwg

ŞİMDİ OKUDUĞUN
Bonnie And Clyde
Hayran Kurguɪ ʙᴇ ᴛʜᴇ ʙᴏɴɴɪᴇ ᴀɴᴅ ʏᴏᴜ ʙᴇ ᴍʏ ᴄʟʏᴅᴇ nomin (Jeno Jaemin) oneshoot series warn! bxb! halu