PART | SIXTEEN

995 86 8
                                    

PART SIXTEEN
DEBARAN YANG SAMA
Written by putorihime
Editor Dyah Anita

Tokyo, 2009

Gavin menatap lamat-lamat langit berwarna jingga dari lapangan tenis seraya merasakan embusan angin yang menerpa tubuhnya. Lelaki itu merasa cukup lelah setelah menyelesaikan latihan sore bersama anggota klub tenis yang lainnya. Sudah sekitar satu bulan sejak dia bergabung dengan klub tenis, Gavin mulai menyukai hobi barunya ini.

"Untuk hari ini sampai di sini dulu. Terima kasih semuanya. Otsukaresamadeshita!" ujar ketua klub tenis disambut jawaban dari para anggota klub tenis lainnya.

Gavin hanya memandang dari kejauhan, kemudian lelaki itu menuju ruang ganti untuk membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Karena setelah ini ada agenda lain yang harus dia lakukan, yaitu bekerja paruh waktu di sebuah kafe di dekat apartemennya.

Setelah membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian, Gavin bergegas pergi dari ruangan itu. Sesaat setelah keluar dari ruangan ganti, tubuh Gavin terhuyung, beruntung lelaki itu sempat berpegangan pada tembok sebelum dia terjatuh. Tiba-tiba dia merasa pusing. Sebelah tangannya kini memegang kepalanya dan dia mengerjabkan mata berkali-kali lalu memperbaiki posisi berdirinya untuk membalikan keseimbangannya.

"Daijoubu desuka?—Kamu nggak apa-apa?"

Seseorang datang menghampiri Gavin. Lelaki itu menoleh lalu membulatkan matanya, seakan tak percaya dengan pemandangan di depan matanya. Erika, gadis yang menarik perhatiannya itu sedang berdiri di hadapannya. Dia kemudian teringat bahwa Erika juga masuk ke dalam klub tenis di kampus sama seperti dirinya, karenanya bertemu dengan Erika di tempat ini tidaklah mustahil.

"A-ah, gue nggak apa-apa, kok," jawab Gavin setengah terbata kepada Erika.

Dengan hati-hati Gavin menatap kembali gadis itu dan secepat mungkin dia mengalihkan pandangan matanya lagi ketika tatapannya bertemu dengan mata gadis itu.

"Beneran?" kata gadis itu lagi yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Gavin.

"Kalau gitu, aku duluan, ya. Bye, Gavin."

"Bye."

Gavin memandang lekat Erika yang berjalan menjauhinya dengan debaran jantungnya terasa begitu cepat. Satu bulan sudah Gavin mengenal gadis itu, sejak pertemuannya di kafetaria, pesta penyambutan mahasiswa baru hingga sekarang.

Beberapa kali Gavin kuliah di kelas yang sama dengan gadis itu, lalu sekarang keduanya menjadi cukup sering bertegur sapa semenjak tergabung dalam satu klub yang sama di kampusnya, yaitu klub tenis Universitas Waseda. Namun, sampai sekarang Gavin tak pernah mengutarakan perasaannya itu kepada Erika. Padahal banyak kesempatan yang dia miliki. Gavin hanya menyimpannya sendiri, sampai yakin bahwa Erika juga memiliki perasaan yang sama dengannya, sampai hanya Erika satu-satunya wanita yang ingin dia cintai dan miliki.

Gavin kemudian tersadar kembali dari lamunannya setelah kepalanya terasa berdenyut kembali, rasa sakit di kepalanya masih belum mereda.

Lelaki itu pun berjalan cepat ke satsiun terdekat dari kampusnya, kira-kira dua stasiun untuk sampai ke apartemennya. Dia tak yakin dapat bekerja paruh waktu malam ini, karena rasanya kini tubuhnya juga ikut menggigil.

Di dalam kereta, lelaki itu duduk sambil menengadahkan kepalanya yang terasa berat itu. Tak berapa lama keretanya sampai di stasiun tujuan, Gavin pun bergegas turun dari stasiun dan berjalan menuju pintu keluar.

Tak berapa lama, sesaat setelah dia turun dari kereta, tubuhnya kembali terhuyung, beruntung ada seseorang yang dengan sigap memapahnya agar tidak jatuh. Walaupun orang itu cukup kesulitan menyangga tubuh Gavin yang lebih besar darinya.

May I Love You? ( 愛してもいい?)Where stories live. Discover now