48 6 0
                                    

Hirasaki diam mematung saat mendengar kata-kata perempuan itu, bertindak seperti ia tidak melihat apa-apa. "oh.. Mana mungkin ya.. " ucap hantu perempuan itu dengan nada sedih, lalu ia berbalik menjauh. Untuk beberapa menit, Hira hanya diam disana sampai hantu perempuan itu menjauh, dan dia dapat pergi tanpa dicurigai. Tapi yang tidak sesuai dengan rencana Hira adalah, hantu perempuan itu berbalik lalu berlari ke arahnya, tangannya terbuka lebar seperti akan memeluknya. Sontak Hira melangkah mundur dan segera membuka pintu, kabur dari tempat itu.
"Hee kau benar-benar bisa melihatku..ya?" hantu perempuan itu berhenti mematung menatap pintu yang sudah tertutup kembali, tangannya yang awalnya direntangkan turun perahan-lahan, lalu sebuah senyum terlukis di wajahnya. "setelah sekian lama!" ia menjatuhkan dirinya ke belakang, kedua tangannya ia angkat ke atas,  dan akhirnya ia mengambang perlahan di udara.

Perempuan itu seperti biasa diam berdiri di atas tiang, menatap ke arah sekolahnya. Lama-lama rasanya sepi juga kalau tidak ada kucing yang dapat ia temukan. Ia menghela nafasnya walaupun dia sudah tidak bernafas. "REEEEI!!" teriak seorang perempuan dengan nada melengking. Perempuan itu menunduk ke bawah, ke arah seseorang yang memanggil namanya. perempuan lain itu terbang keatas, menuju Reina yang berdiri di atas tiang. "Ada apa.., Miyu?" tanya Reina, menatap hantu perempuan berambut merah muda yang mengambang di hadapannya dengan penuh semangat.

"Aku menemukan seseorang yang dapat melihat hantu." Miyu tersenyum penuh kemenangan. "Benarkah..?" Reina tidak percaya. Maksudnya, Reina percaya dengan adanya orang yang bisa melihat hantu, tapi seumur hidup dan matinya, ia tidak pernah menemukan satu orangpun. Miyuki menjelaskan bagaimana ia menemukan seseorang yang ia sebut dapat melihat hantu, lalu Reina hanya mengangguk ragu-ragu. "Bagaimana ciri-cirinya?" tanya Reina lagi. "Um.. Bagaimana jika kita duduk disana? Terbang itu melelahkan..." Miyu menunjuk ke bawah, ke dinding pembatas sebuah rumah disebelah tiang yang mereka tempati sekarang. "Tentu." Reina melangkah maju tanpa mempedulikan pijakannya, lalu membiarkan tubuhnya jatuh perlahan ke tanah. Lalu diikuti Miyuki. Mereka berdua mendarat dengan mulus diatas tembok beton itu, lalu mereka duduk di atasnya. "Lanjutkan." ucap Reina.

"Rambutnya hitam sedikit berantakan, dia juga tampak seperti shota, matanya coklat, tapi mata sebelah kanannya.. Aku merasakan ada yang janggal tapi aku keburu rusuh," Miyuki tertawa. "Hm, menarik. " Reina menyunggingkan smirk-nya.

Hira berlari pulang dengan perasaan tidak enak menghantuinya. Hantu perempuan itu sepertinya sudah menyadarinya. "Aku pulang." Hira membuka pintu rumah, berjalan masuk lalu menutup pintunya kembali. Ia kelepas sepatunya dengan tergesa-gesa, lalu segera berlari menaiki tanggamenuju kamarnya. Ia menyimpan tasnya disana lalu menutup pintu kamarnya.

Apa yang terjadi jika hantu itu tahu Hira bisa melihatnya?

Kebanyakan film yang Hira tonton, pasti akhirnya hantu itu mengikutinya ke rumah, menghantuinya, dan membuat kekacauan. Itu memang belum pasti, tapi gambaran itulah satu-satunya pentunjuk bagi Hira tentang akibat berinteraksi dengan hantu.

Rasanya bodoh, kenapa ia refleks kabur darinya?

Hira dengan was-was menatap sekitar ruangannya, khawatir ada hantu lain di sekitarnya.ia beruntung karena tidak menemukan apapun, bahkan tanda-tandanya, mungkin itu karena jimat yang dipasang di rumah ini. Perlahan-lahan Hira mulai bernafas dengan lega, lalu kembali panik saat ia sadar, bagaimanapun juga ia akan terus bertemu dengan hantu perempuan di kolam renang tadi.

Tapi, kenapa ada hantu di kolam renang?

"Hira! Kau sudah pulang kan? Makan dulu agar kau tidak lemas!" teriak ibu, suaranya teredam. Hira menggelengkan kepalanya untuk menghapus pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan di dalam kepalanya, lalu mengganti bajunya. Setelah ia berganti baju, ia segera berjalan ke ruang makan, mendapati adik laki-lakinya sudah duduk di kursi tempat ia biasa makan. Hira duduk di kursinya tanpa bicara apa-apa, lalu mereka makan malam bersama.

Selesai makan malam, Hira kembali ke kamarnya, ia melihat keluar jendela kamarnya, ke sebuah balkon rumah dengan lampu tidak menyala yang sedikit jauh. Setelah berkedip beberapa kali, Hira dapat melihat seseorang tergantung disana. Hira menarik nafas, berjalan menuju jendela lalu menutupnya rapat-rapat.
Setidaknya, hantu itu tidak mengikuti atau menganggunya seperti ini.

Handphone Hira bergetar menandakan adanya pesan yang masuk, Hira segera mengambilnya lalu menyalakan layar handphonenya untuk mengecek pesan tersebut.

Unknown number: kenapa kamu lari?

SeeWhere stories live. Discover now