PART | TWENTY EIGHT

944 108 14
                                    

PART TWENTY EIGHT
LUKA YANG MENGHAMPIRI
Written Dyah Anita
Editor putorihime

Brak!

Gavin mendorong pintu dengan tak sabaran. Dia melangkah ke arah kamarnya dan membuka pintu dengan kencang pula, tak lama suara kencang itu kembali terdengar.

Brak!

Pintu kamar tertutup rapat, Gavin melepas kemejanya yang terasa menyiksa itu dan mengambil kaos over size di dalam almarinya. Setelah itu dia naik ke ranjang, mengambil ponsel dan membaca pesan singkat itu.

Ketiga kalinya Gavin membaca pesan singkat itu, dan ternyata matanya tak salah. Hanya satu orang yang sering memanggilnya dengan sebutan "Gav" daripada "Vin", dan orang itu adalah Erika. Entah maksud gadis itu apa menghubunginya, tapi Gavin merasa pesan itu membuka luka lama kembali hadir.

"You make me crazy, Erika!"

Gavin menjauhkan ponsel itu dari jangkauannya. Matanya nyalang menatap televisi layar datar yang menempel di tembok itu. Dia tak tahu pesan singkat itu memberi secerah harapan atau hanya membawa luka kembali.

Bertahun-tahun Gavin sembuh dari patah hatinya, dan sekarang ketika dia telah bangkit Erika kembali lagi. Pesan singkat yang seolah tak pernah terjadi apa-apa, tanpa permintaan maaf dan tanpa tanda-tanda itu membuat Gavin senewen.

"Lo mau apa sih, Ka!" geram Gavin sambil mengacak rambutnya.

So as long as I life I love you.

Dering ponsel Gavin kembali terdengar. Dia menoleh dan melihat nomor asing itu masuk. Dia menimbang-nimbang akan mengangkat panggilan itu atau tidak. Tangannya terulur hendak mengambil benda itu, tapi dia menarik tangannya kembali. Dia sebenarnya rindu dengan Erika, tapi jika mengangkat panggilan itu dia tahu apa risiko setelahnya.

Tak lama kemudian dering ponsel itu mati. Gavin mengambil benda itu dan menonaktifkan ponselnya. Dia tak peduli dinilai sombong, jahat atau apapun oleh Erika. Toh, gadis itu sudah membuat Gavin terpuruk, sekarang tiba-tiba menghubungi.

Gavin lalu beranjak dari posisinya. Dia membuka almari dan mengambil box berukuran sedang yang berada di deretan paling bawah. Dia mengambil benda itu dan mengeluarkan isinya. Seketika foto Erika langsung menyambut Gavin. Lelaki itu mengambil foto Erika dengan senyum sendu.

"Lo kenapa hubungin gue?" tanya Gavin lalu meremas foto itu dan membuangnya asal.

Setelah itu Gavin mengambil amplop pink yang cukup lecek itu. Dia tersenyum masam, lalu membuka amplop itu. Dia menemukan kertas berwarna putih yang dilipat menjadi dua. Gavin membuka kertas itu dan membaca ungkapan hatinya kepada Erika. Gavin melihat tertulis "Your Secret Admirer" di bagian bawah. Tanpa sadar dia terkekeh pelan, ingat dia dulu terlalu takut untuk menembak Erika secara langsung.

Mungkin kalau Gavin hari itu tak makan di kafetaria dan Erika tak makan di depannya, hubungan asmara itu tak akan terjadi. Gavin lalu menggeleng tegas. Dia yakin kalau kejadian itu tak terjadi pasti ada kejadian-jadian yang lain.

Tak ingin kembali ingat dengan masa lalunya, Gavin meletakkan surat itu ke posisi semula. Setelah itu dia mengambil sebuah photo box, di mana Erika memakai bando pink, tampak terlihat manis. Dia ingat sempat terjadi perdebatan saat akan foto, Erika yang cenderung cuek tak mau diajak foto. Sedangkan Gavin saat itu merasa perlu berfoto dengan Erika.

"Dan semua kenangan kita udah gue tutup di sini, Ka," ucap lelaki itu sambil menatap box transparan itu. "Karena pesan singkat lo gue jadi buka ini lagi."

May I Love You? ( 愛してもいい?)Where stories live. Discover now