PART | THIRTY SIX

907 105 3
                                    

PART THIRTY SIX
API UNGGUN
Written by putorihime
Editor Dyah Anita

"Wagelaseh ini mah mantap jiwa!!" seru salah seorang karyawan Aphrodite Publishing ketika keluar dari mobil.

Hari ini para karyawan kantor penerbitan di mana Lova bekerja mengadakan gathering dan outbound tahunan. Biasanya mereka akan melakukan outbound, barbeque dan makrab sekaligus mengumumkan siapakah yang menjadi karyawan terbaik tahunan. Tahun ini acara itu diselenggarakan di Puncak, tepatnya di Land of Tranquil Lights Megamendung, Bogor. Sebuah villa yang cukup besar dan mewah dengan halaman yang luas dan pemandangan pegunungan yang indah.

Para karyawan khususnya divisi editor dan desain, berhambur menuju ke dalam villa dan langsung berebut kamar. Sementara di dalam mobil Lova masih duduk termenung tanpa berniat untuk beranjak sedikitpun. Pikirannya sibuk menerka-nerka di mana keberadaan Gavin dan apa yang sedang lelaki itu lakukan.

Seminggu telah berlalu dan tak ada kabar sama sekali dari lelaki itu. Bahkan kemarin Lova akhirnya nekat mendatangi apartemen Gavin tapi lelaki itu tak ada di sana. Lova terlihat menyesal dan menyalahkan dirinya sendiri, dia merasa kalau Gavin pasti kecewa berat dengannya karena gadis itu telah memanfaatkannya. Lova lalu menunduk dan menyeka air matanya yang mulai menetes.

Harusnya sekarang dia bisa bersenang-senang, karena hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu olehnya setiap tahun. Hari di mana dia merasa tak sabar menunggu namanya disebut sebagai editor terbaik, hari di mana dia bebas tertawa dan bernyanyi bersama teman-teman sekantornya dan melepaskan segala penat akibat rutinitas pekerjaan, serta mengisi lagi energi baru plus menyegarkan pikiran untuk bekerja di tahun yang baru.

Namun, kini justru Lova tak bersemangat, dia sudah menyerah dan melepaskan gelar editor terbaik itu. Lova tak lagi berambisi mempertahankan gelar yang diperolehnya tiga tahun berturut-turut itu. Pikirannya telah dipenuhi dengan rasa bersalah dan rindu akan sosok Gavin, novelisnya sekaligus lelaki yang dia cintai. Lova tak ingin Gavin meninggalkannya. Dia merindukan lelaki itu dan terus berharap Gavin akan kembali kepadanya. Walaupun lelaki itu belumlah menjadi miliknya.

"Ternyata lo masih di sini."

Radena datang dengan napas memburu. Lelaki itu dengan cepat menyadari bahwa Lova tak ada di dalam villa dan buru-buru mencari keberadaan gadis itu. Radena menatap iba gadis yang tak bersemangat itu. Hatinya bagaikan tersayat melihat keadaan Lova, mata gadis itu sembab dan bibirnya pucat. Lova juga menggunakan pakaian yang tipis sementara suhu udara di puncak sangat dingin.

Radena lalu masuk ke dalam mobil dan mendekat ke arah Lova. Digenggamnya tangan kanan gadis itu dengan lembut. Hangat tangan Radena menjalar ke tangan Lova yang hampir membeku, membuat gadis itu merasakan sedikit kehangatan.

"Va, masuk yuk," bujuk Radena.

Lova hanya melihat lelaki itu dengan tatapan lemah tak berdaya.

"Va, lo sakit? Mau pulang aja?"

"Nggak, Den. Gue nggak apa-apa kok." Lova lalu membetulkan posisi duduknya dan meraih tas punggung di bawah kakinya. "Ayo masuk," ajaknya kemudian.

Gadis itu turun dari mobil, Radena lalu menyusul. Lelaki itu merebut tas punggung yang dibawa Lova dan memakaikan jaketnya kepada Lova. Lova sempat mengelak tapi Radena memaksanya dan akhirnya Lova menurut. Radena lalu menggandeng sebelah tangan Lova dan menuntunnya berjalan ke dalam villa.

Kedatangan Lova dan Radena disambut sorak sorai para karyawan yang tengah berkumpul di dalam villa. Sontak Lova menarik tangannya kembali karena merasa tak nyaman.

May I Love You? ( 愛してもいい?)Where stories live. Discover now